Suasana di kampus itu terlihat ramai, kebanyakan mereka dari kalangan orang berada, mahasiswa mahasiswi nya juga tampan dan cantik dan yang pasti pintar.
Hafsa dan Melati merasa seperti sedang bermimpi bisa masuk ke kampus ini selain kampusnya terbaik, fasilitas kampus juga sangat memadai juga orang-orangnya yang sangat ramah yang mereka temui.Mereka berdua pun masuk ke dalam kelas yang sudah di daftarkan bersama seorang dosen wanita yang tadi baru saja bertemu. Suasana di dalam kelas tampak ramai, semua mata tertuju pada mereka. Tapi ada 5 orang yang menatap mereka dengan berdua dua diantaranya mengagumi mereka sedang tiga lainnya memandang mereka dengan senyum sinis."Selamat pagi, hari ini kita kedatangan mahasiswi baru. Ayo! perkenalkan diri kalian masing-masing." ucap dosen tegas memandang Hafsa dan Melati bergantian."Hayy... perkenalkan namaku Melati." Melati yang pertama mengenalkan diri."Aku Hafsa." di lanjut Hafsa."K"Woy, kalian berdua kenapa bengong saja dari tadi?." tanya Rama teman Raka dan Angga."Sepertinya aku sedang jatuh cinta." jawab Angga tersenyum sendiri."Kau jatuh cinta, aku pun sama." timpal Raka.Rama mengernyit, "Kalian kompak sekali jatuh cinta bersamaan. Jangan-jangan perempuan yang kalian suka sama lagi." ucapnya membuat Raka dan Angga menoleh bersamaan."Siapa gadis yang kau suka Ka?." tanya Angga pada Raka dengan menyipitkan matanya."Aku menyukai salah satu mahasiswi baru itu." jawab Raka."Jangan bilang kau juga menyukai salah satu dari mahasiswi baru itu." lanjut Raka menebak dengan benar."Iya, aku memang menyukai salah satu dari mereka." jawab Angga, hati mulai tidak karuan pasalnya dia baru merasakan yang namanya benar-benar jatuh cinta."Waduh jadi kalian beneran nih jatuh cinta dengan gadis yang sama." Rama mengira tebakannya benar."Jadi siapa yang kau suka?." Angga bertanya dengan ta
"Aaaaa... em..!" Rey langsung berlari cepat dan menutup mulut Melati yang ingin berteriak kencang.Terang saja dia tidak ingin di kira jadi orang yang cabul karena sudah mengintip seorang gadis."Diam, kau tidak perlu berteriak seperti itu." ucap Rey pelan.Melati mengangguk, lalu Rey melepaskan tangannya dari mulut Melati."Maaf, aku tidak sengaja aku tidak bermaksud tadi aku sudah mengetuk dan pintu nya tidak di kunci jadi.. aku masuk saja." terang Rey dengan gugup."Tapi kau kan seharusnya bilang jika sudah masuk jadi aku tidak kaget begini." timpal Melati sewot dia leganya karena itu Rey calon suaminya bukan orang lain."Kau juga yang salah, kenapa tidak mengunci pintu jika sedang mandi." kata Rey ikut kesal."Maaf aku lupa." Melati cengengesan menjawabnya."Tapi tetap saja kita bukan muhrim kau tidak patut masuk ke kamar seorang gadis." kekeh Melati tak mau kalah."Sebentar lagi juga kita akan meni
Melati kini mengikuti Rey duduk dalam mobil dengan perasaan yang sedikit gelisah, hatinya berdebar-debar entah dia pun tidak tahu.Melati seperti akan bertemu seseorang tapi dia hanya menebak saja, karena penasaran dia pun bertanya karena Rey bilangnya dia ingin memberikan kejutan untuk nya."Kak, mau kasih aku kejutan apa sih!?." tanya Melati dengan wajah yang sedari tadi penasaran."Jika aku memberi tahu mu sekarang, itu bukan kejutan lagi namanya." balas Rey menatap Melati sekilas kemudian fokus menatap lurus lagi."Hem..!" Melati hanya mencebikkan bibirnya saja, karena Rey tidak mau memberi tahu dulu.Tapi memang benar jika di beri tahu dulu itu bukan kejutan lagi namanya."Aku sangat yakin, kau pasti akan senang jika sudah melihatnya." tambah Rey tersenyum tipis."Ya sudah lah cepat jangan bicara saja." kata Melati kesal.Lalu Rey melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang di malam hari yang dingin ini.
