Gara berdiri di belakang Jennie sambil melipat kedua tangannya. Sejak tadi ia menguping ucapan pegawainya.
Wanita itu pun menoleh ke belakang. Ia terkejut melihat Tuan manja ada di belakangnya. Jennie langsung membalikkan badannya.
“Ada yang bisa saya bantu, Bos?” tanya Jennie dengan sopan.
“Kamu belum menjawab pertanyaan saya!” Gara mencondongkan wajahnya mendekati wajah Jennie sambil menatapnya dengan tajam. “Siapa yang mau kamu racuni?”
“Suami saya, Bos,” jawabnya asal.
“Saya akan melaporkan semuanya kepada suamimu,” balas Gara sembari mengangkat satu sudut bibirnya.
“Memangnya Bos tahu siapa calon suami saya? Saya masih mencari laki-laki yang mau menerima keadaan saya sekarang,” jawab Jennie sambil menahan senyumnya.
Dalam hatinya ia menertawakan Bos yang telah menjebaknya itu. ‘Sok tahu lo. Pake ngancam gue segala. Sono lo bilangin sama calon suami gue
“Kau!” geram Yas pada wanita itu.“Apa?” Jennie menantang Yas dengan mengangkat nampannya. “Mau gue pukul pake ini?”Saat ini Jennie tidak takut kehilangan pekerjaan, ia malah bersyukur jika seandainya ia dipecat dari perusahaan itu.Yas mengeraskan rahangnya menahan amarah. Kemudian, pergi meninggalkan wanita itu dengan segera, ia tidak ingin lepas kontrol dan menyakiti seorang wanita.“Saya bisa gila jika bertemu dengan wanita itu setiap hari,” ucapnya setelah masuk ke dalam ruang kerjanya. Saya harus menghindarinya jika ingin tetap waras.”Yas sangat kesal dengan pegawai baru itu, tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena tuannya sendiri yang mempertahankan Jennie untuk tetap bekerja di perusahaan dengan alasan ingin memberi pelajaran.“Semoga saja Tuan Gara tidak salah mengambil keputusan,” ucapnya dengan penuh harap. “Berurusan dengan wanita seperti itu sangatlah berba
Belum selesai mengucapkan kalimatnya, Yas langsung bungkam saat wanita yang sedang mereka bicarakan menerobos masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.Jennie datang dengan terengah-engah. Ia berlari dengan cepat supaya sampai tepat waktu.Keringat bercucuran dari keningnya, menetes membasahi wajah cantiknya.'Kenapa Jennie terlihat cantik?' ucap Yas dalam hatinya.Gara melihat jam yang melingkar di tangannya. Dengan seringai licik ia berkata, "Kurang tepat."'Kurang tepat apanya? Gue bawa motor ngalahin Rossi, sampai-sampai polisi yang lagi tidur aja gue lindes tanpa permisi. Nggak ada terima kasihnya sama sekali lo.' Jennie hanya bisa menggerutu dalam hatinya."Kamu terlambat lima detik," ucap Gara dengan santainya.""Ya Tuhan pengin banget ngabsen kebun binatang," gumam Jennie dengan pelan sambil menggertakkan giginya.Yas yang mendengar gumaman sang office girl hanya bisa menahan tawa. Walaupun merasa puas dengan apa yang s
“Makanannya udah habis, Bos, apa saya boleh pergi?” Jennie bertanya dengan sangat sopan, ia khawatir CEO manja itu akan memarahinya lagi.“Pergilah!” titahnya dengan ketus.Niatnya ingin membuat pegawai barunya sengsara, tapi malah ia yang tersiksa karena kepedesan dan kelaparan.Office girl itu segera membereskan bekas makannya. Lalu, ia bergegas meninggalkan sang CEO. Baru kali ini ia keluar dari ruangan itu dengan raut wajah bahagia.“Nggak apa-apalah gue ngebut demi makanan itu, toh gue sendiri yang makan,” ucapnya sambil melenggang pergi menuju pantry. “Rezeki emang nggak ke mana?”Wanita itu terlihat sangat bahagia. Ia berjalan sambil bersenandung.Sementara di ruangan sang CEO, pengusaha muda itu masih tidak percaya kalau Jennie sanggup menghabiskan makanannya.Padahal dirinya yang hanya memakan satu sendok saja, mulut dan perutnya terasa panas."Saya yakin dia
Jennie bangun dari duduknya, ia bergegas ke ruangan sang CEO untuk memohon supaya Tuan manja itu tidak mempermasalahkan tentang pesanan tadi.Ia tidak mau pengelola makanan yang sudah baik padanya mendapatkan masalah gara-gara dirinya.Wanita itu masuk tanpa mengetuk pintu atau mengucapkan salam terlebih dulu. Ia langsung masuk begitu saja yang membuat Gara dan Yas terkejut.Gara mengunyah makanannya dengan cepat, lalu menelannya. “Apa kamu tidak punya sopan santun? Masuk ke ruangan atasanmu tanpa permisi dulu!” omel Gara setelah menelan makanannya.“Maaf, Tuan, saya nggak tahu kalau Tuan lagi makan, nanti saya kembali lagi.”Jennie keluar lagi dari ruangan sang CEO tanpa menunggu ocehan sang bos.'Sepertinya saya tidak akan pernah tenang selama dia ada di perusahaan ini,' ucap Yas dalam hatinya.Belum satu hari wanita itu bekerja di perusahaan, tapi sudah berkali-kali mendatangkan masalah bagi bosn
