"Kenapa kaget begitu? Bukankah itu yang kamu inginkan?" Myung menatap dingin wajah Aera yang terlihat dengan jelas terkejut. Dan raut ketakutan terlihat walau Aera berusaha untuk menyembunyikannya."Maaf Tuan Myung, saya tidak pernah meminta Seung memanggil saya dengan panggilan ibu. Anda salah paham," ucapnya lirih."Bohong kamu!""Cukup Ayah. Jangan buat Ibu ketakutan!" Suara Seung tidak kalah dingin. Dan tegas seperti Myung. Aera berusaha untuk menghentikan perdebatan antara ayah dan anak. Tetapi Aera tidak memiliki keberanian, ia memilih menggeleng kecil pada Seung."Seung, kau tahu sedang bicara dengan siapa?""Aku tahu, sangat tahu! Itu sebabnya aku minta jangan membentak Ibu, jika tidak?""Jika tidak apa Seung?""Aku akan marah pada Ayah.""Seung selesaikan sarapan mu, setelah itu kita berangkat." Dengan keberanian yang ia kumpulkan, Aera menghentikan perdebatan antara anak dan Ayah. Melihat di antara mereka tidak ada yang mau mengalah, membuat Aera memutuskan untuk membawa S
"Saya, ingin makan sekarang bersama putraku! Ada masalah?!"Myung melihat wajah A Young dengan tatapan datar. Hal yang tidak ia sukai saat bersama dengan Seung ada yang menganggu, terlebih melarangnya. Maka ia akan marah dan tidak segan memecat atau pun berbuat kasar."T– tidak, aku hanya," A Young, berusaha duduk di samping Myung. Tidak ingin terlihat buruk di hadapan Aera, pengasuh Seung. A Young kembali bersiap manja pada Myung, pria yang sejak lama ia cintai."Ayah, apa kita jadi makan?""Tentu Nak, mau makan apa?""Apapun, yang akan Ibu Aera masak untuk ku." "Sayang, mau makan roti atau nasi?""Ibu masak apa hari ini?" "Ibu masak sup galbitang, yang terbuat dari iga sapi. "Apa kamu mau?" "Tentu aku mau ibu, masakan ibu selalu enak!" seru Seung."Bisa saja kamu sayang,""Kamu yakin tidak memasukkan sesuatu di dalam sup ini? Bagaimana, jika kamu yang lebih dulu mencicipinya? Myung, aku tidak begitu saja percaya padanya, kamu suruh dia lebih dulu mencobanya?" desaknya. Myung mem
"Aku mencarimu, ternyata kamu ada disini,"Aera mengangkat kepala, mendapati Myung berada tidak jauh darinya."Tuan, ada apa anda mencari saya? Apakah ada sesuatu terjadi pada Seung?" Terlihat dengan jelas raut wajah khawatir Aera saat Myung datang untuk menemuinya. Dan hal itu tidak lepas dari pandangan Myung."Seung baik-baik saja,"Myung menghela napasnya sebelum kembali berkata."Cepatlah ikut denganku, Seung ingin kamu mendampinginya saat memotong kue." Myung dengan tegas meminta pada Aera untuk menemani mereka, terlebih permintaan sang anak di hari ulang tahunnya. Tentunya Myung tidak ingin membuat putranya bersedih."Tapi Tuan saya," Aera berusaha untuk menolak ia tahu acara malam ini adalah acara yang mewah dan tentunya banyak para tamu undangan yang akan hadir. Bukan hanya rekan bisnis Myung, melainkan para artis yang akan datang ke acara yang di adakan oleh Myung. "Ikutlah denganku, ada baju yamg bisa kamu pakai. Malam ini jadilah pendamping kami." Aera menatap wajah My
"Ayah, ibu, aku ingin kita bertiga meniup lilin ini bersama-sama," ucap Seung lirih, wajahnya yang sebelumnya ceria kini berubah sendu. Seung tahu jika ayahnya tidak akan menuruti keinginannya. Mereka saling tatap, sedetik kemudian mereka kembali menatap Seung yang kini telah basah dengan air mata."Baiklah akan Ayah kabulkan." Myung menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuannya pada Aera. Seperti inilah pemandangan mereka bertiga, Seung yang berada di gendongan Myung dan Aera. Mereka meniup lilin bersama-sama.Tanpa sadar tangan Myung memeluk pinggang Aera mendekatkan mereka ke arah kue yang tinggi dan mereka bersama-sama meniup lilin.Suara tepuk tangan memenuhi ruangan yang semakin meriah. Seung yang tidak lepas dari pelukan Aera, bahkan hanya sekedar untuk makan malam baik Seung dan Myung mereka selalu bersama dengan Aera, sikap manja Seung membuat Aera bahagia namun berbeda dengan Myung yang tidak biasa. Sikap pria dingin itu terlihat tidak seperti biasanya, kali ini ia