Ke esokkan harinya Rey membawa keluarga Melati untuk datang ke rumah utama Rey karena mereka akan membicarakan tentang pernikahan anak-anak mereka.Bu Mala sudah di beri tahu Rey bahwa mereka akan datang jadi dia sudah mempersiapkan kedatangan mereka."Raka... cepat sebentar lagi mereka akan tiba." panggil Mala pada anak lelakinya."Iya Bu.." Raka mendekati ibu nya dengan penampilan yang sudah rapih."Nah! itu pasti mereka. Ayo kita sambut." ujar Mala begitu senang.Raka menghembuskan nafas pelan, "Kenapa aku jadi ikut repot juga?." gumamnya pelan mengikuti langkah ibu nya.Mala membuka pintu dengan tersenyum lebar menampakkan gigi nya yang rapih dan putih.Orang yang di tunggu-tunggu nya akhirnya datang juga."Selamat pagi ibu." sapa Rey pada ibu nya."Pagi nak..!" Mala membalasnya dengan memberikan pelukan."Assalamualaikum." ucap Melati dan orang tua nya bersamaan."Waalaikum salam." bal
Setelah selesai makan, orang tua Melati di ajak ke taman oleh Bu Mala hanya untuk sekedar menghirup udara segar sambil minum teh, setelah itu Bu Mala pamit untuk membuat kue bersama Melati karena dia merasa penasaran dengan makanan buatan calon menantu nya ini.Rencananya Melati akan membuat brownies fudge untuk cemilan di bantu oleh Mala."Semua bahan sudah siap, saatnya eksekusi." seru Melati menatap bahan-bahan di depannya."Waw kalian sedang apa? sepertinya seru." tiba-tiba datang Raka mendekati mereka."Raka, kebetulan kau datang tolong bantu mamah sama kakak ipar mu yah!." ucap Mala."Oke, siap!." jawab Raka mengacungkan jempolnya.Mereka pun kini membuat adonan dengan bahan yang sudah di siapkan dengan kerjasama yang apik dan rapih kue pun sudah jadi di buat tinggal di kukus."Nah, sekarang kita tunggu!." kata Melati pada ibu dan anak itu."Nyonya ada telfon." lalu datanglah kepala pelayan dengan membawa
"Mel, kau dari mana?." tanya Hafsa saat mereka berdua berada di kampus.Mereka tidak berangkat bersama, Hafsa di antar oleh Galang sedang Melati di antar oleh Rey.Mereka bertemu di koridor saat ingin menuju kelas, sambil berjalan mereka mengobrol."Aku mencari mu di rumah tapi kau tidak ada, kata kak Elang kau tadi malam di bawa kak Rey." tanya Hafsa lagi dengan pertanyaan yang baru."Iya, semalam aku memang di bawa kak Rey ke apartemen nya." jawab Melati tersenyum santai.Tak tau jika yang mendengar sudah kalang kabut."Melati, kau ini tidak sabar sekali kalian kan akan segera menikah kenapa harus ke apartemen berdua?." ujar Hafsa, bukan apa-apa hanya saja dia khawatir dengan sahabatnya."Husst... diam." Melati berhenti berjalan dan menyuruh Hafsa diam yang ingin bicara lagi dengan menaruh telunjuknya di bibir.Hafsa juga ikut berhenti dan mengangguk dengan mengunci mulutnya sendiri memperagakan seperti menutu
Padahal jika Alice tau maka tamatlah riwayat ayahnya.Galang tersenyum sinis, "Ayahmu tidak akan bisa menolong mu.""Kau tidak tau siapa ayahku. Jangan macam-macam denganku jika ayahku tau maka kau akan kena juga." ucap Alice masih merasa sombong."Hahaha." Galang malah tertawa membuat Alice cs menautkan alisnya."Kata-kata itu adalah untukmu bukan untukku, maka bersiaplah kalian."Melihat tatapan dan senyuman Galang yang aneh membuat Alice cs merasa ketakutan namun dia harus tetap tenang."Heh,, aku tidak takut dengan mu ayahku mempunyai teman seorang polisi, kau siapa datang-datang sudah buat rusuh." kata Alice menyilangkan tangan didada."Aku pengawal pribadi nona Hafsa dia istri dari tuan Elang Rahardian seorang pemilik perusahaan Wijaya group yang sekarang tempat bekerja ayahmu yang seorang manager yang bernama Julian Raharja." ungkap Galang tersenyum sinis.Alice cs reflek gugup keringat langsung membasahi dahi
