"Paman Sam, jangan membentak Bibi. Apa yang Bibi katakan itu semua benar. Jadi aku minta bersikaplah sopan pada Bibi mengerti?!"
Bentak Seung, pria di depan Seung menundukkan kepalanya mendengar suara Seung."Tapi tuan muda, kita tidak tahu siapa nona ini bukan? Bagaimana jika nona ini ingin berbuat jahat pada tuan muda?""Bibi, tidak mungkin berbuat jahat. karena Bibi yang menolongku saat menyebrang di kota J.""Tapi tuan muda,""Paman Sam, buka pintu mobilnya aku akan mengajak Bibi bertemu dengan ayah.""Baik tuan muda."Paman Sam berlari kearah mobil, membukakan pintu untuk Aera dan Seung. Menyadari Aera hanya berdiri di samping mobil, Seung kembali bersuara."Bibi ikutlah bersamaku, akan aku kenalkan pada Ayah. Bibi tidak perlu takut, ayah orang yang baik.""Ta– tapi, Seung,""Bibi, aku mohon,"Aera menatap wajah polos Seung, entah kenapa hatinya merasakan sesuatu. Tidak peduli jika ia akan di anggap butul eh orang tua Seung, baginya saat ini membuat Seung tersenyum adalah keharusan untuk dirinya."Baiklah," Aera duduk di samping Seung, perasaan kini kembali tidak menentu mengikuti permintaan anak kecil yang ditolongnya.Sopir sekaligus pengawal pribadi Seung, menatap tidak percaya pada tuan kecilnya. Pasalnya Seung tipe anak yang tidak mudah bergaul terlebih pada orang yang baru di kenalnya, namun melihat sikap Seung pada wanita yang saat ini berada di sampingnya. Tuan kecilnya terlihat sangat berbeda dengan sikap Seung pada nona A Young kekasih ayahnya."Paman Sam, berhenti memikirkan yang tidak penting! Cepat tutup pintunya dan pergi ke kantor ayah. Jika perlu hubungi ayah untuk kembali ke mansion." Pengawal Seung hanya bisa diam terpaku. Mendengar kata-kata dari Tuan kecilnya, yang begitu dingin dan tegas. Bukan hal baru untuknya, namun kali ini ia benar-benar terkejut dengan sikap Tuan muda.Seung adalah anak yang memiliki kecerdasan yang di atas rata-rata, meskipun usianya baru menginjak empat tahun. Namun tidak bisa di pandang remeh.Seung memperhatikan Aera dengan pandangan sendu tanpa segan Seung meminta Aera untuk memeluknya. tanpa menolak permintaan Seung. Aera mengangkat Seung dan mendudukkan di atas pangkuannya. Dengan lembut Aera memeluknya hingga Seung terlelap.Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Sopir yang diam-diam menghubungi Myung, jika tuan mudanya kembali ke mansion dengan membawa seorang wanita. Terdengar suara Myung yang terkejut, tetapi Sam telah menjelaskan apa yang terjadi pada Seung. Sam berapa kali menoleh ke arah Aera yang dengan lembut membelai rambut Seung yang terlelap dalam pelukannya.Tidak berapa lama mobil mewah yang membawa Aera dan Seung memasuki halaman mansion, yang mewah milik Seung.Seung yang tertidur terbangun saat mobil berhenti di halaman mansion. Bergegas Seung keluar dari mobil di ikuti dengan Aera, tangan Seung tidak lepas dari genggaman tangan Aera. Dia takut jika melepaskan tangannya dari Aera, maka dia akan di tinggal.Sesampainya di dalam terlihat Myung menuruni anak tangga, pandangan matanya menatap tajam Aera.Bagaimana putranya membawa wanita asing bahkan Seung menggandeng tangan wanita itu dengan posesif."Saung siapa wanita yang bersamamu?!" tanya Myung dengan suara tegasnya."Dialah Bibi yang aku cari itu. Ayah, tidak perlu mencarinya. Dan satu lagi jangan ada yang mengusirnya!"A Young yang mendengar jika Seung membawa wanita asing segera kembali ke mansion. Benar yang di katakan orang kepercayaannya yang menjadi pelayan di mansion Myung."Seung, siapa wanita itu? Tunggu sepertinya aku pernah melihatnya?" tanya A Young, yang tiba di mansion. Mendengar perdebatan antara Seung dan Myung terdengar jelas di telinganya.A Young berfikir dengan keras dimana dia melihatnya, kembali menatap tajam Aera yang masih menggenggam tangan Seung."Aku ingat sekarang, kamu adalah pelayan restoran yang berada di kota J? Benar bukan?" A Young, menelusuri pakaian Aera yang sederhana. Tapi wajahnya yang cantik membuatnya sedikit risih, terlebih