Myung menggendong tubuh Seung dan membawanya ke kamar utama. Tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menegur putranya. Myung mendudukan putranya di sofa panjang yang berada di dalam kamarnya. Di tatapannya Seung dengan intens anak laki-laki yang sangat ia sayangi walau mereka kerap bertengkar dan berbeda pendapat. Namun Seung adalah putra semata wayangnya.
"Apa seperti ini sifat laki-laki? Seung, untuk terakhir Ayah katakan, jangan lagi kamu bersikap seperti ini. Apa kamu paham?" Myung menulusuri wajah putranya, melihat bibir sang putra yang mewarisi bibir ibunya."Ayah, sudah aku katakan cari Bibi. Aku tidak mau pengasuh yang lain!" Permintaan yang sulit untuk Myung kabulkan, putranya yang menginginkan wanita yang telah menolongnya. Dan pertemuan kedua di restoran, yang baru di sadari putranya saat berada di dalam perjalanan menuju hotel dimana saat itu tengah mengadakan pertemuan dengan klien."Bibi yang mana, kamu maksud Seung? Ayah tidak mengerti, apa kamu bisa memperlihatkan foto Bibi yang kamu maksudkan?""Bibi yang berada di kota J. Dia bekerja di restoran, aku bertemu dengannya disana Ayah. Dan Bibi itu yang menolongku saat menyebrang, ayah cari Bibi!" Myung hanya memijat pelipisnya. Untuk kesekian kalinya Myung di sibukkan dengan permintaan sang putra yang tidak masuk akal."Cukup Seung! Ayah sudah bersabar menghadapi sikap konyol mu. Berhenti menyebut Bibi paham!!""Seung benci Ayah!""Seung!" Myung hanya menghela napas panjang melihat kemarahan putra tercintanya."Myung, kenapa Seung menangis?" Tanya A Yong, yang tiba-tiba ada di dalam kamar Myung."A Young! untuk apa kamu masuk kedalam kamar ku? Sebaiknya kamu keluar." Myung yang tidak suka kamar pribadinya di masuki oleh orang lain terlebih dia seorang wanita. Tanpa memedulikan siapa A Young, Myung membentak dengan suara dingin."Aku, hanya ingin tahu kenapa Seung menangis. Hanya itu Myung. Kenapa kamu membentak ku?""Tidak apa-apa, biarkan dia sendiri. Sebaiknya kamu keluar dari kamarku." Myung menyadari jika A Young tidak bergeser dari posisinya. Bergegas Myung berjalan keluar dari kamarnya."Myung, aku belum selesai bicara dengan mu!" A Young berlari mengejar Myung yang berjalan di depannya."Yong Jin ikut denganku!!""Aaarrggghhh, menyebalkan!!" gerutu A Yong, untuk kesekian kali. Dirinya harus bersabar menghadapi sikap dua pria berbeda generasi.'Jika bukan karena hartamu. Aku tidak sudi mengemis seperti ini myung.'"Myung, tunggu aku!!" A Young berlari keluar dari Mansion mewah milik Myung."Ada apa Myung? Kenapa Seung sampai menangis, seperti itu?" Yong Jin asisten pribadi sekaligus sahabat Myung. Berusaha untuk menanyakan kejadian yang menimpa tuan mudanya."Dia ingin bertemu dengan wanita itu. Wanita yang dia temui di restoran di kota J. Bagaimana dengan penyelidikannya, apa kamu berhasil?""Wanita itu sudah tidak bekerja disana. Untuk identitas tidak ada, bahkan manajer restoran tidak tahu tempat tinggalnya." Myung menyandarkan tubuhnya, bagaimana dirinya mencari wanita yang menolong putranya. Sedangkan dirinya tidak tahu identitasnya."Apa kamu tidak menemukan, identitas lainnya?" tanya Myung."Aera, ya