CEO muda itu hanya menganggukkan kepalanya tanpa menatap Yas. Ia langsung membuka komputernya.
Dua hari tidak masuk kantor membuat pekerjaannya menumpuk. Demi membantu adiknya, ia menelantarkan pekerjaan dan harus membebankan tanggung jawab kepada sang asisten.
Yas segera menyuruh office girl membuatkan kopi untuk sang CEO.
“Sudah saya pesankan minuman untuk menghilangkan kantuk,” kata sang asisten.
“Hmm.”
“Apa saya boleh ke ruangan kerja saya sekarang?”
“Silakan!” balas Gara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.
Yas menunduk hormat kepada Bos yang sedang fokus dengan pekerjaannya itu sebelum keluar dari ruangan CEO.
Walau kepalanya terasa sedikit pusing karena menahan rasa kantuk, tapi ia tetap berusaha menyelesaikan pekerjaannya.
Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pintu dari seorang office girl yang hendak mengantar kopi.
“Mas
'Tamatlah riwayatmu wanita tidak waras,' ucap Gara dalam hati ketika melihat sang asisten masuk dengan membawa surat perjanjian kerja antara wanita itu dengan perusahaannya."Ini, Tuan." Yas memberikan surat perjanjian kepada sang tuan yang berdiri di belakang office girl baru itu."Selidiki kelurganya," bisik Gara pada Yas.Asisten CEO itu pun menjawab dengan anggukkan kepala. Dengan sigap ia mencari tentang wanita yang berdiri di hadapannya itu."Jennie," ucapnya pelan sembari berjalan mengelilingi wanita itu. "Nama yang cantik, tapi tidak secantik akhlaknya."CEO tampan itu membuka kontrak kerja dan membaca lembaran demi lembaran sambil mondar-mandir di depan wanita yang bernama Jennie.Ia tersenyum puas dengan kinerja sang asisten. Walau tanpa dijabarkan dengan jelas apa yang dia mau, tapi Yas sudah sangat memahami tuannya itu."Kamu baca sendiri isi dari kontrak kerja ini!" Gara mengulurkan tangannya memberikan berkas itu k
Gara berdiri di belakang Jennie sambil melipat kedua tangannya. Sejak tadi ia menguping ucapan pegawainya.Wanita itu pun menoleh ke belakang. Ia terkejut melihat Tuan manja ada di belakangnya. Jennie langsung membalikkan badannya.“Ada yang bisa saya bantu, Bos?” tanya Jennie dengan sopan.“Kamu belum menjawab pertanyaan saya!” Gara mencondongkan wajahnya mendekati wajah Jennie sambil menatapnya dengan tajam. “Siapa yang mau kamu racuni?”“Suami saya, Bos,” jawabnya asal.“Saya akan melaporkan semuanya kepada suamimu,” balas Gara sembari mengangkat satu sudut bibirnya.“Memangnya Bos tahu siapa calon suami saya? Saya masih mencari laki-laki yang mau menerima keadaan saya sekarang,” jawab Jennie sambil menahan senyumnya.Dalam hatinya ia menertawakan Bos yang telah menjebaknya itu. ‘Sok tahu lo. Pake ngancam gue segala. Sono lo bilangin sama calon suami gue
“Kau!” geram Yas pada wanita itu.“Apa?” Jennie menantang Yas dengan mengangkat nampannya. “Mau gue pukul pake ini?”Saat ini Jennie tidak takut kehilangan pekerjaan, ia malah bersyukur jika seandainya ia dipecat dari perusahaan itu.Yas mengeraskan rahangnya menahan amarah. Kemudian, pergi meninggalkan wanita itu dengan segera, ia tidak ingin lepas kontrol dan menyakiti seorang wanita.“Saya bisa gila jika bertemu dengan wanita itu setiap hari,” ucapnya setelah masuk ke dalam ruang kerjanya. Saya harus menghindarinya jika ingin tetap waras.”Yas sangat kesal dengan pegawai baru itu, tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena tuannya sendiri yang mempertahankan Jennie untuk tetap bekerja di perusahaan dengan alasan ingin memberi pelajaran.“Semoga saja Tuan Gara tidak salah mengambil keputusan,” ucapnya dengan penuh harap. “Berurusan dengan wanita seperti itu sangatlah berba
Belum selesai mengucapkan kalimatnya, Yas langsung bungkam saat wanita yang sedang mereka bicarakan menerobos masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.Jennie datang dengan terengah-engah. Ia berlari dengan cepat supaya sampai tepat waktu.Keringat bercucuran dari keningnya, menetes membasahi wajah cantiknya.'Kenapa Jennie terlihat cantik?' ucap Yas dalam hatinya.Gara melihat jam yang melingkar di tangannya. Dengan seringai licik ia berkata, "Kurang tepat."'Kurang tepat apanya? Gue bawa motor ngalahin Rossi, sampai-sampai polisi yang lagi tidur aja gue lindes tanpa permisi. Nggak ada terima kasihnya sama sekali lo.' Jennie hanya bisa menggerutu dalam hatinya."Kamu terlambat lima detik," ucap Gara dengan santainya.""Ya Tuhan pengin banget ngabsen kebun binatang," gumam Jennie dengan pelan sambil menggertakkan giginya.Yas yang mendengar gumaman sang office girl hanya bisa menahan tawa. Walaupun merasa puas dengan apa yang s
