Aera keluar dari ruang manajer, bergegas menemui Jean dan Ga Eun sahabatnya yang berada di dapur.
"Jean, sepulang kerja bisakah kau datang kerumah? Ada hal yang ingin aku katakan padamu. Jean dimana Ga Eun?" tanya Aera."Tentu aku bisa. Sepulang kerja aku akan ke rumahmu. Aera ada apa denganmu?""Kau belum menjawab pertanyaan ku, dimana Ga Eun? sejak tadi aku tidak melihatnya,""Ga Eun sedang keluar. Satu jam lagi dia akan kembali, kamu tidak perlu khawatir aku pastikan mengajaknya kerumah mu. Sekarang kamu kenapa tidak menjawab pertanyaan ku?""Aku tidak apa-apa, aku tunggu kamu di rumah. Aku harus pulang sekarang, sampai ketemu di rumah." Aera meninggalkan Jean yang terpaku melihat sikap Aera yang tidak seperti biasanya."Aera Hati- hati. Hubungi aku jika ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman!" Aera mengangguk dan melambaikan tangannya pada Jean.Aera yang tidak henti-hentinya memikirkan surat yang di tinggalkan untuknya dan kata-kata yang di tuliskan ibu semalam sebelum meninggal. Hatinya kembali gelisah, namun sekuat mungkin ia berusaha untuk menyimpannya sendiri.'Apakah ini yang ingin ibu bicarakan denganku?' kata Aera dalam hati.Sesampainya di rumah Aera langsung menuju kamar ibunya. Berharap Aera menemukan sesuatu yang bisa membuat hatinya lega.'Ibu selama ini aku sangat menyayangimu. Bahkan aku sangat percaya padamu, tapi kenapa ibu tega membohongiku. Anak yang aku anggap telah tiada ternyata masih hidup. Apakah ini perjanjian ibu dengan tuan besar Hyun ibu, hiks.. hiks... kesalahan apa yang aku perbuat dimasa lalu, sehingga aku di bohongi oleh ibuku seperti ini," Area menjatuhkan tubuhnya di atas lantai yang dingin. Tubuhnya bergetar seiring isak tangisnya.Dulu disaat ibunya terbaring di rumah sakit, tuan besar menemuinya. Hingga ia bersedia mengandung anak dari tuan muda Hyung, pria yang tidak pernah ditemuinya dan alasan tuan besar yang tidak ingin memiliki cucu dari wanita yang tidak di kenalnya.Sudah berapa lama Aera terus menangis, membuatnya kelelahan dan kembali tersadar. Dengan tubuhnya yang lelah ia berusaha untuk berdiri.Aera kembali ke kamar dan membersihkan tubuhnya. Tidak butuh waktu lama setelah selesai Aera mengambil koper di atas lemari dan memasukan baju-bajunya. Aera bertekad untuk bertemu putranya yang tidak pernah ia temui sesaat setelah melahirkannya.Suara ketukan pintu menyadarkan lamunan. Aera membiarkan kopernya yang tergeletak di atas tempat tidur ia memilih melihat siapa yang datang kerumahnya."Jean, Ga Eun. Kalian sudah datang?""Aera ini makanlah, aku yakin kamu pasti belum makan." Tanpa menjawab perkataan Aera. Jean memberikan satu bungkus kotak pizza."Terima kasih Jean, tapi aku belum lapar.""Kamu bisa menyimpannya. Jika kamu lapar nanti bisa kamu makan, aku letakan di atas meja makan jika kamu lapar. Dan ini ada berapa menu makanan yang bisa kamu hangatkan jika kamu sudah lapar.""Aera, sekarang katakan ada apa? Apa kamu ada masalah. Atau kamu ingin kita tinggal disini untuk menemani mu? Dengan senang hati kami akan tinggal disini." Jean tersenyum lebar melihat wajah sahabatnya yang terlihat sendu."Jean, Ga Eun, besok aku akan ke kota, aku titip rumahku pada kalian. Datanglah jika kalian ada waktu untuk menengok rumahku." Jean dan Ga Eun saling pandang. Mereka bersamaan bertanya dengan suara terkejut."Ke kota!! apa maksudmu Aera? Apa karena ini, kamu keluar dari restoran? Aera katakan padaku apa yang kamu sembunyikan dari kami. Biarkan aku yang membantumu nanti disana, jika kamu memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi,""Kamu benar Jean, tapi aku ingin ke kota. Ada yang harus aku lakukan.""Apa ada hubungannya dengan surat yang di tulis ibumu? Jika iya aku akan mendukungmu. Dan ini alamat sepupuku dia pasti membantumu, kau bisa menemuinya di sana,""Terima kasih Jean. Kalian adalah teman terbaik yang aku miliki,""Sudahlah Aera selama di sana jangan lupa beri kabar padaku, dan pada Ga Eun. Atau jika perlu aku akan mencari kerja disana agar bisa bersamamu, dan tentunya Ga Eun ikut bersama dengan kita nantinya.""Aera apa kamu tahu alamat rumah Tuan besar Hyung?""Tidak Jean, aku tidak tahu. Tapi aku akan mencarinya. Yang aku dengar Tuan besar Hyung orang no satu di kota J. Aku yakin bisa menemukannya.""Baiklah, sekarang kamu makan. Dan pergilah tidur besok kau akan melakukan perjalanan jauh. Maksudku adalah jalan yang panjang untuk memulai semuanya.""Baiklah Ga Eun, Jean. Malam ini kalian akan menginap disini, bersamaku?""Tentu kami akan menginap,"Mereka menghabiskan banyak waktu, mereka saling bertukar cerita. Sesekali tawa mereka terdengar saat Ga Eun dan Jean membuat cerita yang membuat Aera tersenyum lebar."Aera, sudah malam. Sebaiknya kamu istirahat bukankah besok pagi kamu akan pergi.""Benar yang di katakan oleh Jean, kau harus istirahat. Kami tidak ingin kamu salah alamat karena kamu tertidur saat berada di dalam mobil." Ga Eun, mengingatkan Aera untuk beristirahat. Mengingat besok adalah sejarah baru yang akan di jalani oleh Aera sahabatnya. Tanpa mereka sebagai sahabat yang selalu ada.Tidak jauh di berbeda dengan dua sahabatnya. Aera yang tidak bisa memejamkan matanya, walau berapa kali ia berusaha untuk menutup matanya.Bayangan pengakuan ibu Seo, kembali terbayang membuat Aera terbangun dan memutuskan untuk membuat coklat panas di dapur."Aku, tahu kau tidak bisa tidur malam ini." Area tersentak saat Ga Eun berdiri di sampingnya."Jean sudah tidur?""Ya, kau tahu bagaimana sahabat kita bukan?""Ya, Jean tidak bisa menyentuh bantal. Jika menyentuhnya dalam hitungan detik dia akan terbuai dengan mimpi indahnya.""Katakan apakah tujuan kamu yang terpenting saat ini? Apakah surat dari Bibi yang membuatmu tidak bisa tidur malam ini?" tanya Ga Eun."Kamu benar Ga Eun, kenapa ibu membohongiku?""Bibi, pasti memiliki alasan yang kuat. Percayalah Bibi tidak akan melakukan hal seperti ini jika tidak..""Ga Eun, aku tahu. Tapi kenapa ibu tidak mengatakan yang sebenarnya padaku? Aku akan memahaminya jika ibu bicara jujur padaku Ga Eun.""Percayalah, Bibi memiliki alasan yang tidak bisa mengatakan padamu. Dan inilah tugas untukmu mencari tahu apa yang terjadi dan perjanjian apa antara tuan besar Hyun dan bibi Seo." Aera terdiam sesaat. Dan ia mengangguk membenarkan perkataan Ga Eun."Sudahlah habiskan coklat panasnya. Dan istirahat,"Mereka kembali ke kamar untuk beristirahat. Besok adalah waktu yang baru untuk Aera.****Keesokan harinya Aera yang telah bersiap untuk pergi. Ga Eun dan Jean dua sahabatnya menemaninya sampai taksi online yang di pesannya datang.Mobil yang di pesan Aera tiba berhenti di depan rumah Aera. Sang sopir memasukan barang Aera ke dalam bagasi. Aera menoleh kearah dus sahabatnya dan berkata dengan lirih."Jean aku pergi dulu, GA Eun, aku titipkan rumahku pada kalian.""Kamu jangan khawatir, kami akan sering-sering mengunjungi rumahmu.""Jaga diri baik-baik, jangan lupa kau hubungi sepupuku. Dia akan membantumu disana, dan hubungi kami jika kau baik-baik saja.""Tentu Ga Eun, Jean, aku pasti menghubungimu dan juga sepupumu. Sekarang aku pergi dulu." Ga Eun dan Jean melepas kepergian sahabat yang seperti saudara, sungguh sesuatu yang sangat berat, baik Aera maupun dua sahabatnya. Mereka sebenarnya enggan berpisah namun takdir mereka tidak sama. Aera harus menemui putranya. Yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. bermodalkan alamat Aera mencari keberadaan putranya.Butuh waktu yang panjang untuk menuju kota Seoul, tetapi tekad Aera untuk mencari putranya yang membuatnya tidak merasakan lelah.Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, Aera akhirnya sampai di Ibu Kota. Bermodalkan alamat Naomi sepupu Jean, Aera juga akhirnya menemukan tempat tinggalnya. Aera memperhatikan keadaan sekitar, tempat yang terlihat sederhana namun terlihat bersih dan rapih. Beberapa kali Aera berpapasan dengan sepasang kekasih yang tengah duduk. Mereka terlihat begitu dekat dan tanpa sengaja Aera melihat seorang wanita yang tengah berbincang dengan wanita yang lebih muda. Ingatannya kembali pada Ibunya yang telah meninggal. Aera kembali melangkah mencari alamat yang ada di tangannya."Benar ini alamatnya," Aera tersenyum lebar saat alamat tempat tinggal Naomi berada di depannya. Aera mengetuk pintu dengan berlahan.Tok Tok !!Aera berapa kali mengetuk pintu namun tidak kunjung di buka. Sehingga memutuskan untuk pergi, saat menarik koper terdengar suara orang berlari menghampiri Aera."Hei, apa kamu yang bernama Aera dari kota J?" tanya Naomi dengan napas yang memburu. Dadan
Myung menggendong tubuh Seung dan membawanya ke kamar utama. Tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menegur putranya. Myung mendudukan putranya di sofa panjang yang berada di dalam kamarnya. Di tatapannya Seung dengan intens anak laki-laki yang sangat ia sayangi walau mereka kerap bertengkar dan berbeda pendapat. Namun Seung adalah putra semata wayangnya."Apa seperti ini sifat laki-laki? Seung, untuk terakhir Ayah katakan, jangan lagi kamu bersikap seperti ini. Apa kamu paham?" Myung menulusuri wajah putranya, melihat bibir sang putra yang mewarisi bibir ibunya."Ayah, sudah aku katakan cari Bibi. Aku tidak mau pengasuh yang lain!" Permintaan yang sulit untuk Myung kabulkan, putranya yang menginginkan wanita yang telah menolongnya. Dan pertemuan kedua di restoran, yang baru di sadari putranya saat berada di dalam perjalanan menuju hotel dimana saat itu tengah mengadakan pertemuan dengan klien."Bibi yang mana, kamu maksud Seung? Ayah tidak mengerti, apa kamu bisa memperlihatkan foto
"Paman Sam, jangan membentak Bibi. Apa yang Bibi katakan itu semua benar. Jadi aku minta bersikaplah sopan pada Bibi mengerti?!" Bentak Seung, pria di depan Seung menundukkan kepalanya mendengar suara Seung."Tapi tuan muda, kita tidak tahu siapa nona ini bukan? Bagaimana jika nona ini ingin berbuat jahat pada tuan muda?" "Bibi, tidak mungkin berbuat jahat. karena Bibi yang menolongku saat menyebrang di kota J.""Tapi tuan muda,""Paman Sam, buka pintu mobilnya aku akan mengajak Bibi bertemu dengan ayah.""Baik tuan muda." Paman Sam berlari kearah mobil, membukakan pintu untuk Aera dan Seung. Menyadari Aera hanya berdiri di samping mobil, Seung kembali bersuara."Bibi ikutlah bersamaku, akan aku kenalkan pada Ayah. Bibi tidak perlu takut, ayah orang yang baik.""Ta– tapi, Seung," "Bibi, aku mohon," Aera menatap wajah polos Seung, entah kenapa hatinya merasakan sesuatu. Tidak peduli jika ia akan di anggap butul eh orang tua Seung, baginya saat ini membuat Seung tersenyum adalah ke
"Yong Jin, cari tau wanita itu, kenapa dia bisa berada di sini? Bukankah, kalian tidak menemukan identitasnya? Apa motifnya dia ada di sini? Apa benar dia mengikuti putraku. Jika itu benar maka tugas mu untuk menyeretnya ke jeruji besi." Myung tidak main-main mengenai putra kesayangannya. Tidak ingin terjadi sesuatu padanya membuat Myung mengirim berapa orang untuk menyelidiki identitas Aera, wanita yang telah menolong putranya."Kamu benar, orang-orang kita tidak menemukan identitasnya? Ini sangat mencurigakan. Tapi bukankah ini terlalu terburu-buru, untuk mengetahui apa yang akan di lakukannya di sini?""Itu yang harus kamu cari tahu. Baiklah sekarang tugasmu mencari identitasnya.""Myung, kenapa tidak kita minta saja datanya? Sekarang dia pengasuh putramu? Ini alasan yang tepat, kita bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.""Itu tugasmu. Kenapa harus bertanya padaku?"Suara dingin Myung mampu menghentikan Yong Jin."Baiklah, besok aku pastikan datanya sudah ada di tanganmu,"
