Beranda / Romansa / Pengantin Tuan Haidar / Bab 427. Brandal Berdasi

Share

Bab 427. Brandal Berdasi

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-14 11:09:05

Laki-laki tampan bertubuh tegap dengan dibalut setelan jas berwarna hitam, dipadukan kemeja berwarna putih berjalan menghampiri sang tamu. 

Ia duduk di samping Baron sambil menumpangkan kakinya, menyandarkan tubuh di sandaran sofa sambil melipat kedua tangan di depan dada. Sorot matanya tajam menatap dua orang manusia yang duduk di hadapannya.

"Ada apa kalian ke sini? Mau melamar kerja?" tanya Haidar sembari mengangkat satu sudut bibirnya mengejek dua laki-laki yang memakai setelan jas berwarna serba hitam.

Ardi bangun dari duduknya, "Kurang ajar kamu manusia serakah! Perusahaan ini milik keluarga Mannaf, aku juga berhak atas semua ini!"

Ardi terlihat sangat emosi, amarahnya membludak saat Haidar merendahkannya. Sedangkan Haidar duduk begitu tenang sambil tersenyum.

"Kamu benar!" sahut Haidar, "Ini perusahaan keluarga Mannaf, aku lah pewaris tunggal kekayaan keluarga Mannaf," jawab Haidar dengan sangat tenang.

"Aku juga bagian dari kelu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 428. Tari Tertusuk

    "Aku nggak bisa diam terus seperti ini sementara orang yang aku cintai sedang bersama dengan orang jahat," gumam Tari sambil meremas-remas jemarinya."Aku harus melihat suamiku." Tari membuka kunci pintu ruang kerja sang suami, lalu melongok melihat keadaan sekitar.Para pengawal Haidar berjaga di depan pintu ruang kerja sang CEO. Tari semakin yakin kalau suaminya dalam bahaya."Banyak pengawal di depan pintu, bagaimana caranya aku masuk?" Tari berpikir keras mencari alasan supaya ia bisa masuk ke dalam ruangan bos-nya.Ia mondar-mandir sambil memijat batang hidungnya, "Kenapa otakku menjadi buntu di saat begini," gumamnya yang belum juga mendapatkan alasan yang kuat supaya ia bisa masuk ke dalam ruangan bos-nya.Setelah beberapa menit, akhirnya ia mendapatkan cara supaya bisa masuk dengan mulus ke dalam ruangan yang dijaga ketat para pengawal Haidar.Tari melangkah keluar dari ruang kerja sang suami setelah mendapatkan ide. Ia berjalan cepa

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 429. Ruang IGD

    Haidar menunggu Tari di depan ruang IGD dengan gelisah. Ia khawatir terjadi sesuatu yang fatal terhadap sekretarisnya. Jika itu terjadi, ia akan merasa sangat bersalah.Haidar mengalihkan pandangannya pada sosok laki-laki yang berlari ke arahnya. Dia adalah Baron, sang asisten yang datang dengan penampilan yang kacau. Kemeja putih dan tangannya sudah berlumur darah, membuat Haidar berpikir kalau sang asisten telah membunuh orang.“Tuan, bagaimana keadaan istri saya?” tanya Baron dengan napas yang tersengal-sengal karena habis berlari.“Saya belum tahu,” jawab Baron, “Sejak tadi belum ada Dokter yang keluar dari ruangan ini.”Haidar tidak berani bertanya tentang keadaan di kantor, ia tahu kalau sang asisten begitu terpukul dengan musibah yang terjadi pada istrinya.Baron dan Haidar menunggu sambil mondar-mandir dengan gelisah. Kedua laki-laki itu mempunyai pikiran yang sama dan kekhawatiran yang sama pula dengan s

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 430. Terlalu Bodoh

    Kini Tari sudah dipindah ke ruang perawatan, tapi sekretaris cantik itu belum sadarkan diri. Ia masih tertidur akibat pengaruh dari obat yang diminumnya."Tuan, terima kasih sudah menolong istri saya," ucap Baron dengan tulus, "Sebaiknya Tuan pulang saja, pakaian Tuan penuh dengan noda darah."Mendengar ucapan Baron, ia jadi teringat dengan nasib Ardi dan temannya.Haidar menegakkan tubuhnya, "Baron, bagaimana keadaan Ardi?" tanya Haidar kepada asistennya."Dia dibawa ke rumah sakit sebelum dibawa ke kantor polisi," jawab Baron, "Maafkan saya, Tuan, saya tidak bisa mengendalikan diri, hingga Tuan Ardi babak belur, kalau pengawal tidak cepat masuk mungkin dia sudah tewas di tangan saya."Baron menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah karena telah melukai sepupu bos-nya. Saat itu dia benar-benar kalap kepada laki-laki yang telah melukai istrinya."Saya tidak peduli dengannya," sahut Haidar, "Saya hanya khawatir kalau kamu membunuh

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 431. Kegelisahan Andin

    Baron menggenggam jemari tangan sang istri, mengusap-usapnya dengan lembut. "Sayang, maafkan saya, tidak bisa menjagamu," ucapnya . Lalu, mencium tangan istrinya dengan lembut.Baron bangun dan berdiri, saat ia hendak mencium kening sang istri terdengar suara ketukan pintu. Ia berjalan mendekat untuk membukakan pintu."Nak! Kamu kenapa?" Bu Rumi terkejut saat melihat pakaian sang menantu banyak noda darah."Saya tidak apa-apa, Bu," jawab Baron "Mari Bu, Pak, silakan masuk!" Baron mempersilakan mertuanya untuk masuk terlebih dulu, dan mengajaknya untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu. "Silakan duduk!" ucapnya dengan sopan."Ini pakaianmu, Nak, ganti dulu bajumu!" Bu Rumi menyerahkan paperbag berwarna hitam kepada sang menantu sebelum duduk."Terima kasih," ucap Baron sambil menerima paperbag, "Maafkan saya tidak bisa menjaga Tari!" Baron membungkukkan badannya di hadapan sang mertua."Sudahlah, Nak! Kamu jangan menyalahkan diri kamu, in

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 432. Kembali Ke Jakarta

    Andin tidak bisa tenang sebelum mendengar suara suaminya. Apalagi ia juga tahu kalau istri Baron jadi korban penusukan itu."Siapkan semuanya, kita ke Jakarta sekarang!" titah Andin pada pengawalnya.Ibu dua anak itu bergegas pulang. "Ra, aku pulang dulu! Masalah ini kita bahas besok!" pamit Andin pada manager Diras Kafe"Siap, Bos," sahut Ira.Andin segera pulang ke rumah untuk meminta izin pada sang bunda. "Bagaimana? Apa kita bisa pulang secepatnya?" tanya Andin pada pengawalnya saat sudah berada di dalam mobil, menuju rumah.Setelah beberapa menit, mobil mewah itu sampai di depan rumah Nenek Marisa. Andin langsung keluar dari mobil dan berjalan cepat masuk ke dalam rumahnya."Bunda, aku balik ke Jakarta ya, titip anak-anak. Mungkin besok pagi aku baru balik lagi ke sini," kata Andin setelah mencium pipi anak-anaknya."Apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat panik seperti itu?" tanya sang bunda yang belum tahu apa-apa."Ada k

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 433. Tari Sadar

    Perlahan Tari membuka matanya, ia menoleh pada Andin dan tersenyum. “Mbak,” ucapnya pelan.“Mbak Tari mau minum?” tanya Andin pada istri dari asisten suaminya.Tari menganggukkan kepalanya perlahan, “Iya,” jawabnya.Andin mengambilkan air minum yang ada di atas nakas, lalu membantu Tari minum memakai sedotan.“Terima kasih, Mbak Andin,” ucap Tari sambil tersenyum, “Mbak bukannya ada di Bandung ya?” tanya Tari kepada istri sang bos.“Aku baru sampai,” jawab Andin, “Mbak Tari, maafkan kami ya, gara-gara masalah keluarga Mannaf, Mbak Tari jadi korban,” ucapnya dengan tulus sambil menggenggam jemari tangan Tari.“Harusnya saya yang minta maaf, tidak mengikuti perintah Tuan Haidar. Padahal setiap perintahnya pasti demi kebaikan. Termasuk dijodohkan dengan Tuan Baron. Saat itu saya bersyukur mengikuti perintahnya, Saya janji, mulai saat ini apa pun yang terja

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 434. Nyonya Penakluk Singa

    Haidar melihat nama pemanggil yang nampak dari layar ponsel asistennya. Terlihat ada tulisan Nyonya penakluk singa."Siapa Nyonya penakluk singa?" tanya Haidar sambil menempelkan benda pipih itu di telinganya.Baron hanya diam saja, ia tidak menjawab pertanyaan tuannya. 'Kenapa saya bisa lupa tidak mengganti nama kontak Nyonya,' ucap Baron dalam hatinya."Baron, cepat kamu ke sini, Mbak Tari sudah sadar!" titah Andin sekali lagi kepada asistennya."Bee, kamu ada di sini?" tanya Haidar dengan pelan."Kamu ke mana aja? Dari pagi aku telepon nggak pernah dijawab. Kamu lagi ngapain sekarang? Bikin aku jantungan aja!" omel Andin pada istrinya.'Tahu dari mana dia masalah di kantor?' Haidar bertanya-tanya dalam hatinya."Boo, kenapa kamu diam aja? Kamu udah nggak anggap aku sebagai istrimu lagi?" kembali sang istri mengomel. "Kalau saja pengawal Ayah nggak bilang, apa kamu juga akan menyembunyikan semuanya dari aku?"'Aku lupa

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 435. Meragukan Cinta Baron

    "Ada apa, Tuan?" tanya Baron saat mendengar gumaman sang tuan yang kurang jelas."Tidak apa-apa," jawab Baron sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku kemeja.Baron kembali menambah kecepatan laju kendaraannya. Ia ingin cepat-cepat bertemu dengan sang istri."Saya sudah bilang, fokuskan keluargamu, terutama istrimu yang sedang sakit!" omel Haidar kepada asistennya."Saya tadi harus memberikan kesaksian di kantor polisi, lalu saya ke rumah Tuan untuk memberikan laporan," jelas Baron pada tuannya."Hmmm ...." Haidar tidak menjawab apa-apa lagi.Ia sudah sangat bosan memperingatkan asistennya untuk lebih mengutamakan keluarganya dari pada urusan lain. Terlebih lagi istrinya sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.'Apakah si Baron, belum benar-benar mencintai Tari? Kenapa dia tidak mengkhawatirkan istrinya yang sakit?' Haidar bergelut dengan pemikirannya sendiri, meragukan cinta Baron.Padahal dalam hati Baron ia begitu men

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17

Bab terbaru

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status