Elang kembali menemui Hafsa yang kini sudah pulang ke rumah dia sedang di tenangkan oleh ibu Sinta."Sayang, tenang lah ibu justru khawatir padamu dan kandungan mu." ucap Sinta dia juga kaget mendengar menantunya di sakiti oleh anak yang bekerja di perusahaan Elang."Ibu khawatir kau tidak akan di ijinkan untuk kuliah lagi." lanjut Sinta mengingat perangai anaknya."Apa kak Elang akan sungguh melakukan itu Bu?." tanya Hafsa tak percaya."Bisa jadi jika kau tidak mematuhinya." kata Sinta sedikit memberi peringatan."Sayang... aku pulang." suara Elang yang datang tergesa-gesa karena dirinya masih khawatir dengan keadaan istrinya."Kak Elang." Hafsa ingin berlari mendatangi Elang namun Elang menahannya."Stop, berhenti di situ. Biar aku yang mengejar mu." kata Elang membuat Sinta tersenyum.Saat sudah dekat Elang pun langsung memeluk Hafsa dengan erat tidak lupa juga mencium wajahnya di depan ibunya."Kak
Seusai pernikahan Rey dan Melati, Rey membopong Melati dan orang tuanya ke kediaman rumah Mala untuk sekedar menginap beberapa hari di sana sebelum kembali ke kampung halaman.Kini Melati tidak menjadi pelayan koki untuk Elang lagi karena sekarang menjadi nyonya Rey, tapi Rey masih mengabdi pada Elang padahal Rey juga punya perusahaan sendiri warisan dari ayahnya yang saat ini sedang dikelola oleh ibunya.Ibu nya juga tidak memaksa Rey untuk terburu-buru memimpin perusahaan itu, Mala sangat menghargai apa yang menjadi keputusan Rey.Sedang Raka tentu saja anak muda itu belum pantas untuk mengelola perusahaan besar itu.Beberapa hari kemudian orang tua Melati memutuskan untuk pulang karena di rasa sudah terlalu lama berada di kota, mereka tentu saja merindukan kampung halaman mereka terutama kebun mereka.Untung saja mereka sudah menitipkan perkebunan itu pada tetangga dekatnya untuk menjaga dan merawat kebunnya jadi mereka tidak perlu kha
"Sayang, bagaimana rasanya?." tanya Elang pada istrinya sambil menyentuh lembut perut Hafsa yang sudah membesar itu."Rasanya luar biasa kak, apalagi jika gerakannya aktif aku terkadang ingin tertawa sambil menangis sendiri." jawab Hafsa tersenyum geli kala mengingat kejadian dimana bayi nya aktif bergerak di dalam perut."Seperti itukah sayang, jagoan kita sangat aktif sekali ternyata." seru Elang tersenyum bahagia. Karena sudah mengecek bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki."Ahh..." tiba-tiba si kecil menendang perut ibunya sampai terlihat kakinya di permukaan kulit Hafsa."Sayang lihat kakinya lucu sekali." Elang berseru senang, begitu terharu menyaksikan bayi yang aktif bergerak itu.Perut Hafsa memang sudah besar sudah berusia 9 bulan lebih dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.Perut yang awalnya hanya sakit biasa mendadak terus berdenyut hingga tiada henti membuat Hafsa terus berteriak kesakitan."Akhh
Assalamualaikum para reader setia author, cerita 'Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta' akhirnya tamat juga meski dalam menulis banyak sekali hiatusnya tapi author seneng sudah menyelesaikan karya yang satu ini.Maafkan author kalo ending nya mungkin ada yang tidak berkenan di hati kalian, author cuma berharap kalian semua suka dengan cerita author ini.Daaannn......Pasti ada yang menunggu deh saat-saat kebersamaan Rey sama Melati tenang author akan kasih bonus buat kalian setelah ini author akan kasih extra part untuk sedikit kisah romantis antara Elang dan Hafsa juga Rey dan Melati.Mungkin itu saja kata-kata dari author.Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.Ramadhan KareemSalam sayang authorTitiawy
Lalu saat di ambang pintu, Meliana datang dengan wajah yang penasaran karena dirinya lama sekali mendapat kabar dari Diana yang tak kunjung mengabarinya alhasil dia ingin melihat langsung apa yang terjadi.Seketika Meliana terbengong dengan apa yang ia lihat, Diana di seret paksa oleh orang yang tidak dia kenal. Dia juga melihat Elang berdiri di samping ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, dan hanya menyaksikan nya saja."Diana apa yang terjadi?." tanya Meliana namun tak di jawab oleh Diana.Diana diam saja merasa enggan untuk menjelaskan terlebih mereka baru kenal.Galang yang merasa jengah langsung menarik pergelangan tangan Meliana dan ingin membawanya keluar namun Meliana langsung memberontak."Eh! apa-apaan ini. Lepaskan!." teriak Meliana di depan wajah Galang."Lepas, kenapa aku di tarik?." tanya lagi karena mereka semua diam saja.Galang yang benar-benar jengah segera membalas dengan di
