Elang cemas sambil menyentuh perutnya, "Hah, perutku buncit."
Saat di pegang ternyata buncit sedikit tapi tetap saja itu membuatnya cemas."Ini gara-gara kau, aku di suruh makan sisa mu." kata Elang menuding Hafsa."Kenapa kau menyalahkanku? kau juga yang mau kan." balas Hafsa sewot."Hah.. aku harus berolahraga malam ini." kata Elang kemudian."Malam-malam olahraga, kayak tidak ada besok saja." ujar Hafsa tidak mengerti jenis olahraga yang dimaksud Elang.Elang tersenyum miring, "Aku tidak ingin besok, aku ingin malam ini dan itu juga di lakukan bersamamu.""Aku tidak mau untuk apa aku olahraga malam lebih baik tidur." Hafsa masih belum menyadari."Olahraga ini selain menyehatkan juga sangat nikmat dan membuat ketagihan apalagi dengan suaranya." Elang berbisik dengan suara paraunya.Hafsa melongo baru menyadari ternyata olahraga yang di maksud adalah olahraga intim."Eh.. Kak Elang boleh tidak"Apa kau masih tidak mengerti? apa kau bodoh? haruskah aku mengulangi kata-kata ku lagi." kata Elang tersenyum."Tapi kau mau denganku selamanya, kenapa?" tanya Hafsa karena untuk apa bersama selamanya jika tidak ada rasa cinta sama sekali."Kenapa kau bertanya?, tentu saja aku mau.""Tapi kenapa? bukannya kau tidak men..." Hafsa tidak melanjutkan ucapannya karena Elang telah meletakkan jari telunjuknya di bibir Hafsa."Apa kau ingin aku mengatakan sesuatu untukmu tentang cinta." ucap Elang dengan wajah yang sangat dekat.Hafsa hanya mengangguk dia sangat terpesona dengan ketampanan wajah suaminya."Apa kau mencintaiku?" Elang malah bertanya pada Hafsa yang sudah pasti tau jawabannya."Iya, aku mencintaimu dan kau?""Aku juga... " Elang malah menjeda ucapannya dan membuat Hafsa penasaran."Kau tidak sabar sekali."Hafsa mendesah merasa kesal karena Elang malah mengerjainya.Elang terke
"Kamar kita, akan aku tunjukkan." ucap Elang dengan melepas jaketnya juga kaosnya.Lalu terpampang lah tubuh bagian atas yang sempurna, menampakkan otot perut yang seperti roti sobek membuat Hafsa sampai menahan air liurnya."Kenapa?, kau tergoda" tanya Elang tersenyum sambil berjalan perlahan mendekati Hafsa."Eh...!" Hafsa bingung ingin menjawab apa tapi tangannya malah bergerak menyentuh dada bidang Elang sampai ke perut sixpack Elang.Tentu saja hal itu membuat darah Elang berdesir menciptakan hasrat yang tak terbendung karena Hafsa melakukannya secara pelan dan lembut."Apa kau suka sayang?" ucap Elang dengan suara parau nya."Iya, aku suka.""Apa kau ingin menyentuh juga bagian yang lain." ucapnya sambil membuka caci dan resleting celananya."Apa?" Hafsa ikut terbawa suasana dan menurut saja apa yang di katakan Elang."Aku akan menuntun mu." lalu Elang membawa tangan Hafsa masuk kedalam celana Ela
"Ibu. Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Rey begitu melihat ibu nya yang bernama Mala."Ibu sudah menduga kau ada disini, tidak ada di apartemen jadi ibu langsung saja ke sini." jawab ibu santai."Tapi Bu, apa nyonya Sinta tau ibu ke sini?" tanya Rey lagi."Tentu saja dia tau, apa yang tidak dia ketahui tentang di rumah ini." ucapnya tersenyum kecil.Rey lupa bahwa ini rumah majikannya tentu saja dia tau walau dia ada di ujung dunia sekalipun."Jadi... kau telah menyembunyikan sesuatu dari ibu yah!" ucap Mala bersedekap dada sambil melihat Melati."Apa yang aku sembunyikan? tidak ada." jawab Rey tidak mengerti. Melati jadi ikut-ikutan menatap Rey penuh selidik."Kau menyembunyikan calon menantuku, dasar kaku." ucap Mala spontan menjitak kepala Rey membuat Melati menahan tawa nya."Ya ampun Bu, kenapa aku masih di jitak? aku sudah besar." kata Rey terlihat malu."Bagiku kau masih kecil." jawab ibu nya k