Gara langsung memutus panggilan teleponnya tanpa menyahuti ucapan sang tante."Permintaan anda apa, Bos? Jangan yang mahal-mahal saya nggak punya uang!" tanya Jennie setelah Gara melepaskannya."Saat ini saya tidak ingin apa-apa. Saya akan menagihnya nanti," jawab Gara sambil tersenyum. "Sekarang keluarlah dari ruangan saya!""Baik, Bos."Jennie segera keluar dari ruangan bosnya. Setiap kali masuk ruangan itu bagaikan masuk kandang singa. Setelah semua yang terjadi dengan keluarganya, Jennie tidak takut apa pun, kecuali takut kehilangan adik dan ibunya. Hanya merekalah yang membuatnya tetap semangat menjalani hidup."Gue harus cuci tangan, dari tadi tangan gue diketekin terus," gumamnya sambil menciumi tangannya. "Eh ini wangi banget."Jennie berkali-kali menciumi aroma wangi ditangannya yang dikempit Gara."Biarin ah nggak gue cuci, mayan dah otak gue jadi seger nyium yang wangi-wangi begini," ucapnya sambil cenge
“Apa dia mempunyai banyak cadangan nyawa?” kata Gara ketika ada sebuah motor yang menyalip mobil yang ditumpanginya.“Sepertinya itu seorang perempuan, Tuan,” sahut sang asisten. “Dari postur tubuhnya kelihatan seperti perempuan.”“Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan suaminya jika mempunyai istri yang suka kebut-kebutan di jalan.”Pria dingin itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak menyadari kalau sang mommy juga suka kebut-kebutan di jalanan.“Mungkin dia dan suaminya seorang pembalap,” sahut Yas sembari tersenyum canggung."Mungkin saja," jawab Gara, "Semoga suaminya kelak tidak kena serangan jantung melihat istrinya kebut-kebutan seperti itu.'Apa Tuan tidak mengetahui sejarah keluarganya kalau Nyonya sepuh dan Nyonya besar itu sering kebut-kebutan di jalan waktu beliau masih muda?'Gara tidak mengetahui kalau Mommy dan neneknya juga seperti itu. Ia hanya tahu ka
Tok tok tok"Tante ... kalau Tante tidak mau keluar, saya tidak akan mau ketemu Tante lagi."Menunggu lama di ruang tamu membuat Gara jenuh, akhirnya ia naik ke lantai dua untuk menemui sang tante.Ia marah bukan karena makanan yang begitu pedas, tapi ia marah karena sang tante berpihak kepada wanita yang sangat dibencinya."Tuh 'kan, saya yakin kamu pasti sudah menyakiti hatinya," tukas Aldin pada istrinya. "Dia tidak pernah marah seperti itu sama kamu."Entah apa yang dilakukan istrinya hingga keponakannya itu begitu marah. Selama ini ia tidak pernah melihat Gara bersikap seperti itu kepada istrinya."Biarin aja, nanti juga reda. Kalau aku keluar sekarang dia pasti ngomel-ngomel, nanti aja kalau dia udah nggak marah aku temui dia."Sisil tetap tidak mau menemui keponakannya, ia tidak mau berbicara dengan Gara karena pemuda itu karena sedang emosi."Ok Tante, kalau Tante tidak mau keluar, saya tidak akan datang lagi ke r
Gara sedang bersantai di teras belakang rumahnya. Halaman yang cukup luas itu ia jadikan taman untuk tempat bermain keponakannya.Ia sengaja menyuruh Yas membeli rumah dengan halaman yang luas untuk tempat bermain anak-anak.Namun, kini keponakan yang ia nantikan sudah tiada sebelum terlahir ke dunia.Suara dering ponselnya yang ada di atas meja, membuyarkan lamunan pria tampan itu. Ia pun mengambil benda pipih yang terus bergetar."Bara. Kenapa dia menelpon? Apa ada masalah lagi?" gumamnya sebelum menjawab panggilan telepon itu."Ada apa?" tanyanya setelah terhubung dengan adiknya.“Bang, kamu lagi sibuk ya?” tanya Bara kepada saudara kembarnya.“Tidak. Saya baru pulang dari kantor, memangnya ada apa?”“Aku tadi mendengar pembicaraan Tuan Indra dengan Daddy. Calon mertuaku itu ingin menjodohkanmu dengan putrinya."Walau tidak suka dengan perjodohan, tapi ia masih bersikap tenang