pemandangan di depan matanya membuat hatinya memanas."Mau apa kamu disini? Atau jangan-jangan kamu membututi kami iya, kan? Jawab!!"Aera menghela napasnya mendengar tuduhan wanita di depannya."Maaf, sepertinya anda salah paham. Saya kemari hanya ingin..""Bohong! Bagaimana bisa kamu bertemu dengan putraku? Jika tidak di rencanakan olehmu. Oh, aku tahu sekarang, kamu hanya menginginkanuangnya bukan? Oke, akan aku siapkan untukmu, tapi setelah itu cepat tinggalkan Mansion ini!"A Young berusaha untuk mengusir Aera. Ia merogoh tasnya untuk mengeluarkan cek kosong, namun suara dingin Seung membuat dirinya berhenti."Cukup, Bibi! Aku bukan anakmu. Dan aku tidak suka jika Bibi Young berbuat kasar pada Bibiku!" Seung berdiri di depan Aera untuk melindunginya, dari amukan Myung dan A Young."Apa yang sudah kamu lakukan pada putraku? Sampai dia berbuat seperti ini padaku? Sekarang, pergilah dari sini jika tidak. Aku pastikan pengawal yang akan mengusir mu dengan kasar. Aku yakin jika kamu mengikuti kami sampai ke sini, kalau tidak bagaimana kamu bertemu dengan anakku. Sekarang, keluar atau ayah dari putraku yang akan mengusir mu!"A Young kembali berteriak di depan Aera. Myung hanya memperhatikan Aera yang sejak tadi terdiam, walau ia tahu jika ada hal yang ingin di katakanya."Maaf saya tidak mengikuti kalian, dan tujuan saya kesini hanya mengantar anak kecil ini. Kami tidak sengaja bertemu di taman yang berada di kota. Maaf jika kedatangan saya membuat kegaduhan, permisi." Aera keluar dari mansion milik Myung, namun Seung mengejarnya."Jangan pergi Bibi. Tetaplah disini bersamaku, aku tidak ingin berpisah dengan Bibi,"rengek Seung pada Aera. Berbalik dan menjajarkan posisi tubuhnya di depan Seung."Sayang, Bibi harus pergi. Kita bisa bertemu, kapanpun Seung mau."Aera berusaha untuk membujuk Seung, agar tidak menghalangi langkahnya. Tatapan mematikan dari Myung, membuat tubuh Aera bergetar. Aera berusaha untuk tetap tenang, meski dalam hatinya merasakan ketakutan."Tidak Bibi! Bibi tidak akan pergi kemanapun. Bibi akan tetep berada disini,"Seung meninggikan suaranya dan menahan pergelangan tangan Aera."Saung sayang, Bibi berjanji kita akan bertemu kembali. Jika perlu Bibi akan berkunjung kesini untuk menemui Seung, bagaimana?""Tidak! Bibi tetap disini. Mulai hari ini Bibi adalah pengasuhku! tidak ada yang bisa memecat Bibi, selain aku!"Semua orang yang berada di ruang tamu, terkejut atas apa yang di lakukan Seung. Tidak ada yang menyangka jika anak berusia empat tahun, bisa mengucapkan kata-kata dengan sangat tegas. Myung di buat diam atas ucapan putra kesayangannya.Kini semua memandang ke arah Myung. Dengan perasaan takut.'Seperti apa wanita yang mengandung kamu Seung, kenapa sifat mu sekeras ini,' menyadari semua menundukkan kepalanya. Myung kembali menatap tajam Aera yang berusaha untuk membujuk Seung. Untuk pertama kalinya, putranya memilih sendiri dan untuk pertama kalinya putranya posesif terhadap orang asing. Myung yang menyadari ada ketulusan dari wanita yang baru di kenal oleh putranya.Setelah berfikir sesaat Myung menganggukkan kepala. Semua pelayan dan sopir pribadi Seung sangat bergembira. tetapi mereka begitu heran dengan sikap Seung yang tiba-tiba berubah manja terhadap wanita asing. Mereka mengenal sosok Seung yang sangat sulit untuk di dekati."Baiklah dia akan bekerja disini. Tapi ingat, jangan berbuat macam-macam pada putraku.""Ayah dia Bibiku, ayah tidak sepantasnya bicara seperti itu!!" Myung menghela napasnya, melihat sikap Seung yang tidak pernah manja terhadap siapapun termasuk dirinya."Lakukan, apa yang kau sukai Seung."Setelah mengatakan Myung kembali ke ruang kerjanya. Di ikuti oleh Asisten pribadinya."Yong Jin cari tau wanita itu, kenapa dia bisa berada di sini? Bukankah kalian tidak menemukan identitasnya? Apa motifnya dia ada di sini? Apa benar dia mengikuti putraku, maka tugas mu untuk menyeretnya ke jeruji besi.""Yong Jin, cari tau wanita itu, kenapa dia bisa