Aera. Hanya namanya yang bisa aku dapatkan Myung." Mengingat nama Aera, Yong Jin harus menulis di sebuah buku. Nama indah namun sulit untuk di ingat Yong Jin mengingat saat meminta salah satu karyawan restoran untuk menyebutkan nama wanita yang keluar dari restoran.'Wanita seperti apa dirimu? Sampai Putraku menginginkan dirimu menjadi pengasuhnya.' ucap Myung dalam hati."Seung maukah kau ikut dengan Bibi, jalan-jalan?" Ajak A yong."Tidak, aku bisa pergi sendiri!!" tolak Seung."Paman Sam, antarkan Aku ke taman!!" Tanpa memperdulikan A Young, yang berusaha untuk merayunya. Dengan cepat Seung menaiki mobil dan pergi."Anak itu benar-benar menyebalkan. Kenapa sih mereka memiliki sifat yang menyebalkan!!" Geram A Young pergi menemui Myung."Myung, antarkan aku ke studio. Hari ini ada pemotretan," A Young duduk di samping Myung.Pembicaraan terhenti saat A Young duduk di samping Myung."Yong Jin, ke studio.""Baik tuan, Myung.""Myung, bagaimana lagi aku mendekati putramu. Dia sangat sulit untuk aku, kendalikan." A Young, menceritakan bagaimana kesulitan dirinya untuk mendekati Seung. Anak yang selama ini menjadi kunci hubungan A Young dengan Myung."Kenapa tidak mengikutinya ke taman? Bukankah itu waktu yang tepat, untuk menjadi sahabatnya?" Myung, menoleh kearah Wanita yang berambut merah dengan riasan yang tebal."Aku, pasti di usir olehnya. Apakah kamu ingin mempermalukan aku di depan umum, Myung?" A Young merebahkan kepalanya di bahu Myung."Sudahlah, aku tidak bisa mengantarmu ke studio. Aku menyuruh orang untuk mengantarmu. Dia menunggu disana," tanpa menoleh ke arah A Young, Myung menunjuk kearah mobil mewah di depannya."Myung, kamu tega. Memperlakukan aku seperti ini!" A Young keluar dari mobil Myung, saat Yong Jin membuka pintu mobil untuknya."Dia sama seperti putranya. Sama-sama menyebalkan!!" Myung kembali menatap laptopnya dan memperhatikan putranya yang berada di taman.****Di tempat lain Aera berkeliling mencari pekerjaan namun tidak mendapatkan, lelah berjalan Aera berhenti di sebuah taman yang berada di tengah pusat kota. Saat sedang berjalan tiba-tiba seorang anak kecil menabraknya sehingga anak itu terjatuh.Bug !!"Sayang kamu tidak apa-apa?" tanya Aera khawatir."Tidak apa-apa Bib ... " Seung merasa mengenali suara wanita yang di tabrakannya. Dengan cepat mengangkat kepalanya. Senyum lebar menghiasi wajah tampannya."Bibi!!" Seru Seung berdiri dan memeluk Aera dengan erat. Aera dengan cepat membalas pelukan Seung."Seung? apakah ini benar-benar kamu?" Aera tidak percaya bertemu dengan anak kecil yang menabraknya di restoran. Dan anak yang ditolongnya saat menyebrang jalan."Benar Bibi, aku Seung." Seung mempererat pelukannya, membuat Aera tersenyum."Apa yang kamu lakukan disini? Dimana ibu dan ayahmu? Bagaimana jika ada orang jahat dan menculik mu?" Aera melepas pelukan dan mendudukkan Seung di kursi taman, beberapa pertanyaan Aera ajukan pada Seung. Aera mencari keberadaan orang tua Seung. Namun tidak mendapati siapapun di taman. Hanya berapa orang yang sedang tengah bersantai bersama keluarga."Seung jawab pertanyaan Bibi. Apa yang kamu lakukan disini?""Aku hanya ingin jalan-jalan