Alhamdulillah akhirnya bisa update 4 bab hari ini. Jangan lupa tinggalin komentar dan vote ya
Bab 39."Daniel! Nadia mana?" tanya Martha, wanita itu tiba-tiba saja masuk sambil meletakkan tasnya dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari calon menantunya. Sedangkan Hendrawan memilih untuk duduk tepat di kursi samping Daniel.Daniel yang tengah menyantap sarapannya Itu tampak melirik dengan malas. Melihat putranya yang tak kunjung memberikan jawaban, Martha seketika langsung memasang wajah kesal dan memukul kepala anaknya itu."Ini anak nggak bisa diajak ngomong baik-baik, ya?! Dimana calon mantu Mama?"Dengan kesal, Daniel segera menoleh dan meletakkan sendoknya. "Kenapa Mama dan Papa datang pagi-pagi sekali?"Mendapatkan pertanyaan itu, Martha seketika langsung melarutkan keningnya tak percaya dan berkacak pinggang. "Kamu nggak inget? Hari ini kita harus pergi ke butik untuk fitting baju pengantin," tuturnya cara bicara yang semakin tak sabaran.Mendengar itu, Daniel menghela napas berat. Disaat yang sama, Nadia dan Sean turun ke lantai bawah. Bocah lelaki itu t
Bab 40"Selamat datang, Nona Monica." Seketika Daniel, Sean dan kedua orang tuanya itu langsung menoleh dengan tatapan terkejut ketika mendapati sosok wanita yang tak asing dan tak pernah diinginkan kehadirannya lagi.Monica mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tampak menarik sudut-sudutnya tipis ketika melihat keluarga Adhitama. Dia sengaja datang ke tempat ini setelah mendapatkan informasi dari pelayan yang bekerja di rumah Daniel.Wanita itu lantas berjalan mendekat tanpa ragu dan memandang mantan suaminya dengan senyuman yang semakin licik. 'Daniel, kamu pasti berpikir aku tidak akan berani untuk melangkah lebih jauh, bukan? Kamu salah! Aku tidak akan berhenti sebelum semuanya berhasil kumiliki!' batinnya.Semua orang di situ tampak terkejut. Nadia yang baru saja keluar dari ruang ganti sambil mengenakan gaun pengantinnya itu juga terlihat mematung. 'Kenapa wanita itu ada di sini?' batinnya. Dia melirik ke arah Daniel dan ternyata pria itu juga melayangkan tatapan tajam pada
Bab 41"Kamu sangat cantik, Nadia."Nadia membelalakkan matanya karena tak percaya dengan perkataan Daniel. Dia kini merasakan jantungnya berdetak semakin kencang. Wajahnya juga terasa panas seolah-olah ada sesuatu yang membakarnya. Rasa kesal dan juga kecewa yang sempat muncul di dalam hati gadis itu perlahan mulai menghilang.Di saat yang sama, Martha juga berbisik di telinga Nadia, membenarkan ucapan putranya sambil memuji calon menantunya itu, "Kamu sangat cantik, Nadia."Mendengar itu, Nadia hanya bisa tersipu malu. Tapi berbeda dengan seorang wanita yang kini merasa tak puas dan juga marah. Monica mengepalkan tangannya dengan erat, wajah cantiknya itu seketika menjadi gelap karena kesal. 'Kenapa Daniel malah ikut-ikutan membela gadis kampungan itu dan bersikap seolah sudah melupakanku?' batinnya resah. Dia-lah yang paling tahu seberapa besar rasa cinta Daniel dan Monica sendiri yakin bahwa pria itu sampai saat ini masih belum bisa melupakannya, meski memang ada banyak masalah y
"Bagaimana? Apa masalahnya sudah selesai?" Martha yang tengah duduk itu seketika berdiri ketika melihat suami serta putranya masuk ke dalam ruang tunggu."Monica sudah pergi, Ma." Tatapan Daniel begitu dingin seolah-olah pria itu tak ingin membahas apapun mengenai mantan istrinya.Tapi Martha yang mendengar itu seketika langsung menyeletuk, "Hah, syukurlah kalau dia udah pergi. Akhirnya nggak ada biang masalah lagi di sini."Mendengar perkataan ibunya, Daniel hanya diam. Pria itu justru melirik ke arah Nadia yang saat ini tengah memangku Sean. Ditatapnya lekat sosok gadis itu yang kini tengah berpura-pura tak peduli padanya, padahal jelas kalau sebenarnya ada kekhawatiran yang menyelimuti hatinya.Melihat sikap Nadia, Daniel diliputi rasa bersalah. 'Andai saja aku tahu dia akan datang kemari dan membuat masalah. Aku pasti akan berusaha keras untuk mencegahnya,' batin Daniel. Bagaimanapun juga dia tahu dengan jelas kalau mantan istrinya itu sengaja datang kemari untuk membuat masalah da