berada di sini? Bukankah, kalian tidak menemukan identitasnya? Apa motifnya dia ada di sini? Apa benar dia mengikuti putraku. Jika itu benar maka tugas mu untuk menyeretnya ke jeruji besi." Myung tidak main-main mengenai putra kesayangannya. Tidak ingin terjadi sesuatu padanya membuat Myung mengirim berapa orang untuk menyelidiki identitas Aera, wanita yang telah menolong putranya."Kamu benar, orang-orang kita tidak menemukan identitasnya? Ini sangat mencurigakan. Tapi bukankah ini terlalu terburu-buru, untuk mengetahui apa yang akan di lakukannya di sini?""Itu yang harus kamu cari tahu. Baiklah sekarang tugasmu mencari identitasnya.""Myung, kenapa tidak kita minta saja datanya? Sekarang dia pengasuh putramu? Ini alasan yang tepat, kita bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.""Itu tugasmu. Kenapa harus bertanya padaku?"Suara dingin Myung mampu menghentikan Yong Jin."Baiklah, besok aku pastikan datanya sudah ada di tanganmu,"
"Kenapa kaget begitu? Bukankah itu yang kamu inginkan?" Myung menatap dingin wajah Aera yang terlihat dengan jelas terkejut. Dan raut ketakutan terlihat walau Aera berusaha untuk menyembunyikannya."Maaf Tuan Myung, saya tidak pernah meminta Seung memanggil saya dengan panggilan ibu. Anda salah paham," ucapnya lirih."Bohong kamu!""Cukup Ayah. Jangan buat Ibu ketakutan!" Suara Seung tidak kalah dingin. Dan tegas seperti Myung. Aera berusaha untuk menghentikan perdebatan antara ayah dan anak. Tetapi Aera tidak memiliki keberanian, ia memilih menggeleng kecil pada Seung."Seung, kau tahu sedang bicara dengan siapa?""Aku tahu, sangat tahu! Itu sebabnya aku minta jangan membentak Ibu, jika tidak?""Jika tidak apa Seung?""Aku akan marah pada Ayah.""Seung selesaikan sarapan mu, setelah itu kita berangkat." Dengan keberanian yang ia kumpulkan, Aera menghentikan perdebatan antara anak dan Ayah. Melihat di antara mereka tidak ada yang mau mengalah, membuat Aera memutuskan untuk membawa S
"Saya, ingin makan sekarang bersama putraku! Ada masalah?!"Myung melihat wajah A Young dengan tatapan datar. Hal yang tidak ia sukai saat bersama dengan Seung ada yang menganggu, terlebih melarangnya. Maka ia akan marah dan tidak segan memecat atau pun berbuat kasar."T– tidak, aku hanya," A Young, berusaha duduk di samping Myung. Tidak ingin terlihat buruk di hadapan Aera, pengasuh Seung. A Young kembali bersiap manja pada Myung, pria yang sejak lama ia cintai."Ayah, apa kita jadi makan?""Tentu Nak, mau makan apa?""Apapun, yang akan Ibu Aera masak untuk ku." "Sayang, mau makan roti atau nasi?""Ibu masak apa hari ini?" "Ibu masak sup galbitang, yang terbuat dari iga sapi. "Apa kamu mau?" "Tentu aku mau ibu, masakan ibu selalu enak!" seru Seung."Bisa saja kamu sayang,""Kamu yakin tidak memasukkan sesuatu di dalam sup ini? Bagaimana, jika kamu yang lebih dulu mencicipinya? Myung, aku tidak begitu saja percaya padanya, kamu suruh dia lebih dulu mencobanya?" desaknya. Myung mem
"Aku mencarimu, ternyata kamu ada disini,"Aera mengangkat kepala, mendapati Myung berada tidak jauh darinya."Tuan, ada apa anda mencari saya? Apakah ada sesuatu terjadi pada Seung?" Terlihat dengan jelas raut wajah khawatir Aera saat Myung datang untuk menemuinya. Dan hal itu tidak lepas dari pandangan Myung."Seung baik-baik saja,"Myung menghela napasnya sebelum kembali berkata."Cepatlah ikut denganku, Seung ingin kamu mendampinginya saat memotong kue." Myung dengan tegas meminta pada Aera untuk menemani mereka, terlebih permintaan sang anak di hari ulang tahunnya. Tentunya Myung tidak ingin membuat putranya bersedih."Tapi Tuan saya," Aera berusaha untuk menolak ia tahu acara malam ini adalah acara yang mewah dan tentunya banyak para tamu undangan yang akan hadir. Bukan hanya rekan bisnis Myung, melainkan para artis yang akan datang ke acara yang di adakan oleh Myung. "Ikutlah denganku, ada baju yamg bisa kamu pakai. Malam ini jadilah pendamping kami." Aera menatap wajah My