saja bibi. Aku kesini bersama sopir,""Dimana orang tuamu Seung?" Aera kembali menanyakan orang tuan Seung. Yang membiarkan putranya yang masih kecil berada di taman seorang diri."Mereka ada di rumah," Aera terkejut mendengar perkataan Seung."Bibi, apa yang di lakukan Bibi disini?""Bibi hanya jalan-jalan disini Seung." Jawab Aera."Bibi, maukah Bibi menjadi pengasuhku?" Aera mendengar permintaan Seung hanya bisa melongo. Permintaan seorang anak kecil yang tidak di ketahui siapa orang tuanya."Mau ya Bibi. Aku hanya ingin Bibi yang menjadi pengasuhku." Rengek Seung.Aera berfikir bagaimana bisa menuruti kemauan Seung, sedangkan orang tua Seung saja Aera tidak mengenalnya. Dan tujuan dirinya berada di kota S hanya untuk mencari keluarga Hyun agar bisa bertemu dengan putranya. Bukan untuk menjadi pengasuh anak yang baru berapa kali bertemu dengannya."Bibi ikutlah denganku," Seung menggoyangkan tubuh Aera yang masih terdiam."Seung itu tidak mungkin. Bagaimana dengan orang tuamu nanti?""Orang tuaku tidak akan marah bibi, ayolah Bibi.." Aera tidak tega melihat rengekan Seung."Baiklah ayo, Bibi antar kamu kerumah. Dimana mobilnya?"Seorang lelaki berlari dengan tergesa-gesa, sesampainya di depan Aera laki-laki berseragam hitam memandang tajam padanya."Apa yang kamu lakukan pada tuan muda?" Tanya pria yang bertubuh besar."Saya tidak melakukan apa-apa, kami tidak sengaja bertabrakan." Sahut Aera."Bohong! kamu mau menipu kami hah?!""Paman Sam, jangan membentak Bibi. Apa yang Bibi katakan itu semua benar. Jadi aku minta bersikaplah sopan pada Bibi mengerti?!" Bentak Seung, pria di depan Seung menundukkan kepalanya mendengar suara Seung."Tapi tuan muda, kita tidak tahu siapa nona ini bukan? Bagaimana jika nona ini ingin berbuat jahat pada tuan muda?" "Bibi, tidak mungkin berbuat jahat. karena Bibi yang menolongku saat menyebrang di kota J.""Tapi tuan muda,""Paman Sam, buka pintu mobilnya aku akan mengajak Bibi bertemu dengan ayah.""Baik tuan muda." Paman Sam berlari kearah mobil, membukakan pintu untuk Aera dan Seung. Menyadari Aera hanya berdiri di samping mobil, Seung kembali bersuara."Bibi ikutlah bersamaku, akan aku kenalkan pada Ayah. Bibi tidak perlu takut, ayah orang yang baik.""Ta– tapi, Seung," "Bibi, aku mohon," Aera menatap wajah polos Seung, entah kenapa hatinya merasakan sesuatu. Tidak peduli jika ia akan di anggap butul eh orang tua Seung, baginya saat ini membuat Seung tersenyum adalah ke
"Yong Jin, cari tau wanita itu, kenapa dia bisa berada di sini? Bukankah, kalian tidak menemukan identitasnya? Apa motifnya dia ada di sini? Apa benar dia mengikuti putraku. Jika itu benar maka tugas mu untuk menyeretnya ke jeruji besi." Myung tidak main-main mengenai putra kesayangannya. Tidak ingin terjadi sesuatu padanya membuat Myung mengirim berapa orang untuk menyelidiki identitas Aera, wanita yang telah menolong putranya."Kamu benar, orang-orang kita tidak menemukan identitasnya? Ini sangat mencurigakan. Tapi bukankah ini terlalu terburu-buru, untuk mengetahui apa yang akan di lakukannya di sini?""Itu yang harus kamu cari tahu. Baiklah sekarang tugasmu mencari identitasnya.""Myung, kenapa tidak kita minta saja datanya? Sekarang dia pengasuh putramu? Ini alasan yang tepat, kita bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.""Itu tugasmu. Kenapa harus bertanya padaku?"Suara dingin Myung mampu menghentikan Yong Jin."Baiklah, besok aku pastikan datanya sudah ada di tanganmu,"
