"Woy, kalian berdua kenapa bengong saja dari tadi?." tanya Rama teman Raka dan Angga.
"Sepertinya aku sedang jatuh cinta." jawab Angga tersenyum sendiri."Kau jatuh cinta, aku pun sama." timpal Raka.Rama mengernyit, "Kalian kompak sekali jatuh cinta bersamaan. Jangan-jangan perempuan yang kalian suka sama lagi." ucapnya membuat Raka dan Angga menoleh bersamaan."Siapa gadis yang kau suka Ka?." tanya Angga pada Raka dengan menyipitkan matanya."Aku menyukai salah satu mahasiswi baru itu." jawab Raka."Jangan bilang kau juga menyukai salah satu dari mahasiswi baru itu." lanjut Raka menebak dengan benar."Iya, aku memang menyukai salah satu dari mereka." jawab Angga, hati mulai tidak karuan pasalnya dia baru merasakan yang namanya benar-benar jatuh cinta."Waduh jadi kalian beneran nih jatuh cinta dengan gadis yang sama." Rama mengira tebakannya benar."Jadi siapa yang kau suka?." Angga bertanya dengan ta"Aaaaa... em..!" Rey langsung berlari cepat dan menutup mulut Melati yang ingin berteriak kencang.Terang saja dia tidak ingin di kira jadi orang yang cabul karena sudah mengintip seorang gadis."Diam, kau tidak perlu berteriak seperti itu." ucap Rey pelan.Melati mengangguk, lalu Rey melepaskan tangannya dari mulut Melati."Maaf, aku tidak sengaja aku tidak bermaksud tadi aku sudah mengetuk dan pintu nya tidak di kunci jadi.. aku masuk saja." terang Rey dengan gugup."Tapi kau kan seharusnya bilang jika sudah masuk jadi aku tidak kaget begini." timpal Melati sewot dia leganya karena itu Rey calon suaminya bukan orang lain."Kau juga yang salah, kenapa tidak mengunci pintu jika sedang mandi." kata Rey ikut kesal."Maaf aku lupa." Melati cengengesan menjawabnya."Tapi tetap saja kita bukan muhrim kau tidak patut masuk ke kamar seorang gadis." kekeh Melati tak mau kalah."Sebentar lagi juga kita akan meni
Melati kini mengikuti Rey duduk dalam mobil dengan perasaan yang sedikit gelisah, hatinya berdebar-debar entah dia pun tidak tahu.Melati seperti akan bertemu seseorang tapi dia hanya menebak saja, karena penasaran dia pun bertanya karena Rey bilangnya dia ingin memberikan kejutan untuk nya."Kak, mau kasih aku kejutan apa sih!?." tanya Melati dengan wajah yang sedari tadi penasaran."Jika aku memberi tahu mu sekarang, itu bukan kejutan lagi namanya." balas Rey menatap Melati sekilas kemudian fokus menatap lurus lagi."Hem..!" Melati hanya mencebikkan bibirnya saja, karena Rey tidak mau memberi tahu dulu.Tapi memang benar jika di beri tahu dulu itu bukan kejutan lagi namanya."Aku sangat yakin, kau pasti akan senang jika sudah melihatnya." tambah Rey tersenyum tipis."Ya sudah lah cepat jangan bicara saja." kata Melati kesal.Lalu Rey melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang di malam hari yang dingin ini.
