Si Monica posesif banget ya
Bab 30. Partner LicikMonica membanting pintu mobilnya dengan perasaan kesal, dia segera melemparkan tasnya dengan sembarangan dan memukul setir. "ARGH! Sialan!!” teriak Monica dengan penuh emosi. “Bagaimana bisa dia berniat untuk menikah lagi dengan begitu mendadak?!" tanyanya. “Bukan dengan wanita dari keluarga terpandang, tapi hanya dengan seorang pembantu?!” Mengingat bahwa mantan suaminya itu tak mudah jatuh cinta pada seseorang, Monica yakin kalau ada sesuatu yang tak beres. Walau semua orang mengira bahwa Daniel yang di awal mengejarnya, tapi sebenarnya dirinyalah yang dengan sengaja menarik perhatian pria itu. Dan, hal itu perlu waktu yang sangat lama!Lalu, bagaimana seorang baby sitter seperti Nadia bisa menarik Daniel hanya dalam waktu yang begitu singkat?!"Pasti ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua. Tapi apa?" pikir Monica sambil menggigit ujung kukunya dengan gemas.Di saat tengah memikirkan hal itu, ponsel Monica tiba-tiba saja berdering. Wanita itu segera
"Nona, Anda tidak boleh menerobos masuk!" Seorang perawat mencoba untuk mencegah wanita asing itu untuk masuk ke dalam ruangan rawat Ratna. Namun Monica dengan cepat langsung menepis tangannya dan berteriak, "Minggir!" Dia lantas membuka pintu dengan paksa dan menatap nyalang ke arah sosok gadis yang kini tengah mempersiapkan baju ganti untuk ibunya.Nadia yang juga terkejut kini tampak menoleh sambil mengerutkan keningnya. Dia yang tengah berjongkok itu segera berdiri dan bertanya, "Kenapa Anda ada disini, Nona?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Nadia, Monica justru berjalan maju dengan raut wajahnya yang dipenuhi dengan amarah dan tiba-tiba saja menampar Nadia.Plak!Suara tamparan itu seketika menggema ke seluruh ruangan dan orang-orang yang ikut melongor dari luar juga tampak terkejut ketika melihat perdebatan dua wanita itu."Dasar gadis murahan!" Dia menunjuk wajah Nadia dan kembali melayangkan hinaan, "Dasar pelacur! Setidaknya kalau nggak punya harta, maka milikilah rasa mal
"Jaga ucapanmu. Putriku bukan orang seperti itu!" tegas Ratna, tanpa mengalihkan tatapannya yang semakin tajam ketika melihat seorang wanita yang telah berani menghina serta menyakiti Nadia.Wajah Monica tampak terkejut, dia tak bisa mengatakan apapun dan hanya terdiam sambil menyentuh wajahnya yang kini terasa kebas. Namun detik berikutnya ketika sadar, Monica kembali berteriak, "Kamu menamparku?! Beraninya orang sepertimu menamparku?!" Dengan amarahnya yang semakin meletup-letup itu dia langsung mendorong Ratna, membuat wanita yang masih lemah itu terhubung ke belakang. Tapi untungnya sang putri langsung menangkap Ratna, sebelum tubuh ibunya itu menabrak lantai."Ibu! Ibu nggak apa-apa?" tanya Nadia khawatir. Wajahnya itu diselimuti oleh ketakutan mengingat ibunya baru saja tersadar dari koma. Di saat yang sama, tampak seorang pria berpakaian khas security datang bersama dengan suster karena mereka sejak tadi kesulitan untuk melerai perdebatan yang tengah terjadi."Nona, Anda tidak
"Baik, aku akan segera ke sana." Setelah Daniel mengatakan itu, dia langsung menutup sambungan teleponnya. Meski sebenarnya pria itu merasa sedikit bingung dengan permintaan mendadak dari Nadia, tapi dia segera menurutinya tanpa mengatakan apapun.Daniel dengan cepat langsung meraih jasnya, bersiap untuk pergi keluar. Namun di saat yang bersamaan asistennya itu tiba-tiba masuk dengan langkah tergesa-gesa dan tampak jelas bahwa wajahnya itu juga gelisah."Bos, ada hal penting!" ujarnya, Dion segera menghentikan langkahnya saat berada tepat di depan meja Daniel, dia tampak mengerutkan kening ketika melihat pria itu telah menyambar jas miliknya. "Eh, Anda mau pergi kemana?""Ada apa?" tanya Daniel balik, mengingat asistennya itu tadi terlihat tengah mencemaskan sesuatu."Ah, i-iya." Dion yang tersadar itu segera memperlihatkan tablet di tangannya pada Daniel. "Ada artikel berita yang menyatakan bahwa Anda akan segera menikah dengan seorang babysitter dan ya ... berita ini udah berhasil b
"Itu benar," jawab Daniel jujur. "Saya ayah dari bayi dalam kandungan Nadia"Ucapan Daniel yang begitu jujur membuat Nadia terkejut. Dia pun melirik ekspresi wajah ibunya saat ini juga menunjukan kemarahan dan berniat untuk membela pria tersebut. "Bu--!""Nadia, tunggu diluar," potong Ratna dengan tegas. "Ibu ingin bicara dengannya saja."Mendengar itu, Nadia menggigit bibirnya resah. Dia merasa ragu sejenak, namun saat melirik pria itu dan berkata, "Bu, Nadia akan tetap di sini," elaknya karena takut ibunya akan menyalahkan Daniel.Tapi Daniel yang mendengar itu, sontak langsung menggenggam tangan gadis itu, menatapnya lekat seolah mencoba untuk menenangkan kegelisahannya. Dia mengangguk pelan, seolah memberi kode pada Nadia untuk keluar. Melihat itu, Nadia langsung pamit keluar. Setelah berbalik, gadis itu membatin, 'Semoga Ibu tak menyalahkannya,' batinnya.Setelah Nadia menunggu di luar ruangan, Ratna kembali menatap lekat Daniel dan membuka mulutnya, "Sekarang kita bisa bicara se
"Baiklah, aku merestui pernikahan ini."Perkataan Ratna barusan telah berhasil membuat Nadia merasa sangat senang dan tanpa sadar memeluk Daniel. Pria itu pun segera membalas pelukan gadis itu tanpa ragu. Saat Daniel membalas pelukannya, Nadia tampak terkejut. Namun gadis itu tak berani untuk menarik dirinya karena pria itu kini membalas pelukannya. Jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, gadis itu mulai merasakan bunga bermekaran. Wajah Nadia juga kini dihiasi dengan gurat kemerahan karena salah tingkah. 'Ya Tuhan, kamu ngapain sih, Nad?!' pekiknya dalam hati."Ehem!" Ratna berdeham untuk memperingatkan keduanya karena saat ini masih berada di ruangan rawatnya. Seketika Daniel dan Nadia pun melepaskan pelukan dan berbalik untuk menatap wanita paruh baya itu.Pandangan Ratna saat ini kembali melekat pada Daniel dan wanita itu kembali membuka mulutnya, "Bagaimana dengan tanggapan keluargamu?"Tak bisa dipungkiri wanita paruh baya ini sekarang merasa takut kalau putrinya nanti ju
"Maaf, saya harus kembali ke kantor karena ada urusan mendadak," ujar Daniel, setelah pria itu melihat arlojinya.Ratna mengangguk pelan. "Terimakasih banyak, Daniel." Pandangan wanita itu kini beralih menatap putrinya dan mengangkat dagunya seolah memberikan kode pada gadis itu untuk mengantarkan Daniel. Nadia mengangguk patuh, gadis itu segera berbalik menatap Daniel dan berkata, "Mari, kita pergi."Daniel segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangan rawat Ratna, setelah pria itu berpamitan. Sepanjang berjalan menyusuri lobi rumah sakit, Nadia lebih banyak diam karena gadis itu masih merasa sedikit kesal sebab digoda terus-menerus oleh Daniel.Pria itu tampak melirik sekilas dan tanpa sadar menginginkan senyum tipisnya ketika melihat ekspresi wajah Nadia. 'Ternyata saat marah dia terlihat jauh lebih menggemaskan,' batinnya.Di depan lobby rumah sakit, Daniel segera menghentikan langkahnya dan menatap lekat Nadia. "Masuklah, kembalilah dengan hati-hati," tuturnya memperingatkan.N
"Sial! Sial! Sial!" gerutu Monica saat ini yang ada di villanya karena merasa kesal dan membanting barang-barangnya tanpa berpikir dua kali. Wajahnya yang cantik itu seketika dihiasi dengan amarah ketika mengingat seorang gadis kampungan yang telah berani melawannya dan bahkan mengancamnya."Br*ngs*ek!" umpatnya seraya melemparkan vas bunga. Nafasnya memburu naik turun dengan mata yang melotot serta memerah. "Sial, sekarang apa yang harus kulakukan?" Wanita itu meremas rambutnya dengan kasar dan duduk di sofa. Dia merasa sangat marah dan juga takut jika niatnya untuk kembali bersama dengan sang mantan suami itu akan gagal. Mengingat pemberitahuan tentang pernikahan Daniel, saat ini telah menjadi sorotan publik. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, merasa frustasi karena semua rencananya itu tak berjalan dengan lancar. "Kalau kayak gini jadinya, karirku bakalan tenggelam!" desisnya.Monica menggigit ujung kuku jarinya dengan perasaan yang gelisah. Dia tahu dengan jelas bahwa tanpa bantu