"Kenapa kaget begitu? Bukankah itu yang kamu inginkan?" Myung menatap dingin wajah Aera yang terlihat dengan jelas terkejut. Dan raut ketakutan terlihat walau Aera berusaha untuk menyembunyikannya."Maaf Tuan Myung, saya tidak pernah meminta Seung memanggil saya dengan panggilan ibu. Anda salah paham," ucapnya lirih."Bohong kamu!""Cukup Ayah. Jangan buat Ibu ketakutan!" Suara Seung tidak kalah dingin. Dan tegas seperti Myung. Aera berusaha untuk menghentikan perdebatan antara ayah dan anak. Tetapi Aera tidak memiliki keberanian, ia memilih menggeleng kecil pada Seung."Seung, kau tahu sedang bicara dengan siapa?""Aku tahu, sangat tahu! Itu sebabnya aku minta jangan membentak Ibu, jika tidak?""Jika tidak apa Seung?""Aku akan marah pada Ayah.""Seung selesaikan sarapan mu, setelah itu kita berangkat." Dengan keberanian yang ia kumpulkan, Aera menghentikan perdebatan antara anak dan Ayah. Melihat di antara mereka tidak ada yang mau mengalah, membuat Aera memutuskan untuk membawa S
"Saya, ingin makan sekarang bersama putraku! Ada masalah?!"Myung melihat wajah A Young dengan tatapan datar. Hal yang tidak ia sukai saat bersama dengan Seung ada yang menganggu, terlebih melarangnya. Maka ia akan marah dan tidak segan memecat atau pun berbuat kasar."T– tidak, aku hanya," A Young, berusaha duduk di samping Myung. Tidak ingin terlihat buruk di hadapan Aera, pengasuh Seung. A Young kembali bersiap manja pada Myung, pria yang sejak lama ia cintai."Ayah, apa kita jadi makan?""Tentu Nak, mau makan apa?""Apapun, yang akan Ibu Aera masak untuk ku." "Sayang, mau makan roti atau nasi?""Ibu masak apa hari ini?" "Ibu masak sup galbitang, yang terbuat dari iga sapi. "Apa kamu mau?" "Tentu aku mau ibu, masakan ibu selalu enak!" seru Seung."Bisa saja kamu sayang,""Kamu yakin tidak memasukkan sesuatu di dalam sup ini? Bagaimana, jika kamu yang lebih dulu mencicipinya? Myung, aku tidak begitu saja percaya padanya, kamu suruh dia lebih dulu mencobanya?" desaknya. Myung mem
"Aku mencarimu, ternyata kamu ada disini,"Aera mengangkat kepala, mendapati Myung berada tidak jauh darinya."Tuan, ada apa anda mencari saya? Apakah ada sesuatu terjadi pada Seung?" Terlihat dengan jelas raut wajah khawatir Aera saat Myung datang untuk menemuinya. Dan hal itu tidak lepas dari pandangan Myung."Seung baik-baik saja,"Myung menghela napasnya sebelum kembali berkata."Cepatlah ikut denganku, Seung ingin kamu mendampinginya saat memotong kue." Myung dengan tegas meminta pada Aera untuk menemani mereka, terlebih permintaan sang anak di hari ulang tahunnya. Tentunya Myung tidak ingin membuat putranya bersedih."Tapi Tuan saya," Aera berusaha untuk menolak ia tahu acara malam ini adalah acara yang mewah dan tentunya banyak para tamu undangan yang akan hadir. Bukan hanya rekan bisnis Myung, melainkan para artis yang akan datang ke acara yang di adakan oleh Myung. "Ikutlah denganku, ada baju yamg bisa kamu pakai. Malam ini jadilah pendamping kami." Aera menatap wajah My