"Ayah, ibu, aku ingin kita bertiga meniup lilin ini bersama-sama," ucap Seung lirih, wajahnya yang sebelumnya ceria kini berubah sendu. Seung tahu jika ayahnya tidak akan menuruti keinginannya. Mereka saling tatap, sedetik kemudian mereka kembali menatap Seung yang kini telah basah dengan air mata."Baiklah akan Ayah kabulkan." Myung menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuannya pada Aera. Seperti inilah pemandangan mereka bertiga, Seung yang berada di gendongan Myung dan Aera. Mereka meniup lilin bersama-sama.Tanpa sadar tangan Myung memeluk pinggang Aera mendekatkan mereka ke arah kue yang tinggi dan mereka bersama-sama meniup lilin.Suara tepuk tangan memenuhi ruangan yang semakin meriah. Seung yang tidak lepas dari pelukan Aera, bahkan hanya sekedar untuk makan malam baik Seung dan Myung mereka selalu bersama dengan Aera, sikap manja Seung membuat Aera bahagia namun berbeda dengan Myung yang tidak biasa. Sikap pria dingin itu terlihat tidak seperti biasanya, kali ini ia
"Myung kenapa tidak kamu coba untuk tidur bersama dengan pengasuh itu?""Yong Jin!""Aku hanya memberikan solusi untukmu,""Diam,"Myung menghela napasnya, mimpi buruk yang selalu menghantuinya selama bertahun-tahun tidak kunjung sembuh. Berbagai pengobatan sudah di lakukannya, bahkan ia mencoba tidur dengan berapa gadis namun tidak ada hasilnya, mimpi buruk itu tidak lepas darinya."Bukankah kau sudah mencoba tidur dengan berapa wanita? Tapi hasilnya tidak ada satupun dari mereka yang bisa menyembuhkan mu. Myung, setidaknya kamu coba dulu,""Sepertinya begitu. Sudahlah aku tidak ingin memikirkan penyakit aneh ini, saat ini ada yang lebih penting dari itu,"Myung mencoba melupakan penyakit yang ia alami sejak dulu. Penyakit yang sampai saat ini tidak ada obatnya, bahkan dokter manapun tidak mampu untuk mendeteksi penyakitnya, hanya saran dan saran yang ia terima. Satu obat pencegahan yang sampai saat ini ia konsumsi tidak memberinya efek apapun."Aku mengerti Myung, bagaimana kalau ki
Myung terdiam mendengar penuturan putranya mengenai A Young. Tidak di pungkiri olehnya yang di katakan oleh Seung adalah benar. Berbeda dengan Myung berbeda lagi dengan Aera.Tidak jauh dari meja makan Aera berdiri mematung di samping Seung. Ia benar-benar syok anak yang di asuhnya bersikap seperti itu. Sikap seorang pria dewasa yang tidak ia lihat dari Myung, Aera tersentak saat Seung tidak lagi berada di sampingnya. Seung meninggalkan ruang makan, namun langkahnya terhenti ketika suara lembut memanggilnya."Seung sayang, duduklah dan makan sarapanmu. Setelah itu kamu bisa berangkat sekolah,"Aera menjajarkan tubuhnya dengan tinggi tubuh Seung. Jari lentiknya mengusap punggung dan dada putra asuhnya dengan lembut dan melanjutkan kata-katanya."Jangan biarkan kemarahan ini kamu bawa ke sekolah, karena akan mengganggu konsentrasi belajarmu nanti. Minta maaf pada Bibi A Young, jangan ulangi sikap ini Seung, itu tidak baik sayang."Seung menatap wajah cantik wanita yang berada di hadapa
Aera mengerutkan keningnya mendengar penuturan A Young, jika ia di usir dari mansion."Apa maksudmu Nona, Tuan Myung mengusir saya?" tanya Aera lirih."Apa telingamu tuli? sehingga aku mengulang perkataan ku?"A Young berdiri dengan angkuh, bahkan saat ini tangan A Young berada di pingganya."T– tapi nona,""Tidak ada tapi! Sekarang cepat pergi dari sini. Kamu tidak perlu lagi masuk ke dalam kamar koper berisi pakaianmu ada di sini. Pergilah sekarang juga sebelum keamanan menyeret mu, pengaruh sialan."Aera menarik kopernya, melangkah dengan gontai meninggalkan mansion Myung."Inikah yang aku rasakan sedari tadi? Berpisah dengan Seung? Aku sangat menyayanginya, kenapa hati ini tidak ingin berpisah dengannya," ucap Aera dalam hati.Sampai di depan gerbang, Aera menatap Mansion mewah dengan pandangan sendu kenangan bersama Seung bagaikan layangan yang berterbangan di pelupuk matanya, Aera benar-benar telah keluar dan meninggalkan Seung selamanya."Nona Aera, kenapa membawa koper?" Sam