Melati sampai ternganga melihat gaun-gaun yang berderet sempurna menampakkan keindahan yang nyata. Dari dia masuk butik sampai ke ruangan ini matanya terus berbinar rasanya ingin sekali dia memiliki gaun-gaun yang indah di lemarinya."Nah sepertinya ini cocok denganmu!." pria itu memberikan gaun panjang dengan belahan di dada jika di pakai pasti akan sangat terlihat."Tidak, dia tidak cocok. Ganti." melihat itu Rey langsung menolak. Melati hanya nurut saja."Em.. baiklah bagaimana kalau di coba dulu yang aku pilih baru kau bisa menentukan yang cocok untuknya." pria itu memberi saran yang masuk akal."Baiklah terserah padamu." jawab Rey datar."Baiklah aku akan memilihkan 5 gaun yang boleh di coba." kemudian pria itu memilihkan 5 gaun untuk Melati, dia memilih gaun yang pasti akan disukai Rey."Sudah, ayo masuk!""Tunggu." Rey menyela saat Melati ingin mengikuti."Ada apa?" tanya Melati."Siapa yang akan
"Tuan tunggu, kenapa menarik ku?." Melati melepaskan cekalan dari tangan Rey saat di luar."Jadi kau lebih ingin terus di goda oleh mereka." kata Rey ada benarnya."Em.. tidak juga." jawab Melati cengengesan."Tapi tuan, kau kan belum mencoba baju nya." kata Melati menghentikan langkah Rey yang ingin masuk mobil."Aku tidak perlu mencoba, memakai baju apapun aku tetap tampan." ucap Rey memuji diri sendiri."Hihh.. sombongnya, tapi memang iya sih!."Rey hanya tersenyum tipis, kemudian memasuki mobil."Eh! tunggu aku belum selesai bicara." Melati ikut masuk mobil tapi malah duduk di belakang membuat Rey kesal."Hey, kenapa kau malah duduk di belakang memangnya aku supirmu." ujar Rey kesal."Tuan nih bagaimana sih, kau kan memang supir kan kau yang mengemudi." jawab Melati polos.Rey menahan kesal sampai hidungnya kembang kempis, gadis ini membuat kesal namun membuat rindu juga."Melati,
"Sayang, kau masak apa?" tanya Elang tangannya sambil melingkar di perut istrinya."Eh! Kak Elang sudah bangun, ini aku lagi masak nasi goreng seafood." jawab Hafsa sambil mengaduk."Hem.. dari aromanya sepertinya enak tapi... lebih enak dirimu di atas ranjang." balas nya menggombal."Ih.. kak Elang pagi-pagi sudah guyon, sayangnya aku lapar." kata Hafsa bergurau.Dia pun mematikan kompor karena sudah matang dan berbalik menatap suaminya yang tampan."Kau sudah mandi?." tanya Hafsa menghirup aroma segar di tubuh Elang."Aku memang sudah mandi tapi melihat dirimu aku jadi ingin mandi lagi." ucap Elang, tangannya sambil bergerilya kemana-mana."Kak geli." kata Hafsa mencekal tangan Elang.Tapi bibir Elang yang kini mencium leher jenjang Hafsa."Kak emm..." Elang malah mencium lembut bibir yang membuatnya candu itu.Jadilah mereka berciuman di siang hari dengan syahdu."Kak Elang sudah ka
Meliana mengernyit malas, "Tidak apa-apa pak saya bisa sendiri. Permisi." Meliana lebih memilih sendiri dari pada harus bersama atasannya yang sudah tua dan mata genit itu.Para karyawan dan seluruh staf perusahaan berbaris sesuai dengan tingkatannya menunggu sang CEO Elang Rahardian tiba, lalu tak berapa lama datanglah rombongan memasuki kantor pusat.Elang dan disebelah nya Rey berjalan tegap dengan penuh kharisma aura kepemimpinan yang terpancar di wajah keduanya sangat melekat sehingga membuat siapapun akan segan dengannya.Semua staf dan karyawan menunduk hormat pada pemimpin mereka dengan wajah yang serius.Meliana detik itu juga sangat terpesona dengan ketampanan yang dimiliki Elang dia tersenyum tipis kemudian.'Ternyata dia memang sangat tampan, sepertinya aku menyukainya apalagi dia sangat kaya aku harus bisa memilikinya.' batin Meliana tersenyum tipis."Selamat pagi semuanya." ucap sang manager memberi salam.