“Makanannya udah habis, Bos, apa saya boleh pergi?” Jennie bertanya dengan sangat sopan, ia khawatir CEO manja itu akan memarahinya lagi.“Pergilah!” titahnya dengan ketus.Niatnya ingin membuat pegawai barunya sengsara, tapi malah ia yang tersiksa karena kepedesan dan kelaparan.Office girl itu segera membereskan bekas makannya. Lalu, ia bergegas meninggalkan sang CEO. Baru kali ini ia keluar dari ruangan itu dengan raut wajah bahagia.“Nggak apa-apalah gue ngebut demi makanan itu, toh gue sendiri yang makan,” ucapnya sambil melenggang pergi menuju pantry. “Rezeki emang nggak ke mana?”Wanita itu terlihat sangat bahagia. Ia berjalan sambil bersenandung.Sementara di ruangan sang CEO, pengusaha muda itu masih tidak percaya kalau Jennie sanggup menghabiskan makanannya.Padahal dirinya yang hanya memakan satu sendok saja, mulut dan perutnya terasa panas."Saya yakin dia
Jennie bangun dari duduknya, ia bergegas ke ruangan sang CEO untuk memohon supaya Tuan manja itu tidak mempermasalahkan tentang pesanan tadi.Ia tidak mau pengelola makanan yang sudah baik padanya mendapatkan masalah gara-gara dirinya.Wanita itu masuk tanpa mengetuk pintu atau mengucapkan salam terlebih dulu. Ia langsung masuk begitu saja yang membuat Gara dan Yas terkejut.Gara mengunyah makanannya dengan cepat, lalu menelannya. “Apa kamu tidak punya sopan santun? Masuk ke ruangan atasanmu tanpa permisi dulu!” omel Gara setelah menelan makanannya.“Maaf, Tuan, saya nggak tahu kalau Tuan lagi makan, nanti saya kembali lagi.”Jennie keluar lagi dari ruangan sang CEO tanpa menunggu ocehan sang bos.'Sepertinya saya tidak akan pernah tenang selama dia ada di perusahaan ini,' ucap Yas dalam hatinya.Belum satu hari wanita itu bekerja di perusahaan, tapi sudah berkali-kali mendatangkan masalah bagi bosn
Gara langsung memutus panggilan teleponnya tanpa menyahuti ucapan sang tante."Permintaan anda apa, Bos? Jangan yang mahal-mahal saya nggak punya uang!" tanya Jennie setelah Gara melepaskannya."Saat ini saya tidak ingin apa-apa. Saya akan menagihnya nanti," jawab Gara sambil tersenyum. "Sekarang keluarlah dari ruangan saya!""Baik, Bos."Jennie segera keluar dari ruangan bosnya. Setiap kali masuk ruangan itu bagaikan masuk kandang singa. Setelah semua yang terjadi dengan keluarganya, Jennie tidak takut apa pun, kecuali takut kehilangan adik dan ibunya. Hanya merekalah yang membuatnya tetap semangat menjalani hidup."Gue harus cuci tangan, dari tadi tangan gue diketekin terus," gumamnya sambil menciumi tangannya. "Eh ini wangi banget."Jennie berkali-kali menciumi aroma wangi ditangannya yang dikempit Gara."Biarin ah nggak gue cuci, mayan dah otak gue jadi seger nyium yang wangi-wangi begini," ucapnya sambil cenge
“Apa dia mempunyai banyak cadangan nyawa?” kata Gara ketika ada sebuah motor yang menyalip mobil yang ditumpanginya.“Sepertinya itu seorang perempuan, Tuan,” sahut sang asisten. “Dari postur tubuhnya kelihatan seperti perempuan.”“Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan suaminya jika mempunyai istri yang suka kebut-kebutan di jalan.”Pria dingin itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak menyadari kalau sang mommy juga suka kebut-kebutan di jalanan.“Mungkin dia dan suaminya seorang pembalap,” sahut Yas sembari tersenyum canggung."Mungkin saja," jawab Gara, "Semoga suaminya kelak tidak kena serangan jantung melihat istrinya kebut-kebutan seperti itu.'Apa Tuan tidak mengetahui sejarah keluarganya kalau Nyonya sepuh dan Nyonya besar itu sering kebut-kebutan di jalan waktu beliau masih muda?'Gara tidak mengetahui kalau Mommy dan neneknya juga seperti itu. Ia hanya tahu ka