Halo selamat pagi. Sudah mulai update ya. jangan lupa tinggalkan komentar dan vote.
"Maaf, saya harus kembali ke kantor karena ada urusan mendadak," ujar Daniel, setelah pria itu melihat arlojinya.Ratna mengangguk pelan. "Terimakasih banyak, Daniel." Pandangan wanita itu kini beralih menatap putrinya dan mengangkat dagunya seolah memberikan kode pada gadis itu untuk mengantarkan Daniel. Nadia mengangguk patuh, gadis itu segera berbalik menatap Daniel dan berkata, "Mari, kita pergi."Daniel segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangan rawat Ratna, setelah pria itu berpamitan. Sepanjang berjalan menyusuri lobi rumah sakit, Nadia lebih banyak diam karena gadis itu masih merasa sedikit kesal sebab digoda terus-menerus oleh Daniel.Pria itu tampak melirik sekilas dan tanpa sadar menginginkan senyum tipisnya ketika melihat ekspresi wajah Nadia. 'Ternyata saat marah dia terlihat jauh lebih menggemaskan,' batinnya.Di depan lobby rumah sakit, Daniel segera menghentikan langkahnya dan menatap lekat Nadia. "Masuklah, kembalilah dengan hati-hati," tuturnya memperingatkan.N
"Sial! Sial! Sial!" gerutu Monica saat ini yang ada di villanya karena merasa kesal dan membanting barang-barangnya tanpa berpikir dua kali. Wajahnya yang cantik itu seketika dihiasi dengan amarah ketika mengingat seorang gadis kampungan yang telah berani melawannya dan bahkan mengancamnya."Br*ngs*ek!" umpatnya seraya melemparkan vas bunga. Nafasnya memburu naik turun dengan mata yang melotot serta memerah. "Sial, sekarang apa yang harus kulakukan?" Wanita itu meremas rambutnya dengan kasar dan duduk di sofa. Dia merasa sangat marah dan juga takut jika niatnya untuk kembali bersama dengan sang mantan suami itu akan gagal. Mengingat pemberitahuan tentang pernikahan Daniel, saat ini telah menjadi sorotan publik. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, merasa frustasi karena semua rencananya itu tak berjalan dengan lancar. "Kalau kayak gini jadinya, karirku bakalan tenggelam!" desisnya.Monica menggigit ujung kuku jarinya dengan perasaan yang gelisah. Dia tahu dengan jelas bahwa tanpa bantu
Bab 38. Begitu Menarik"Tanpa kamu melakukan itu, aku bersedia untuk bersamamu lagi. Ingatlah Sean, Daniel. Kita adalah orang tua yang tak bisa digantikan posisinya. Gadis murahan itu ... tak akan cocok untuk menjadi Ibu Sean."Daniel segera mendorong tubuh Monica, menjauhkan wanita itu agar tak lagi melakukan hal seenaknya sendiri.Seketika wajah wanita itu dipenuhi dengan keterkejutan ketika didorong oleh Daniel, seolah-olah pria itu merasa jijik kepadanya. Kening wanita itu tampak berkerut, tapi sebelum dia bisa bereaksi, mantan suaminya itu langsung berkata dengan wajah yang serius, "Jangan samakan dirimu dengan Nadia.""Apa?!" teriak Monica tak percaya. 'Kenapa Daniel malah mengatakan itu?' batinnya bingung. Namun sebelum wanita itu bisa mengatakan hal lebih jauh lagi, Daniel kembali memotong dengan tatapan matanya yang tajam, "Dia menyayangi Sean, sedangkan kamu?"Mendengar itu, Monica merasakan ada sesuatu yang meletup-letup di dalam hatinya. Amarahnya terasa semakin mendidih d
Bab 39."Daniel! Nadia mana?" tanya Martha, wanita itu tiba-tiba saja masuk sambil meletakkan tasnya dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari calon menantunya. Sedangkan Hendrawan memilih untuk duduk tepat di kursi samping Daniel.Daniel yang tengah menyantap sarapannya Itu tampak melirik dengan malas. Melihat putranya yang tak kunjung memberikan jawaban, Martha seketika langsung memasang wajah kesal dan memukul kepala anaknya itu."Ini anak nggak bisa diajak ngomong baik-baik, ya?! Dimana calon mantu Mama?"Dengan kesal, Daniel segera menoleh dan meletakkan sendoknya. "Kenapa Mama dan Papa datang pagi-pagi sekali?"Mendapatkan pertanyaan itu, Martha seketika langsung melarutkan keningnya tak percaya dan berkacak pinggang. "Kamu nggak inget? Hari ini kita harus pergi ke butik untuk fitting baju pengantin," tuturnya cara bicara yang semakin tak sabaran.Mendengar itu, Daniel menghela napas berat. Disaat yang sama, Nadia dan Sean turun ke lantai bawah. Bocah lelaki itu t