Ke esokkan harinya Rey membawa keluarga Melati untuk datang ke rumah utama Rey karena mereka akan membicarakan tentang pernikahan anak-anak mereka.Bu Mala sudah di beri tahu Rey bahwa mereka akan datang jadi dia sudah mempersiapkan kedatangan mereka."Raka... cepat sebentar lagi mereka akan tiba." panggil Mala pada anak lelakinya."Iya Bu.." Raka mendekati ibu nya dengan penampilan yang sudah rapih."Nah! itu pasti mereka. Ayo kita sambut." ujar Mala begitu senang.Raka menghembuskan nafas pelan, "Kenapa aku jadi ikut repot juga?." gumamnya pelan mengikuti langkah ibu nya.Mala membuka pintu dengan tersenyum lebar menampakkan gigi nya yang rapih dan putih.Orang yang di tunggu-tunggu nya akhirnya datang juga."Selamat pagi ibu." sapa Rey pada ibu nya."Pagi nak..!" Mala membalasnya dengan memberikan pelukan."Assalamualaikum." ucap Melati dan orang tua nya bersamaan."Waalaikum salam." bal
Setelah selesai makan, orang tua Melati di ajak ke taman oleh Bu Mala hanya untuk sekedar menghirup udara segar sambil minum teh, setelah itu Bu Mala pamit untuk membuat kue bersama Melati karena dia merasa penasaran dengan makanan buatan calon menantu nya ini.Rencananya Melati akan membuat brownies fudge untuk cemilan di bantu oleh Mala."Semua bahan sudah siap, saatnya eksekusi." seru Melati menatap bahan-bahan di depannya."Waw kalian sedang apa? sepertinya seru." tiba-tiba datang Raka mendekati mereka."Raka, kebetulan kau datang tolong bantu mamah sama kakak ipar mu yah!." ucap Mala."Oke, siap!." jawab Raka mengacungkan jempolnya.Mereka pun kini membuat adonan dengan bahan yang sudah di siapkan dengan kerjasama yang apik dan rapih kue pun sudah jadi di buat tinggal di kukus."Nah, sekarang kita tunggu!." kata Melati pada ibu dan anak itu."Nyonya ada telfon." lalu datanglah kepala pelayan dengan membawa
"Mel, kau dari mana?." tanya Hafsa saat mereka berdua berada di kampus.Mereka tidak berangkat bersama, Hafsa di antar oleh Galang sedang Melati di antar oleh Rey.Mereka bertemu di koridor saat ingin menuju kelas, sambil berjalan mereka mengobrol."Aku mencari mu di rumah tapi kau tidak ada, kata kak Elang kau tadi malam di bawa kak Rey." tanya Hafsa lagi dengan pertanyaan yang baru."Iya, semalam aku memang di bawa kak Rey ke apartemen nya." jawab Melati tersenyum santai.Tak tau jika yang mendengar sudah kalang kabut."Melati, kau ini tidak sabar sekali kalian kan akan segera menikah kenapa harus ke apartemen berdua?." ujar Hafsa, bukan apa-apa hanya saja dia khawatir dengan sahabatnya."Husst... diam." Melati berhenti berjalan dan menyuruh Hafsa diam yang ingin bicara lagi dengan menaruh telunjuknya di bibir.Hafsa juga ikut berhenti dan mengangguk dengan mengunci mulutnya sendiri memperagakan seperti menutu
Padahal jika Alice tau maka tamatlah riwayat ayahnya.Galang tersenyum sinis, "Ayahmu tidak akan bisa menolong mu.""Kau tidak tau siapa ayahku. Jangan macam-macam denganku jika ayahku tau maka kau akan kena juga." ucap Alice masih merasa sombong."Hahaha." Galang malah tertawa membuat Alice cs menautkan alisnya."Kata-kata itu adalah untukmu bukan untukku, maka bersiaplah kalian."Melihat tatapan dan senyuman Galang yang aneh membuat Alice cs merasa ketakutan namun dia harus tetap tenang."Heh,, aku tidak takut dengan mu ayahku mempunyai teman seorang polisi, kau siapa datang-datang sudah buat rusuh." kata Alice menyilangkan tangan didada."Aku pengawal pribadi nona Hafsa dia istri dari tuan Elang Rahardian seorang pemilik perusahaan Wijaya group yang sekarang tempat bekerja ayahmu yang seorang manager yang bernama Julian Raharja." ungkap Galang tersenyum sinis.Alice cs reflek gugup keringat langsung membasahi dahi
Elang kembali menemui Hafsa yang kini sudah pulang ke rumah dia sedang di tenangkan oleh ibu Sinta."Sayang, tenang lah ibu justru khawatir padamu dan kandungan mu." ucap Sinta dia juga kaget mendengar menantunya di sakiti oleh anak yang bekerja di perusahaan Elang."Ibu khawatir kau tidak akan di ijinkan untuk kuliah lagi." lanjut Sinta mengingat perangai anaknya."Apa kak Elang akan sungguh melakukan itu Bu?." tanya Hafsa tak percaya."Bisa jadi jika kau tidak mematuhinya." kata Sinta sedikit memberi peringatan."Sayang... aku pulang." suara Elang yang datang tergesa-gesa karena dirinya masih khawatir dengan keadaan istrinya."Kak Elang." Hafsa ingin berlari mendatangi Elang namun Elang menahannya."Stop, berhenti di situ. Biar aku yang mengejar mu." kata Elang membuat Sinta tersenyum.Saat sudah dekat Elang pun langsung memeluk Hafsa dengan erat tidak lupa juga mencium wajahnya di depan ibunya."Kak
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya