Yas terpaksa masuk ke dalam kamar sang tuan yang kebetulan tidak dikunci.
Laki-laki itu berjalan mendekati tempat tidur Gara, lalu berkata, "Bangunlah Tuan, sudah waktunya makan."
Yas khawatir dengan tuannya yang sejak siang hingga malam tidur dalam keadaan perut kosong.
Perlahan Gara membuka matanya, lalu bertanya, "Apa makan siang saya sudah siap?"
"Bukan makan siang, Tuan, tapi makan malam," jawab Yas dengan sopan. "Sekarang sudah hampir pukul delapan malam, Tuan."
Gara membuka matanya lebar-lebar, lalu menoleh pada jam dinding yang tergantung di dinding kamarnya.
"Jam delapan malam?" gumamnya. "Kenapa saya tidur lama sekali?"
Laki-laki itu meregangkan otot-ototnya, lalu turun dari tempat tidur. "Saya mau mandi dulu."
"Baik, Tuan. Saya permisi dulu."
Sang asisten CEO itu menunduk hormat pada tuannya sebelum keluar dari kamar.
Setelah mandi dan berpakaian, Gara merebahkan tubuhnya di tempat tidur. “Kenapa
Gara melepas kantung belanjaannya hingga makanan dan minuman yang dibelinya berserakan di bawah."Maafin gue, Bang!"Ternyata tukang parkir itu adalah seorang wanita. Ingin sekali Gara menghajarnya, andai saja dia seorang laki-laki.Wanita hendak membersihkan kaus Gara dengan handuk kecil yang tergantung di lehernya."Tidak perlu!" Gara menepis tangan wanita itu."Gue udah punya niat baik ya, gue juga udah minta maaf, tapi lo nggak mau terima," kata wanita itu sambil menyolot."Apa dengan kata maaf kamu bisa mengulang waktu agar tidak menumpahkan kopi panas di tubuh saya?"Bara mengeratkan giginya napasnya sudah memburu. Ia berusaha untuk menahan amarahnya.Rasa panas di perutnya mengalahkan rasa panas di wajahnya karena menahan amarah."Yaelah cuma baju doang, nanti dicuci juga bersih. Buka baju lo biar gue yang cuciin!"Wanita itu mendekat hendak membantu Gara membuka bajunya."Kamu mau
Gara segera membuka baju yang terkena tumpahan kopi setelah masuk ke dalam kamarnya. Perutnya yang tersiram kopi panas terlihat memerah karena kaus yang dikenakannya berbahan tipis.Pria tampan itu mengabadikan kulitnya yang memerah menggunakan ponselnya sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi untuk berendam.“Mimpi apa siang tadi hingga bertemu dengan wanita tidak waras itu,” gumam Gara sembari memejamkan matanya sambil bersandar pada bathup.Setengah jam sudah ia berendam, CEO tampan itu baru beranjak dari bathup. Ia segera berpakaian, lalu berjalan menuju kursi santai yang ada di balkon kamarnya.Tiga jam sudah ia berada di balkon itu sambil menikmati teh hangat. Menatap langit malam yang dihiasi ribuan bintang kecil.“Malam yang indah, tapi tidak seindah nasibku hari ini. Bertemu dengan wanita yang tidak waras merupakan kesialan terbesar dalam hidupku," gumamnya.Selama ini tidak ada wanita yang berani melawannya apalagi
CEO muda itu hanya menganggukkan kepalanya tanpa menatap Yas. Ia langsung membuka komputernya.Dua hari tidak masuk kantor membuat pekerjaannya menumpuk. Demi membantu adiknya, ia menelantarkan pekerjaan dan harus membebankan tanggung jawab kepada sang asisten.Yas segera menyuruh office girl membuatkan kopi untuk sang CEO.“Sudah saya pesankan minuman untuk menghilangkan kantuk,” kata sang asisten.“Hmm.”“Apa saya boleh ke ruangan kerja saya sekarang?”“Silakan!” balas Gara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.Yas menunduk hormat kepada Bos yang sedang fokus dengan pekerjaannya itu sebelum keluar dari ruangan CEO.Walau kepalanya terasa sedikit pusing karena menahan rasa kantuk, tapi ia tetap berusaha menyelesaikan pekerjaannya.Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pintu dari seorang office girl yang hendak mengantar kopi.“Mas
'Tamatlah riwayatmu wanita tidak waras,' ucap Gara dalam hati ketika melihat sang asisten masuk dengan membawa surat perjanjian kerja antara wanita itu dengan perusahaannya."Ini, Tuan." Yas memberikan surat perjanjian kepada sang tuan yang berdiri di belakang office girl baru itu."Selidiki kelurganya," bisik Gara pada Yas.Asisten CEO itu pun menjawab dengan anggukkan kepala. Dengan sigap ia mencari tentang wanita yang berdiri di hadapannya itu."Jennie," ucapnya pelan sembari berjalan mengelilingi wanita itu. "Nama yang cantik, tapi tidak secantik akhlaknya."CEO tampan itu membuka kontrak kerja dan membaca lembaran demi lembaran sambil mondar-mandir di depan wanita yang bernama Jennie.Ia tersenyum puas dengan kinerja sang asisten. Walau tanpa dijabarkan dengan jelas apa yang dia mau, tapi Yas sudah sangat memahami tuannya itu."Kamu baca sendiri isi dari kontrak kerja ini!" Gara mengulurkan tangannya memberikan berkas itu k