"Ayah, ibu, aku ingin kita bertiga meniup lilin ini bersama-sama," ucap Seung lirih, wajahnya yang sebelumnya ceria kini berubah sendu. Seung tahu jika ayahnya tidak akan menuruti keinginannya. Mereka saling tatap, sedetik kemudian mereka kembali menatap Seung yang kini telah basah dengan air mata."Baiklah akan Ayah kabulkan." Myung menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuannya pada Aera. Seperti inilah pemandangan mereka bertiga, Seung yang berada di gendongan Myung dan Aera. Mereka meniup lilin bersama-sama.Tanpa sadar tangan Myung memeluk pinggang Aera mendekatkan mereka ke arah kue yang tinggi dan mereka bersama-sama meniup lilin.Suara tepuk tangan memenuhi ruangan yang semakin meriah. Seung yang tidak lepas dari pelukan Aera, bahkan hanya sekedar untuk makan malam baik Seung dan Myung mereka selalu bersama dengan Aera, sikap manja Seung membuat Aera bahagia namun berbeda dengan Myung yang tidak biasa. Sikap pria dingin itu terlihat tidak seperti biasanya, kali ini ia
"Myung kenapa tidak kamu coba untuk tidur bersama dengan pengasuh itu?""Yong Jin!""Aku hanya memberikan solusi untukmu,""Diam,"Myung menghela napasnya, mimpi buruk yang selalu menghantuinya selama bertahun-tahun tidak kunjung sembuh. Berbagai pengobatan sudah di lakukannya, bahkan ia mencoba tidur dengan berapa gadis namun tidak ada hasilnya, mimpi buruk itu tidak lepas darinya."Bukankah kau sudah mencoba tidur dengan berapa wanita? Tapi hasilnya tidak ada satupun dari mereka yang bisa menyembuhkan mu. Myung, setidaknya kamu coba dulu,""Sepertinya begitu. Sudahlah aku tidak ingin memikirkan penyakit aneh ini, saat ini ada yang lebih penting dari itu,"Myung mencoba melupakan penyakit yang ia alami sejak dulu. Penyakit yang sampai saat ini tidak ada obatnya, bahkan dokter manapun tidak mampu untuk mendeteksi penyakitnya, hanya saran dan saran yang ia terima. Satu obat pencegahan yang sampai saat ini ia konsumsi tidak memberinya efek apapun."Aku mengerti Myung, bagaimana kalau ki
Myung terdiam mendengar penuturan putranya mengenai A Young. Tidak di pungkiri olehnya yang di katakan oleh Seung adalah benar. Berbeda dengan Myung berbeda lagi dengan Aera.Tidak jauh dari meja makan Aera berdiri mematung di samping Seung. Ia benar-benar syok anak yang di asuhnya bersikap seperti itu. Sikap seorang pria dewasa yang tidak ia lihat dari Myung, Aera tersentak saat Seung tidak lagi berada di sampingnya. Seung meninggalkan ruang makan, namun langkahnya terhenti ketika suara lembut memanggilnya."Seung sayang, duduklah dan makan sarapanmu. Setelah itu kamu bisa berangkat sekolah,"Aera menjajarkan tubuhnya dengan tinggi tubuh Seung. Jari lentiknya mengusap punggung dan dada putra asuhnya dengan lembut dan melanjutkan kata-katanya."Jangan biarkan kemarahan ini kamu bawa ke sekolah, karena akan mengganggu konsentrasi belajarmu nanti. Minta maaf pada Bibi A Young, jangan ulangi sikap ini Seung, itu tidak baik sayang."Seung menatap wajah cantik wanita yang berada di hadapa