Bab 43"Bagaimana bisa investor tiba-tiba menarik dananya?!" teriak seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam ruangan manajer. Napas Monica memburu naik turun, setelah dibuat marah oleh sikap acuh Daniel, sekarang dia harus mendengar sesuatu yang mengejutkan. Ditatapnya lekat sosok sang manajer yang kini juga tampak gelisah. Dia kembali bertanya, "Apa ada masalah? Kenapa mendadak sekali?"Manajer menghela napas berat. "Inti permasalahannya belum diketahui. Perusahaan juga kaget karena investor menarik dananya," jelasnya.Mendengar itu, Monica seketika terdiam. Wanita itu kembali memikirkan semua masalah yang terjadi dan mulai menerka-nerka. 'Apa Daniel yang melakukan ini?' batinnya. Dia yakin kalau dengan menjentikkan jari saja, Daniel bisa membuat kariernya hancur. 'Sial! Ternyata dia benar-benar melakukan ini karena masalah tadi, bukan sekedar peringatan. Br*ngs*k!' Di tengah-tengah kebingungannya, manajer tiba-tiba bertanya seraya menatapnya curiga. "Apa kamu buat masalah?"Moni
"Kak Nadia!" teriak seorang bocah lelaki ketika melihat Nadia dan Daniel pulang.Dengan cepat, Sean langsung memeluk Nadia. Wajah bocah itu tampak sumringah setiap kali melihat pengasuhnya datang. "Kak Nadia abis dari mana?""Kakak tadi abis makan siang. Kalau Sean? Katanya jalan-jalan, ya?" tanyanya sambil tersenyum tipis dan mengelus kepala bocah lelaki itu.Sean menganggukan kepalanya dengan cepat. "Uhm! Tadi Kakek sama Nenek beliin Sean mainan baru, lho!"Nadia yang mendengar itu tampak menanggapinya dengan wajah terkejut dan tersenyum, "Oh, ya? Wah ... senangnya," ungkapnya."Ayo, Kak!" Sean yang tak sabaran langsung menarik tangan Nadia, memaksa gadis itu untuk ikut masuk ke dalam rumah bersama dengannya. "Eh, baiklah. Ayo," ujar Nadia. Namun dia tampak melirik sekilas ke arah Daniel dan ternyata pria itu menganggukkan kepalanya perlahan seolah-olah memberikan persetujuan pada gadis itu untuk mengikuti putranya.Melihat itu, Nadia tak bisa menyembunyikan senyumannya karena dia
Bab 45"Akhirnya, angsa pun hidup bahagia selamanya." Nadia lekas menutup buku dongeng yang baru saja dibacanya. Gadis itu kembali menatap lekat sosok bocah lelaki yang kini tampak berbaring tepat di sampingnya. Dia tampak mengerutkan kening karena sadar bocah kecil itu seolah-olah ingin mengatakan sesuatu. Akhirnya dia pun bertanya, "Ada apa, Sean?""Apa Kakak cinta sama Papa?"Pertanyaan Sean yang begitu mendadak itu seketika langsung mengejutkan Nadia. Wajah gadis itu seketika langsung dihiasi dengan keterkejutan. Bahkan tanpa sadar ada gurat kemerahan yang menghiasinya. "Eh, Sean kenapa tanya seperti itu?"Mata bocah itu menatap lekatnya dia dan dengan polosnya dia kembali berkata, "Sean cuma pengen Papa bahagia," lirihnya. Ada kesedihan yang jelas menghiasi wajah Sean, "Sean pengen lihat seseorang yang cinta sama Papa."Nadia yang mendengar itu hanya bisa terdiam karena terkejut. 'Ya Tuhan, aku bahkan nggak tahu dengan perasaanku ini. Nggak mungkin ini cinta, 'kan?' pikirnya saat
"Siapa?" tanya Daniel sambil mengerutkan keningnya ketika dia mendengar suara seseorang mengetuk pintu."Ini aku ... apa aku boleh masuk?"Pria itu tampak sedikit kaget ketika mendengar suara Nadia. 'Kenapa dia datang ke sini?' Meski merasa bingung, dia tak ingin membuang gadis itu menunggu. Dia lantas berdiri dari kursinya dan berjalan untuk membuka pintu, tepat di depan pintu sana dia melihat sosok seorang gadis yang membawa nampan berisi secangkir teh jahe yang mengepulkan asap.Nadia terlihat tersenyum canggung dan mulai bicara, "Tadi aku melihat lampu di ruangan ini masih menyala, jadi aku pikir kamu butuh teh jahe ini," ujarnya. Pandangan gadis itu beralih menatap nampan yang tengah di bawahnya dan kembali menambahkan, "Teh ini bagus supaya tubuhmu nggak terlalu lelah."Daniel yang mendengar itu tampak mengangguk pelan dan langsung menerimanya. "Terimakasih," ujarnya singkat.Saat melihat gadis itu melongok ke dalam ruang kerjanya, tiba-tiba sebuah ide melintas di kepalanya. "Ayo