Beberapa menit kemudian pak Wawan datang dengan membawa nampan besar berisi buah-buahan yang sudah dikupas bersih dan dipotong-potong berikut sambalnya yang menggiurkan tak lupa juga air mineral untuk melepas dahaga."Nona ini pesanan nona." ucap Wawan memperlihatkan nampannya."Terimakasih pak Wawan taruh saja di sana." jawab Hafsa dengan mata berbinar menunjuk tempat dekat Melati yang masih tertidur."Baik nona." pak Wawan pun ingin meletakkan nampan itu namun dia kebingungan antata cemas dan ragu."Kenapa pak?." tanya Hafsa."Nona, apa saya beri alas saja disini." kata Wawan kemudian takut jika majikannya melihat dia akan di marahi karena membiarkan nona mudanya makan di atas rerumputan.Hafsa tersenyum mengerti, "Tidak apa-apa pak letakkan saja disitu, lagian disini juga bersih kok pak Wawan tidak usah cemas begitu." jawab Hafsa supaya Wawan tidak ragu."Ba-iklah nona."Akhirnya Wawan meletakkan nampan itu."
Seusai pernikahan Rey dan Melati, Rey membopong Melati dan orang tuanya ke kediaman rumah Mala untuk sekedar menginap beberapa hari di sana sebelum kembali ke kampung halaman.Kini Melati tidak menjadi pelayan koki untuk Elang lagi karena sekarang menjadi nyonya Rey, tapi Rey masih mengabdi pada Elang padahal Rey juga punya perusahaan sendiri warisan dari ayahnya yang saat ini sedang dikelola oleh ibunya.Ibu nya juga tidak memaksa Rey untuk terburu-buru memimpin perusahaan itu, Mala sangat menghargai apa yang menjadi keputusan Rey.Sedang Raka tentu saja anak muda itu belum pantas untuk mengelola perusahaan besar itu.Beberapa hari kemudian orang tua Melati memutuskan untuk pulang karena di rasa sudah terlalu lama berada di kota, mereka tentu saja merindukan kampung halaman mereka terutama kebun mereka.Untung saja mereka sudah menitipkan perkebunan itu pada tetangga dekatnya untuk menjaga dan merawat kebunnya jadi mereka tidak perlu kha
"Sayang, bagaimana rasanya?." tanya Elang pada istrinya sambil menyentuh lembut perut Hafsa yang sudah membesar itu."Rasanya luar biasa kak, apalagi jika gerakannya aktif aku terkadang ingin tertawa sambil menangis sendiri." jawab Hafsa tersenyum geli kala mengingat kejadian dimana bayi nya aktif bergerak di dalam perut."Seperti itukah sayang, jagoan kita sangat aktif sekali ternyata." seru Elang tersenyum bahagia. Karena sudah mengecek bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki."Ahh..." tiba-tiba si kecil menendang perut ibunya sampai terlihat kakinya di permukaan kulit Hafsa."Sayang lihat kakinya lucu sekali." Elang berseru senang, begitu terharu menyaksikan bayi yang aktif bergerak itu.Perut Hafsa memang sudah besar sudah berusia 9 bulan lebih dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.Perut yang awalnya hanya sakit biasa mendadak terus berdenyut hingga tiada henti membuat Hafsa terus berteriak kesakitan."Akhh
Assalamualaikum para reader setia author, cerita 'Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta' akhirnya tamat juga meski dalam menulis banyak sekali hiatusnya tapi author seneng sudah menyelesaikan karya yang satu ini.Maafkan author kalo ending nya mungkin ada yang tidak berkenan di hati kalian, author cuma berharap kalian semua suka dengan cerita author ini.Daaannn......Pasti ada yang menunggu deh saat-saat kebersamaan Rey sama Melati tenang author akan kasih bonus buat kalian setelah ini author akan kasih extra part untuk sedikit kisah romantis antara Elang dan Hafsa juga Rey dan Melati.Mungkin itu saja kata-kata dari author.Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.Ramadhan KareemSalam sayang authorTitiawy
Lalu saat di ambang pintu, Meliana datang dengan wajah yang penasaran karena dirinya lama sekali mendapat kabar dari Diana yang tak kunjung mengabarinya alhasil dia ingin melihat langsung apa yang terjadi.Seketika Meliana terbengong dengan apa yang ia lihat, Diana di seret paksa oleh orang yang tidak dia kenal. Dia juga melihat Elang berdiri di samping ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, dan hanya menyaksikan nya saja."Diana apa yang terjadi?." tanya Meliana namun tak di jawab oleh Diana.Diana diam saja merasa enggan untuk menjelaskan terlebih mereka baru kenal.Galang yang merasa jengah langsung menarik pergelangan tangan Meliana dan ingin membawanya keluar namun Meliana langsung memberontak."Eh! apa-apaan ini. Lepaskan!." teriak Meliana di depan wajah Galang."Lepas, kenapa aku di tarik?." tanya lagi karena mereka semua diam saja.Galang yang benar-benar jengah segera membalas dengan di