Diana dan Meliana membawa Hafsa ke kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka juga membawa Hafsa juga sangat hati-hati sampai benar-benar tidak ada yang melihat.Benar-benar suatu keberuntungan bagi mereka bisa lolos begitu saja dan membawa Hafsa yang sudah pingsan ke kamar itu."Cepat buka pintunya!." perintah Diana.Buru-buru Meliana membuka pintu itu dan kemudian terbuka, mereka pun masuk sambil melirik ke kanan dan ke kiri takut ada yang melihat."Hah.. akhirnya." Diana merasa puas sudah membawa Hafsa dan di baringkan nya di tempat tidur, dia juga melepaskan gaun di tubuh Hafsa di bantu Meliana dan akhirnya Hafsa hanya memakai tank top dan celana pendek saja di balik selimut itu."Kau sudah siapkan pria nya?." tanya Diana memastikan."Sudah, kau tidak perlu khawatir."Baiklah, sekarang aku harus kembali dan memberi tahu Elang, dia pasti akan langsung menceraikan istrinya di depan semua orang. Hahaha." ucap Diana ter
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya
Elang kembali menemui Hafsa yang kini sudah pulang ke rumah dia sedang di tenangkan oleh ibu Sinta."Sayang, tenang lah ibu justru khawatir padamu dan kandungan mu." ucap Sinta dia juga kaget mendengar menantunya di sakiti oleh anak yang bekerja di perusahaan Elang."Ibu khawatir kau tidak akan di ijinkan untuk kuliah lagi." lanjut Sinta mengingat perangai anaknya."Apa kak Elang akan sungguh melakukan itu Bu?." tanya Hafsa tak percaya."Bisa jadi jika kau tidak mematuhinya." kata Sinta sedikit memberi peringatan."Sayang... aku pulang." suara Elang yang datang tergesa-gesa karena dirinya masih khawatir dengan keadaan istrinya."Kak Elang." Hafsa ingin berlari mendatangi Elang namun Elang menahannya."Stop, berhenti di situ. Biar aku yang mengejar mu." kata Elang membuat Sinta tersenyum.Saat sudah dekat Elang pun langsung memeluk Hafsa dengan erat tidak lupa juga mencium wajahnya di depan ibunya."Kak
Padahal jika Alice tau maka tamatlah riwayat ayahnya.Galang tersenyum sinis, "Ayahmu tidak akan bisa menolong mu.""Kau tidak tau siapa ayahku. Jangan macam-macam denganku jika ayahku tau maka kau akan kena juga." ucap Alice masih merasa sombong."Hahaha." Galang malah tertawa membuat Alice cs menautkan alisnya."Kata-kata itu adalah untukmu bukan untukku, maka bersiaplah kalian."Melihat tatapan dan senyuman Galang yang aneh membuat Alice cs merasa ketakutan namun dia harus tetap tenang."Heh,, aku tidak takut dengan mu ayahku mempunyai teman seorang polisi, kau siapa datang-datang sudah buat rusuh." kata Alice menyilangkan tangan didada."Aku pengawal pribadi nona Hafsa dia istri dari tuan Elang Rahardian seorang pemilik perusahaan Wijaya group yang sekarang tempat bekerja ayahmu yang seorang manager yang bernama Julian Raharja." ungkap Galang tersenyum sinis.Alice cs reflek gugup keringat langsung membasahi dahi
"Mel, kau dari mana?." tanya Hafsa saat mereka berdua berada di kampus.Mereka tidak berangkat bersama, Hafsa di antar oleh Galang sedang Melati di antar oleh Rey.Mereka bertemu di koridor saat ingin menuju kelas, sambil berjalan mereka mengobrol."Aku mencari mu di rumah tapi kau tidak ada, kata kak Elang kau tadi malam di bawa kak Rey." tanya Hafsa lagi dengan pertanyaan yang baru."Iya, semalam aku memang di bawa kak Rey ke apartemen nya." jawab Melati tersenyum santai.Tak tau jika yang mendengar sudah kalang kabut."Melati, kau ini tidak sabar sekali kalian kan akan segera menikah kenapa harus ke apartemen berdua?." ujar Hafsa, bukan apa-apa hanya saja dia khawatir dengan sahabatnya."Husst... diam." Melati berhenti berjalan dan menyuruh Hafsa diam yang ingin bicara lagi dengan menaruh telunjuknya di bibir.Hafsa juga ikut berhenti dan mengangguk dengan mengunci mulutnya sendiri memperagakan seperti menutu