Beberapa menit kemudian pak Wawan datang dengan membawa nampan besar berisi buah-buahan yang sudah dikupas bersih dan dipotong-potong berikut sambalnya yang menggiurkan tak lupa juga air mineral untuk melepas dahaga.
"Nona ini pesanan nona." ucap Wawan memperlihatkan nampannya."Terimakasih pak Wawan taruh saja di sana." jawab Hafsa dengan mata berbinar menunjuk tempat dekat Melati yang masih tertidur."Baik nona." pak Wawan pun ingin meletakkan nampan itu namun dia kebingungan antata cemas dan ragu."Kenapa pak?." tanya Hafsa."Nona, apa saya beri alas saja disini." kata Wawan kemudian takut jika majikannya melihat dia akan di marahi karena membiarkan nona mudanya makan di atas rerumputan.Hafsa tersenyum mengerti, "Tidak apa-apa pak letakkan saja disitu, lagian disini juga bersih kok pak Wawan tidak usah cemas begitu." jawab Hafsa supaya Wawan tidak ragu."Ba-iklah nona."Akhirnya Wawan meletakkan nampan itu.""Dian, kau mau kemana?." tanya Cici melihat rekannya berdiri sambil merapikan berkas laporan."Aku ingin memberikan laporan ini pada CEO." jawab Dian tersenyum lebar karena akan bertemu dengan Elang."Hem... kau pasti senang." cibir Cici."Iya dong." ujar Dian menjulurkan lidahnya.Meliana mendengar pembicaraan mereka dia pun berniat ingin menggantikannya.Saat Dian berdiri dia pun ikut berdiri dengan membawa secangkir kopi yang masih panas lalu dengan sengaja menumpahkan kopi itu ke baju Dian dengan dalih tidak sengaja."Aww..." teriak Dian karena kejatuhan kopi panas."Aduh.. Dian maaf aku tidak sengaja tadi aku ingin ke pantri untuk menambahkan gula tapi tak sengaja bertabrakan denganmu." ucap Meliana dengan wajah merasa bersalah."Aduh panas." keluh Dian menyentuh lengannya karena kopi itu tembus ke kulitnya."Dian, kau tidak apa-apa?." Cici datang karena cemas mendengar teriakkan Dian."Ak
Diruangan Rey, Melati sedang menunggu Hafsa yang tak kunjung keluar dia mondar mandir di depan Rey membuat Rey pusing melihatnya."Melati, duduklah kau membuatku pusing." ucap Rey menyentuh dahi nya.Melati kemudian berjalan mendekati Rey dan berdiri di sampingnya."Tuan Rey.""Tuan Rey." Rey mengernyit mendengar Melati masih memanggilnya tuan."Eh, kak Rey kenapa Hafsa dan suaminya belum juga keluar lama sekali, mereka lagi apa sih? aku bosan menunggu." kata Melati dengan wajah ditekuk."Untuk apa kau tunggu? kalau sudah lama begini tidak usah menunggu mereka." timpal Rey santai mengerti dengan keadaan Elang di dalam."Memangnya mereka lagi apa?." Melati malah bertanya sesuatu yang tidak perlu di tanyakan."Jika sudah suami istri memangnya apa yang mereka lakukan." jawab Rey biasa saja."Aku tidak tau lah, masa kau tanya aku kau saja lihat mereka." jawab Melati kesal tidak paham yang di maksud Rey.
Hafsa dan Elang keluar dari ruangannya, Hafsa melihat ke ruangan Rey sudah tidak ada siapapun."Kak Elang kemana mereka? kok tidak ada.!" Hafsa bertanya sambil menunjuk ke arah ruangan Rey yang kaca jendela nya dapat terlihat dari luar.Elang hanya berdehem, "Mereka pasti sudah duluan.""Duluan, sangat tidak setia kawan." ujar Hafsa cemberut sambil menyilangkan tangan di dada."Bukan mereka tidak setia kawan, mungkin kita yang terlalu lama sayang." kata Elang menarik bibir Hafsa yang cemberut."Aww.. sakit." Hafsa memukul lengan Elang yang menarik bibirnya."Sudah, dari pada kau cemberut lebih baik kita makan siang. Ayo!." lalu Elang menarik pinggang Hafsa untuk segera keluar.Hafsa dan Elang berjalan menuju restoran dekat perusahaan mereka, karena Elang sedang tidak mau jauh-jauh untuk mencari makan.Saat masuk pandangan mata Hafsa tertuju pada sudut meja dekat jendela, ya mereka Rey dan Melati yang sedang nikm
Setelah makan siang pasangan itu berpisah, Rey pergi mengantar Melati pulang sedang Elang dan Hafsa kembali ke kantor.Sebenarnya Hafsa ingin pulang duluan namun Elang yang melarangnya karena Elang ingin pulang bersama."Kau ingin kuliah jurusan apa?." tanya Elang saat mereka duduk berdua di sofa.Tapi pandangan nya fokus pada laptop didepannya."Aku ingin kuliah jurusan seni begitu juga Melati, kami memang punya impian untuk kuliah bersama dengan gaji kami. Tapi... kenyataannya kami malah menikah dulu." ungkap Hafsa menerawang masa lalu."Kau saja yang menikah duluan, Melati belum.""Hem.. dia juga kan mau menikah." kata Hafsa memanyunkan bibirnya."Oke, baiklah tapi kau juga harus belajar bahasa supaya kau tidak seperti orang linglung saat aku ajak ke luar negri." tukas Elang menyentil dahi Hafsa."Kau ini mengejekku kah." ketus Hafsa sambil menyentuh dahi nya."Tentu saja tidak, hanya memberitahu."