Diana dan Meliana membawa Hafsa ke kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka juga membawa Hafsa juga sangat hati-hati sampai benar-benar tidak ada yang melihat.Benar-benar suatu keberuntungan bagi mereka bisa lolos begitu saja dan membawa Hafsa yang sudah pingsan ke kamar itu."Cepat buka pintunya!." perintah Diana.Buru-buru Meliana membuka pintu itu dan kemudian terbuka, mereka pun masuk sambil melirik ke kanan dan ke kiri takut ada yang melihat."Hah.. akhirnya." Diana merasa puas sudah membawa Hafsa dan di baringkan nya di tempat tidur, dia juga melepaskan gaun di tubuh Hafsa di bantu Meliana dan akhirnya Hafsa hanya memakai tank top dan celana pendek saja di balik selimut itu."Kau sudah siapkan pria nya?." tanya Diana memastikan."Sudah, kau tidak perlu khawatir."Baiklah, sekarang aku harus kembali dan memberi tahu Elang, dia pasti akan langsung menceraikan istrinya di depan semua orang. Hahaha." ucap Diana ter
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya
Elang kembali menemui Hafsa yang kini sudah pulang ke rumah dia sedang di tenangkan oleh ibu Sinta."Sayang, tenang lah ibu justru khawatir padamu dan kandungan mu." ucap Sinta dia juga kaget mendengar menantunya di sakiti oleh anak yang bekerja di perusahaan Elang."Ibu khawatir kau tidak akan di ijinkan untuk kuliah lagi." lanjut Sinta mengingat perangai anaknya."Apa kak Elang akan sungguh melakukan itu Bu?." tanya Hafsa tak percaya."Bisa jadi jika kau tidak mematuhinya." kata Sinta sedikit memberi peringatan."Sayang... aku pulang." suara Elang yang datang tergesa-gesa karena dirinya masih khawatir dengan keadaan istrinya."Kak Elang." Hafsa ingin berlari mendatangi Elang namun Elang menahannya."Stop, berhenti di situ. Biar aku yang mengejar mu." kata Elang membuat Sinta tersenyum.Saat sudah dekat Elang pun langsung memeluk Hafsa dengan erat tidak lupa juga mencium wajahnya di depan ibunya."Kak
Padahal jika Alice tau maka tamatlah riwayat ayahnya.Galang tersenyum sinis, "Ayahmu tidak akan bisa menolong mu.""Kau tidak tau siapa ayahku. Jangan macam-macam denganku jika ayahku tau maka kau akan kena juga." ucap Alice masih merasa sombong."Hahaha." Galang malah tertawa membuat Alice cs menautkan alisnya."Kata-kata itu adalah untukmu bukan untukku, maka bersiaplah kalian."Melihat tatapan dan senyuman Galang yang aneh membuat Alice cs merasa ketakutan namun dia harus tetap tenang."Heh,, aku tidak takut dengan mu ayahku mempunyai teman seorang polisi, kau siapa datang-datang sudah buat rusuh." kata Alice menyilangkan tangan didada."Aku pengawal pribadi nona Hafsa dia istri dari tuan Elang Rahardian seorang pemilik perusahaan Wijaya group yang sekarang tempat bekerja ayahmu yang seorang manager yang bernama Julian Raharja." ungkap Galang tersenyum sinis.Alice cs reflek gugup keringat langsung membasahi dahi
"Mel, kau dari mana?." tanya Hafsa saat mereka berdua berada di kampus.Mereka tidak berangkat bersama, Hafsa di antar oleh Galang sedang Melati di antar oleh Rey.Mereka bertemu di koridor saat ingin menuju kelas, sambil berjalan mereka mengobrol."Aku mencari mu di rumah tapi kau tidak ada, kata kak Elang kau tadi malam di bawa kak Rey." tanya Hafsa lagi dengan pertanyaan yang baru."Iya, semalam aku memang di bawa kak Rey ke apartemen nya." jawab Melati tersenyum santai.Tak tau jika yang mendengar sudah kalang kabut."Melati, kau ini tidak sabar sekali kalian kan akan segera menikah kenapa harus ke apartemen berdua?." ujar Hafsa, bukan apa-apa hanya saja dia khawatir dengan sahabatnya."Husst... diam." Melati berhenti berjalan dan menyuruh Hafsa diam yang ingin bicara lagi dengan menaruh telunjuknya di bibir.Hafsa juga ikut berhenti dan mengangguk dengan mengunci mulutnya sendiri memperagakan seperti menutu