"Kenapa kaget begitu? Bukankah itu yang kamu inginkan?" Myung menatap dingin wajah Aera yang terlihat dengan jelas terkejut. Dan raut ketakutan terlihat walau Aera berusaha untuk menyembunyikannya."Maaf Tuan Myung, saya tidak pernah meminta Seung memanggil saya dengan panggilan ibu. Anda salah paham," ucapnya lirih."Bohong kamu!""Cukup Ayah. Jangan buat Ibu ketakutan!" Suara Seung tidak kalah dingin. Dan tegas seperti Myung. Aera berusaha untuk menghentikan perdebatan antara ayah dan anak. Tetapi Aera tidak memiliki keberanian, ia memilih menggeleng kecil pada Seung."Seung, kau tahu sedang bicara dengan siapa?""Aku tahu, sangat tahu! Itu sebabnya aku minta jangan membentak Ibu, jika tidak?""Jika tidak apa Seung?""Aku akan marah pada Ayah.""Seung selesaikan sarapan mu, setelah itu kita berangkat." Dengan keberanian yang ia kumpulkan, Aera menghentikan perdebatan antara anak dan Ayah. Melihat di antara mereka tidak ada yang mau mengalah, membuat Aera memutuskan untuk membawa S
"Saya, ingin makan sekarang bersama putraku! Ada masalah?!"Myung melihat wajah A Young dengan tatapan datar. Hal yang tidak ia sukai saat bersama dengan Seung ada yang menganggu, terlebih melarangnya. Maka ia akan marah dan tidak segan memecat atau pun berbuat kasar."T– tidak, aku hanya," A Young, berusaha duduk di samping Myung. Tidak ingin terlihat buruk di hadapan Aera, pengasuh Seung. A Young kembali bersiap manja pada Myung, pria yang sejak lama ia cintai."Ayah, apa kita jadi makan?""Tentu Nak, mau makan apa?""Apapun, yang akan Ibu Aera masak untuk ku." "Sayang, mau makan roti atau nasi?""Ibu masak apa hari ini?" "Ibu masak sup galbitang, yang terbuat dari iga sapi. "Apa kamu mau?" "Tentu aku mau ibu, masakan ibu selalu enak!" seru Seung."Bisa saja kamu sayang,""Kamu yakin tidak memasukkan sesuatu di dalam sup ini? Bagaimana, jika kamu yang lebih dulu mencicipinya? Myung, aku tidak begitu saja percaya padanya, kamu suruh dia lebih dulu mencobanya?" desaknya. Myung mem
"Aku mencarimu, ternyata kamu ada disini,"Aera mengangkat kepala, mendapati Myung berada tidak jauh darinya."Tuan, ada apa anda mencari saya? Apakah ada sesuatu terjadi pada Seung?" Terlihat dengan jelas raut wajah khawatir Aera saat Myung datang untuk menemuinya. Dan hal itu tidak lepas dari pandangan Myung."Seung baik-baik saja,"Myung menghela napasnya sebelum kembali berkata."Cepatlah ikut denganku, Seung ingin kamu mendampinginya saat memotong kue." Myung dengan tegas meminta pada Aera untuk menemani mereka, terlebih permintaan sang anak di hari ulang tahunnya. Tentunya Myung tidak ingin membuat putranya bersedih."Tapi Tuan saya," Aera berusaha untuk menolak ia tahu acara malam ini adalah acara yang mewah dan tentunya banyak para tamu undangan yang akan hadir. Bukan hanya rekan bisnis Myung, melainkan para artis yang akan datang ke acara yang di adakan oleh Myung. "Ikutlah denganku, ada baju yamg bisa kamu pakai. Malam ini jadilah pendamping kami." Aera menatap wajah My
"Ayah, ibu, aku ingin kita bertiga meniup lilin ini bersama-sama," ucap Seung lirih, wajahnya yang sebelumnya ceria kini berubah sendu. Seung tahu jika ayahnya tidak akan menuruti keinginannya. Mereka saling tatap, sedetik kemudian mereka kembali menatap Seung yang kini telah basah dengan air mata."Baiklah akan Ayah kabulkan." Myung menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuannya pada Aera. Seperti inilah pemandangan mereka bertiga, Seung yang berada di gendongan Myung dan Aera. Mereka meniup lilin bersama-sama.Tanpa sadar tangan Myung memeluk pinggang Aera mendekatkan mereka ke arah kue yang tinggi dan mereka bersama-sama meniup lilin.Suara tepuk tangan memenuhi ruangan yang semakin meriah. Seung yang tidak lepas dari pelukan Aera, bahkan hanya sekedar untuk makan malam baik Seung dan Myung mereka selalu bersama dengan Aera, sikap manja Seung membuat Aera bahagia namun berbeda dengan Myung yang tidak biasa. Sikap pria dingin itu terlihat tidak seperti biasanya, kali ini ia