Diana belum keluar dari perusahaan Elang dia pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya namun apa yang dia dapat sungguh menarik untuk di dengarnya dia pun sengaja berlama-lama disana demi untuk mengetahui apa yang ada dipikiran wanita ini.Ya dia Meliana yang sedang emosi kebetulan disana hanya ada mereka berdua Meliana dan Diana.Karena Meliana tidak mengenal Diana jadi dia pikir tidak mengapa kalau dirinya membicarakan orang lain dengan marah-marah."Sialan, ternyata dua pria tampan itu sudah memiliki pasangan." ucapnya sambil memandangi dirinya di depan cermin."Lihat aku, apa kurangnya aku? aku cantik, seksi badanku bagus dan berisi sedangkan mereka heh... sangat jelek, kampungan juga tak ada bagusnya dalam bentuk tubuhnya tapi.. kenapa ternyata mereka adalah pasangan dari Elang sang CEO tampan dan sekretarisnya Rey."Diana mengernyit saat nama Elang di sebut, dirinya semakin penasaran untuk lebih menguping."Atau jangan-jangan
Suasana di kampus itu terlihat ramai, kebanyakan mereka dari kalangan orang berada, mahasiswa mahasiswi nya juga tampan dan cantik dan yang pasti pintar.Hafsa dan Melati merasa seperti sedang bermimpi bisa masuk ke kampus ini selain kampusnya terbaik, fasilitas kampus juga sangat memadai juga orang-orangnya yang sangat ramah yang mereka temui.Mereka berdua pun masuk ke dalam kelas yang sudah di daftarkan bersama seorang dosen wanita yang tadi baru saja bertemu. Suasana di dalam kelas tampak ramai, semua mata tertuju pada mereka. Tapi ada 5 orang yang menatap mereka dengan berdua dua diantaranya mengagumi mereka sedang tiga lainnya memandang mereka dengan senyum sinis."Selamat pagi, hari ini kita kedatangan mahasiswi baru. Ayo! perkenalkan diri kalian masing-masing." ucap dosen tegas memandang Hafsa dan Melati bergantian."Hayy... perkenalkan namaku Melati." Melati yang pertama mengenalkan diri."Aku Hafsa." di lanjut Hafsa."K
"Woy, kalian berdua kenapa bengong saja dari tadi?." tanya Rama teman Raka dan Angga."Sepertinya aku sedang jatuh cinta." jawab Angga tersenyum sendiri."Kau jatuh cinta, aku pun sama." timpal Raka.Rama mengernyit, "Kalian kompak sekali jatuh cinta bersamaan. Jangan-jangan perempuan yang kalian suka sama lagi." ucapnya membuat Raka dan Angga menoleh bersamaan."Siapa gadis yang kau suka Ka?." tanya Angga pada Raka dengan menyipitkan matanya."Aku menyukai salah satu mahasiswi baru itu." jawab Raka."Jangan bilang kau juga menyukai salah satu dari mahasiswi baru itu." lanjut Raka menebak dengan benar."Iya, aku memang menyukai salah satu dari mereka." jawab Angga, hati mulai tidak karuan pasalnya dia baru merasakan yang namanya benar-benar jatuh cinta."Waduh jadi kalian beneran nih jatuh cinta dengan gadis yang sama." Rama mengira tebakannya benar."Jadi siapa yang kau suka?." Angga bertanya dengan ta
"Aaaaa... em..!" Rey langsung berlari cepat dan menutup mulut Melati yang ingin berteriak kencang.Terang saja dia tidak ingin di kira jadi orang yang cabul karena sudah mengintip seorang gadis."Diam, kau tidak perlu berteriak seperti itu." ucap Rey pelan.Melati mengangguk, lalu Rey melepaskan tangannya dari mulut Melati."Maaf, aku tidak sengaja aku tidak bermaksud tadi aku sudah mengetuk dan pintu nya tidak di kunci jadi.. aku masuk saja." terang Rey dengan gugup."Tapi kau kan seharusnya bilang jika sudah masuk jadi aku tidak kaget begini." timpal Melati sewot dia leganya karena itu Rey calon suaminya bukan orang lain."Kau juga yang salah, kenapa tidak mengunci pintu jika sedang mandi." kata Rey ikut kesal."Maaf aku lupa." Melati cengengesan menjawabnya."Tapi tetap saja kita bukan muhrim kau tidak patut masuk ke kamar seorang gadis." kekeh Melati tak mau kalah."Sebentar lagi juga kita akan meni