"Myung kenapa tidak kamu coba untuk tidur bersama dengan pengasuh itu?""Yong Jin!""Aku hanya memberikan solusi untukmu,""Diam,"Myung menghela napasnya, mimpi buruk yang selalu menghantuinya selama bertahun-tahun tidak kunjung sembuh. Berbagai pengobatan sudah di lakukannya, bahkan ia mencoba tidur dengan berapa gadis namun tidak ada hasilnya, mimpi buruk itu tidak lepas darinya."Bukankah kau sudah mencoba tidur dengan berapa wanita? Tapi hasilnya tidak ada satupun dari mereka yang bisa menyembuhkan mu. Myung, setidaknya kamu coba dulu,""Sepertinya begitu. Sudahlah aku tidak ingin memikirkan penyakit aneh ini, saat ini ada yang lebih penting dari itu,"Myung mencoba melupakan penyakit yang ia alami sejak dulu. Penyakit yang sampai saat ini tidak ada obatnya, bahkan dokter manapun tidak mampu untuk mendeteksi penyakitnya, hanya saran dan saran yang ia terima. Satu obat pencegahan yang sampai saat ini ia konsumsi tidak memberinya efek apapun."Aku mengerti Myung, bagaimana kalau ki
Myung terdiam mendengar penuturan putranya mengenai A Young. Tidak di pungkiri olehnya yang di katakan oleh Seung adalah benar. Berbeda dengan Myung berbeda lagi dengan Aera.Tidak jauh dari meja makan Aera berdiri mematung di samping Seung. Ia benar-benar syok anak yang di asuhnya bersikap seperti itu. Sikap seorang pria dewasa yang tidak ia lihat dari Myung, Aera tersentak saat Seung tidak lagi berada di sampingnya. Seung meninggalkan ruang makan, namun langkahnya terhenti ketika suara lembut memanggilnya."Seung sayang, duduklah dan makan sarapanmu. Setelah itu kamu bisa berangkat sekolah,"Aera menjajarkan tubuhnya dengan tinggi tubuh Seung. Jari lentiknya mengusap punggung dan dada putra asuhnya dengan lembut dan melanjutkan kata-katanya."Jangan biarkan kemarahan ini kamu bawa ke sekolah, karena akan mengganggu konsentrasi belajarmu nanti. Minta maaf pada Bibi A Young, jangan ulangi sikap ini Seung, itu tidak baik sayang."Seung menatap wajah cantik wanita yang berada di hadapa
Aera mengerutkan keningnya mendengar penuturan A Young, jika ia di usir dari mansion."Apa maksudmu Nona, Tuan Myung mengusir saya?" tanya Aera lirih."Apa telingamu tuli? sehingga aku mengulang perkataan ku?"A Young berdiri dengan angkuh, bahkan saat ini tangan A Young berada di pingganya."T– tapi nona,""Tidak ada tapi! Sekarang cepat pergi dari sini. Kamu tidak perlu lagi masuk ke dalam kamar koper berisi pakaianmu ada di sini. Pergilah sekarang juga sebelum keamanan menyeret mu, pengaruh sialan."Aera menarik kopernya, melangkah dengan gontai meninggalkan mansion Myung."Inikah yang aku rasakan sedari tadi? Berpisah dengan Seung? Aku sangat menyayanginya, kenapa hati ini tidak ingin berpisah dengannya," ucap Aera dalam hati.Sampai di depan gerbang, Aera menatap Mansion mewah dengan pandangan sendu kenangan bersama Seung bagaikan layangan yang berterbangan di pelupuk matanya, Aera benar-benar telah keluar dan meninggalkan Seung selamanya."Nona Aera, kenapa membawa koper?" Sam
"A Young!!!!"A Young terkejut suara Myung yang menggelegar membuatnya dengan cepat menarik tangannya."Myung sayang, apa yang aku lakukan sudah sepatutnya aku lakukan. Aku calon istrimu, itu berarti calon ibu untuk Seung bukan? Aku hanya mengajarkan pada Seung bagaimana bersikap pada orang yang lebih dewasa, apa aku salah Myung?" A Young, menutupi kegugupannya, tiba-tiba Myung sudah ada di belakangnya tengah berkacak pinggang, tatapan tajam mengarah padanya."Sial! Kenapa Myung pulang lebih awal. Bukankan dia akan ke luar kota hingga malam nanti? Siapa yang sudah menghubunginya untuk segera pulang," ucap A Young dalam hati."Seung, ada apa? Kenapa kamu begitu marah, dimana ibumu? Kenapa Ayah tidak melihatnya?" tanya Myung yang tidak menemukan Aera di mana Seung dan A Young berdebat."Tanyakan pada tunangan Ayah." Sahut Seung tatapannya tidak beralih dari A Young."Apa maksudnya ini? Ada yang bisa menjelaskan pada saya?!" Semua pelayan menundukkan wajahnya, saat Myung menanyakan A