Gara berdiri di belakang Jennie sambil melipat kedua tangannya. Sejak tadi ia menguping ucapan pegawainya.Wanita itu pun menoleh ke belakang. Ia terkejut melihat Tuan manja ada di belakangnya. Jennie langsung membalikkan badannya.“Ada yang bisa saya bantu, Bos?” tanya Jennie dengan sopan.“Kamu belum menjawab pertanyaan saya!” Gara mencondongkan wajahnya mendekati wajah Jennie sambil menatapnya dengan tajam. “Siapa yang mau kamu racuni?”“Suami saya, Bos,” jawabnya asal.“Saya akan melaporkan semuanya kepada suamimu,” balas Gara sembari mengangkat satu sudut bibirnya.“Memangnya Bos tahu siapa calon suami saya? Saya masih mencari laki-laki yang mau menerima keadaan saya sekarang,” jawab Jennie sambil menahan senyumnya.Dalam hatinya ia menertawakan Bos yang telah menjebaknya itu. ‘Sok tahu lo. Pake ngancam gue segala. Sono lo bilangin sama calon suami gue
“Kau!” geram Yas pada wanita itu.“Apa?” Jennie menantang Yas dengan mengangkat nampannya. “Mau gue pukul pake ini?”Saat ini Jennie tidak takut kehilangan pekerjaan, ia malah bersyukur jika seandainya ia dipecat dari perusahaan itu.Yas mengeraskan rahangnya menahan amarah. Kemudian, pergi meninggalkan wanita itu dengan segera, ia tidak ingin lepas kontrol dan menyakiti seorang wanita.“Saya bisa gila jika bertemu dengan wanita itu setiap hari,” ucapnya setelah masuk ke dalam ruang kerjanya. Saya harus menghindarinya jika ingin tetap waras.”Yas sangat kesal dengan pegawai baru itu, tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena tuannya sendiri yang mempertahankan Jennie untuk tetap bekerja di perusahaan dengan alasan ingin memberi pelajaran.“Semoga saja Tuan Gara tidak salah mengambil keputusan,” ucapnya dengan penuh harap. “Berurusan dengan wanita seperti itu sangatlah berba
Belum selesai mengucapkan kalimatnya, Yas langsung bungkam saat wanita yang sedang mereka bicarakan menerobos masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.Jennie datang dengan terengah-engah. Ia berlari dengan cepat supaya sampai tepat waktu.Keringat bercucuran dari keningnya, menetes membasahi wajah cantiknya.'Kenapa Jennie terlihat cantik?' ucap Yas dalam hatinya.Gara melihat jam yang melingkar di tangannya. Dengan seringai licik ia berkata, "Kurang tepat."'Kurang tepat apanya? Gue bawa motor ngalahin Rossi, sampai-sampai polisi yang lagi tidur aja gue lindes tanpa permisi. Nggak ada terima kasihnya sama sekali lo.' Jennie hanya bisa menggerutu dalam hatinya."Kamu terlambat lima detik," ucap Gara dengan santainya.""Ya Tuhan pengin banget ngabsen kebun binatang," gumam Jennie dengan pelan sambil menggertakkan giginya.Yas yang mendengar gumaman sang office girl hanya bisa menahan tawa. Walaupun merasa puas dengan apa yang s
“Makanannya udah habis, Bos, apa saya boleh pergi?” Jennie bertanya dengan sangat sopan, ia khawatir CEO manja itu akan memarahinya lagi.“Pergilah!” titahnya dengan ketus.Niatnya ingin membuat pegawai barunya sengsara, tapi malah ia yang tersiksa karena kepedesan dan kelaparan.Office girl itu segera membereskan bekas makannya. Lalu, ia bergegas meninggalkan sang CEO. Baru kali ini ia keluar dari ruangan itu dengan raut wajah bahagia.“Nggak apa-apalah gue ngebut demi makanan itu, toh gue sendiri yang makan,” ucapnya sambil melenggang pergi menuju pantry. “Rezeki emang nggak ke mana?”Wanita itu terlihat sangat bahagia. Ia berjalan sambil bersenandung.Sementara di ruangan sang CEO, pengusaha muda itu masih tidak percaya kalau Jennie sanggup menghabiskan makanannya.Padahal dirinya yang hanya memakan satu sendok saja, mulut dan perutnya terasa panas."Saya yakin dia
Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m
“Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah
“Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr
"Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be
Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den
Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb
"Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa
"Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia
“Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha