Sudah update ya. selamat weekend
“Bagaimana keadaan ibu saya, Dok?” tanya Nadia yang sekarang berada di sisi Daniel. Tangan pria itu melingkar di pundak gadis tersebut, terlihat menenangkannya dari keterkejutan tadi. “Apa dia akan segera sadar?” tanya Nadia lagi.Dokter yang sedang melepaskan stetoskopnya menghadap Nadia dan Daniel. Sebuah senyuman lebar terpasang di wajahnya. "Perkembangan kondisi ibu Anda luar biasa. Seharusnya pasien tak lama lagi akan sadar sepenuhnya!"Mendengar penjelasan dari dokter, Nadia secara reflek langsung memeluk pria di sisinya. “Syukurlah!” teriaknya, tidak sadar bahwa Daniel sangat terkejut dengan tindakannya.Walau awalnya canggung, tapi melihat wajah gadis itu sangat bahagia, Daniel tak elak tersenyum. Dia pun mengulurkan kedua tangannya dan ingin membalas pelukan Nadia.Namun, saat pria itu berniat untuk membalas pelukannya, Nadia yang sadar langsung menarik dirinya dari Daniel. “M-maaf!” ucapnya seraya memalingkan wajah. Tanpa menyadari wajah penuh kekecewaan Daniel, Nadia memekik
"Di sini kamu rupanya, anak kurang ajar!" Nadia terbelalak melihat sosok yang sekarang tengah berada di hadapannya. Pria dengan wajah beringas dan pancaran mata mengerikan itu membuat tubuh gadis tersebut bergetar.Dengan tatapan tajam, pria asing itu melangkah maju, hendak meraih tangan Nadia. “Sini kamu!” bentaknya.Namun, gadis yang tengah ketakutan itu dengan cepat langsung ditarik mundur oleh Daniel. Pria itu pun menghadang pria asing itu dari menyentuh calon istrinya.Mata sang pria asing memerah, kentara masih berada di bawah pengaruh alkohol yang entah kapan dia minum. "Siapa kamu, hah?! Jangan ikut campur!"Daniel memicingkan matanya dengan tajam. "Seharusnya, saya yang bertanya. Anda siapa?” Pria itu melirik ke arah Nadia, mampu merasakan betapa kuatnya gadis tersebut menggenggam tangannya. Dia pun mengalihkan pandangan pada Handoko lagi. ‘Mungkinkah dia ….’“Aku ayah dari gadis itu!” ucap pria yang sebenarnya bernama Handoko itu. Bertahun-tahun dia berusaha menemukan gadis
“Kamu seumur hidup nggak pernah bantu Bapak, ya mahar ini kasih Bapak kamu nggak akan keberatan ‘kan?”Jantung Nadia berdetak kencang mendengar ucapan ayahnya itu. Amarah dalam hati menggebu-gebu, ingin sekali dia langsung menepis tangan ayahnya yang masih menempel di pundak Daniel."Apa Bapak nggak punya rasa malu?! Bapak tiba-tiba datang dan langsung memeras seseorang!""Diam kamu anak sialan!" bentak Handoko dengan tatapan nyalang.“Cukup.” Suara Daniel langsung membuat Nadia dan Handoko mematung. Mereka menoleh ke arah pria tersebut, memperhatikan ekspresinya yang tenang. “Nadia, percayalah padaku,” tegasnya, membuat Nadia menggigit bibirnya.Handoko yang marah mulai merasakan kesabarannya habis. “Haduh, udah deh, nggak usah lama-lama. Uangnya kasih aja sekarang!”"Kita bicara di luar,” tegas Daniel. “Dokter berkata Tante Ratna harus istirahat."Handoko melambaikan tangan acuh tak acuh. "Halah! Wanita nggak berguna itu juga cuma bisa tidur. Nggak usah dipikir–"Sebelum Handoko meny
"Nadia."Di saat mendengar suara bariton itu, Nadia yang sedang bersandar di tembok luar ruang inap ibunya mengangkat pandangan. Kala dia melihat Daniel, mata gadis itu membesar dan dia pun menghampiri pria tersebut dengan cepat.“A-apa kamu baik-baik saja?” tanya Nadia. “Apa Ayahku membuatmu kesulitan?"Daniel menggelengkan kepalanya perlahan. "Ayahmu sudah pergi."Mendengar itu, Nadia mengerutkan keningnya. Tidak mungkin ayahnya itu pergi begitu saja. "Apa kamu memberikan uang padanya?" tebak Nadia langsung.Bukannya menjawab pertanyaan Nadia, Daniel malah menggenggam tangan Nadia dan menariknya masuk ke dalam ruangan. "Tidak perlu kamu pusingkan. Yang jelas, pria itu tidak akan mengganggumu lagi.”"Tapi–"Nadia baru saja ingin membantah, tapi kala Daniel menoleh ke arahnya, gadis itu terdiam. Pria itu menyentuh wajah Nadia dan berkata, "Bukankah aku sudah bilang? Percayalah padaku, Nadia." Mata pria itu memancarkan ketegasan dan kelembutan di waktu yang bersamaan. “Serahkan semua me
"Nona, Anda tidak boleh menerobos masuk!"Minggir!" Suara dari luar mulai terdengar membuat keributan. Daniel dan Dion yang saat ini tengah membahas proposal untuk meeting tampak mengerutkan kening. Di saat yang sama, pintu ruang kerja itu terbuka dengan lebar dan menampakan sosok wanita yang tak asing.Napas Monica memburu naik turun, susah payah dia melewati sekretaris Daniel dan menerobos masuk ke kantor pria tersebut. Sekarang pandangan wanita itu melekat pada sosok pria yang duduk di kursi kerjanya dengan pandangan dingin."Daniel, sebenarnya apa maksudmu, hah?!" Dengan tatapan tajam, Monica segera meneriaki mantan suaminya itu.Daniel yang sempat terkejut karena kedatangan Monica yang mendadak, kini semakin mengerutkan keningnya karena wanita itu bersikap tidak jelas. Dia memicingkan matanya dengan tajam dan dingin, memperkirakan bahwa mantan istrinya itu datang untuk menanyakan tentang berita pernikahannya yang tersebar luas.“Dion, keluar! Aku mau bicara sama Daniel!” titah M
Bab 30. Partner LicikMonica membanting pintu mobilnya dengan perasaan kesal, dia segera melemparkan tasnya dengan sembarangan dan memukul setir. "ARGH! Sialan!!” teriak Monica dengan penuh emosi. “Bagaimana bisa dia berniat untuk menikah lagi dengan begitu mendadak?!" tanyanya. “Bukan dengan wanita dari keluarga terpandang, tapi hanya dengan seorang pembantu?!” Mengingat bahwa mantan suaminya itu tak mudah jatuh cinta pada seseorang, Monica yakin kalau ada sesuatu yang tak beres. Walau semua orang mengira bahwa Daniel yang di awal mengejarnya, tapi sebenarnya dirinyalah yang dengan sengaja menarik perhatian pria itu. Dan, hal itu perlu waktu yang sangat lama!Lalu, bagaimana seorang baby sitter seperti Nadia bisa menarik Daniel hanya dalam waktu yang begitu singkat?!"Pasti ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua. Tapi apa?" pikir Monica sambil menggigit ujung kukunya dengan gemas.Di saat tengah memikirkan hal itu, ponsel Monica tiba-tiba saja berdering. Wanita itu segera
"Nona, Anda tidak boleh menerobos masuk!" Seorang perawat mencoba untuk mencegah wanita asing itu untuk masuk ke dalam ruangan rawat Ratna. Namun Monica dengan cepat langsung menepis tangannya dan berteriak, "Minggir!" Dia lantas membuka pintu dengan paksa dan menatap nyalang ke arah sosok gadis yang kini tengah mempersiapkan baju ganti untuk ibunya.Nadia yang juga terkejut kini tampak menoleh sambil mengerutkan keningnya. Dia yang tengah berjongkok itu segera berdiri dan bertanya, "Kenapa Anda ada disini, Nona?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Nadia, Monica justru berjalan maju dengan raut wajahnya yang dipenuhi dengan amarah dan tiba-tiba saja menampar Nadia.Plak!Suara tamparan itu seketika menggema ke seluruh ruangan dan orang-orang yang ikut melongor dari luar juga tampak terkejut ketika melihat perdebatan dua wanita itu."Dasar gadis murahan!" Dia menunjuk wajah Nadia dan kembali melayangkan hinaan, "Dasar pelacur! Setidaknya kalau nggak punya harta, maka milikilah rasa mal
"Jaga ucapanmu. Putriku bukan orang seperti itu!" tegas Ratna, tanpa mengalihkan tatapannya yang semakin tajam ketika melihat seorang wanita yang telah berani menghina serta menyakiti Nadia.Wajah Monica tampak terkejut, dia tak bisa mengatakan apapun dan hanya terdiam sambil menyentuh wajahnya yang kini terasa kebas. Namun detik berikutnya ketika sadar, Monica kembali berteriak, "Kamu menamparku?! Beraninya orang sepertimu menamparku?!" Dengan amarahnya yang semakin meletup-letup itu dia langsung mendorong Ratna, membuat wanita yang masih lemah itu terhubung ke belakang. Tapi untungnya sang putri langsung menangkap Ratna, sebelum tubuh ibunya itu menabrak lantai."Ibu! Ibu nggak apa-apa?" tanya Nadia khawatir. Wajahnya itu diselimuti oleh ketakutan mengingat ibunya baru saja tersadar dari koma. Di saat yang sama, tampak seorang pria berpakaian khas security datang bersama dengan suster karena mereka sejak tadi kesulitan untuk melerai perdebatan yang tengah terjadi."Nona, Anda tidak