Bab 40"Selamat datang, Nona Monica." Seketika Daniel, Sean dan kedua orang tuanya itu langsung menoleh dengan tatapan terkejut ketika mendapati sosok wanita yang tak asing dan tak pernah diinginkan kehadirannya lagi.Monica mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tampak menarik sudut-sudutnya tipis ketika melihat keluarga Adhitama. Dia sengaja datang ke tempat ini setelah mendapatkan informasi dari pelayan yang bekerja di rumah Daniel.Wanita itu lantas berjalan mendekat tanpa ragu dan memandang mantan suaminya dengan senyuman yang semakin licik. 'Daniel, kamu pasti berpikir aku tidak akan berani untuk melangkah lebih jauh, bukan? Kamu salah! Aku tidak akan berhenti sebelum semuanya berhasil kumiliki!' batinnya.Semua orang di situ tampak terkejut. Nadia yang baru saja keluar dari ruang ganti sambil mengenakan gaun pengantinnya itu juga terlihat mematung. 'Kenapa wanita itu ada di sini?' batinnya. Dia melirik ke arah Daniel dan ternyata pria itu juga melayangkan tatapan tajam pada
Bab 41"Kamu sangat cantik, Nadia."Nadia membelalakkan matanya karena tak percaya dengan perkataan Daniel. Dia kini merasakan jantungnya berdetak semakin kencang. Wajahnya juga terasa panas seolah-olah ada sesuatu yang membakarnya. Rasa kesal dan juga kecewa yang sempat muncul di dalam hati gadis itu perlahan mulai menghilang.Di saat yang sama, Martha juga berbisik di telinga Nadia, membenarkan ucapan putranya sambil memuji calon menantunya itu, "Kamu sangat cantik, Nadia."Mendengar itu, Nadia hanya bisa tersipu malu. Tapi berbeda dengan seorang wanita yang kini merasa tak puas dan juga marah. Monica mengepalkan tangannya dengan erat, wajah cantiknya itu seketika menjadi gelap karena kesal. 'Kenapa Daniel malah ikut-ikutan membela gadis kampungan itu dan bersikap seolah sudah melupakanku?' batinnya resah. Dia-lah yang paling tahu seberapa besar rasa cinta Daniel dan Monica sendiri yakin bahwa pria itu sampai saat ini masih belum bisa melupakannya, meski memang ada banyak masalah y
"Bagaimana? Apa masalahnya sudah selesai?" Martha yang tengah duduk itu seketika berdiri ketika melihat suami serta putranya masuk ke dalam ruang tunggu."Monica sudah pergi, Ma." Tatapan Daniel begitu dingin seolah-olah pria itu tak ingin membahas apapun mengenai mantan istrinya.Tapi Martha yang mendengar itu seketika langsung menyeletuk, "Hah, syukurlah kalau dia udah pergi. Akhirnya nggak ada biang masalah lagi di sini."Mendengar perkataan ibunya, Daniel hanya diam. Pria itu justru melirik ke arah Nadia yang saat ini tengah memangku Sean. Ditatapnya lekat sosok gadis itu yang kini tengah berpura-pura tak peduli padanya, padahal jelas kalau sebenarnya ada kekhawatiran yang menyelimuti hatinya.Melihat sikap Nadia, Daniel diliputi rasa bersalah. 'Andai saja aku tahu dia akan datang kemari dan membuat masalah. Aku pasti akan berusaha keras untuk mencegahnya,' batin Daniel. Bagaimanapun juga dia tahu dengan jelas kalau mantan istrinya itu sengaja datang kemari untuk membuat masalah da
Bab 43"Bagaimana bisa investor tiba-tiba menarik dananya?!" teriak seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam ruangan manajer. Napas Monica memburu naik turun, setelah dibuat marah oleh sikap acuh Daniel, sekarang dia harus mendengar sesuatu yang mengejutkan. Ditatapnya lekat sosok sang manajer yang kini juga tampak gelisah. Dia kembali bertanya, "Apa ada masalah? Kenapa mendadak sekali?"Manajer menghela napas berat. "Inti permasalahannya belum diketahui. Perusahaan juga kaget karena investor menarik dananya," jelasnya.Mendengar itu, Monica seketika terdiam. Wanita itu kembali memikirkan semua masalah yang terjadi dan mulai menerka-nerka. 'Apa Daniel yang melakukan ini?' batinnya. Dia yakin kalau dengan menjentikkan jari saja, Daniel bisa membuat kariernya hancur. 'Sial! Ternyata dia benar-benar melakukan ini karena masalah tadi, bukan sekedar peringatan. Br*ngs*k!' Di tengah-tengah kebingungannya, manajer tiba-tiba bertanya seraya menatapnya curiga. "Apa kamu buat masalah?"Moni