Pesta berjalan dengan luar biasa meriah. Luna harus menahan diri untuk bersikap ramah di depan dua saudaranya yang tampak sarkas itu. Di depan keluarga Aiden, dan tentu di depan kolega bisnis dari kedua keluarga. Luna harus menceritakan bagaimana susahnya menempuh pendidikan kedokteran, menceritakan kejadian lucu pada pasien di rumah sakit, dan memberi saran tipis-tipis atas keluhan dari salah satu atau salah dua tamu undangan. Begitu selesai membersihkan diri dan mengeringkan rambut, ia menyadari satu hal. Matanya terpejam merutuki diri sendiri. Luna menyanggupi menikah dengan Aiden, tapi ia melupakan bahwa dirinya harus melakukan malam pertama dengan laki-laki itu.Pipi Luna memerah begitu Aiden yang baru keluar kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang melilit di pinggang. Luna kembali sibuk pada rambutnya yang masih basah. Mengabaikan atensi Aiden yang mondari mandir di belakangnya untuk merapikan sesuatu atau berganti baju. Aroma yang menguar dari tubuh Aiden cukup menggang
Aksi Aiden ternyata tidak berhenti disitu, laki-laki itu naik lagi ke leher Luna. Mencumbu, menghirup aroma yang menguar. Dan itu membuat Luna kelabakan. Sesekali tangan Aiden kembali meremas dada Luna, memainkan nipplennya memutar-mutar hingga tak kuasa desahan Luna pun terdengar. "Hhshh Aiden." Tangan Luna mencoba menghentikkan tangan Aiden. Tapi disaat bersamaan Luna merasa lemas, merasa ingin lebih dan membiarkan Aiden melakukan apapun terhadap tubuhnya. Aiden menarik Luna lebih dekat lagi, mencium bibir gadis itu dengan serakah. Jantung Luna berdetak cepat, nafasnya semakin tersenggal begitu tangan Aiden masuk ke area miss v nya lagi. Mungkin sudah basah, tapi Aiden masih suka memainkan bagian tersebut meremasnya gemas hingga wajah Luna memerah. Desahannya semakin jelas dan itu semakin membuat Aiden tidak mau berhenti. "Aiden.." lirih Luna menyebut nama suaminya. Hal lain yang hampir membuat Luna gila ketika kaki Luna tertahan oleh kaki Aiden. Membuat benda tumpul milik Aid
Tidak mungkin juga Luna memakai masker ketika pakaiannya sama seperti tadi pagi ketika Aiden mengantarnya ke rumah sakit. Beberapa orang telah berkumpul ke halaman belakang begitu jam istirahat berlangsung. Ramai gaduh karyawan Bellagas terdengar berseliweran di depan ruangan keuangan. Luna masih di ruangan, mengatakan pada Kai dan Hana nanti ia akan menyusul.Gadis itu lantas mendekati jendela, melihat ke arah parkiran memeriksa apakah bagian dari Silk Splurge akan datang atau tidak. Tapi nyatanya hal yang ditakutkan Luna terjadi. Beberapa mobil masuk ke halaman parkir. Mungkin ada lima mobil. Satu mobil Luna kenali sebab itu milik suaminya. Tidak lama setelah itu Aiden tampak keluar dari mobil membuat kaki Luna langsung lemas tak mampu menyangga tubuhnya.Luna semakin tidak berdaya dan merasa mual begitu melihat mertuanya, Andreas Ellworth ada disini. Astaga double kill. Luna sungguhan tidak dapat mengikuti acara perayaan kerja sama Bellagas dengan Silk Splurge. Biarkan saja dia dip
Sama seperti adegan sebelumnya. Aiden memeluk tubuh mungil Luna dengan erat. Mencumbu bibir ranumnya, mencumbu leher jenjangnya, dan semakin ke bawah menghirup aroma yang menguar dari dada LunaLuna terkekeh. "Hei, kau ini." Menangkup pipi Aiden untuk menatapnya. Mata lelaki itu sudah memerah akibat nafsu yang menguasai tubuhnya.Tangan Aiden meraih tangan Luna di pipinya. Mencium telapak tangan Luna kemudian membawa tangan Luna untuk mengalung pada lehernya.Biarkan kali ini Aiden yang memandu Luna. Meski sebelumnya memang begitu. Aiden mengankat tubuh Luna untuk berada di atas tubuhnya, meremas kedua pantat istrinya itu dengan masih mencium bibirnya. Luna kelabakkan dibuatnya, gadis itu tidak bisa tidak terkekeh geli dengan tingkah laku Aiden.Luna membalas ciuman Aiden. Keduanya menghabiskan malam yang panjang untuk saling menjajah tubuh masing-masing pasangan.Aiden sudah lebih dulu tidur sejak jam 10 malam. Luna belum bisa tidur, gadis itu hanya menatap langit-langit kamar dan ter
Aiden hanya diam dan itu justru membuat Luna ketakutan setengah mati. Memikirkan apa yang Aiden pikirkan dan presepsi laki-laki itu tentang apa yang telah terlihat.Tidak lama Aiden turun dari mobil dan menghampiri Luna. Sudut matanya terus mengikut atensi pria yang tadi berbicara dengan Luna. Namun Haris merapatkan topi yang beliau pakai kemudian berlalu pergi masuk ke rumah sakit. Aiden tidak mengejar, laki-laki itu lebih fokus pada istrinya. Aiden memeluk Luna yang tampak terkejut. "Kau tidak apa-apa?" tanya Aiden khawatir. Kali ini mengangkup pipi istrinya. "Hah??" Luna menjadi bingung dengan tingkah Aiden. Maksudnya bagaimana?Aiden memeriksa seluruh bagian tubuh Luna, takut jika ada yang terluka. "Apa dia menyakitimu?" tanya Aiden lagi. "Eh? tidak. Kenapa berpikir begitu?" Luna memilih bertanya saja. Dia pusing menebak jalan pikiran Aiden saat ini. "Kenapa dia meminta uangmu? kenapa kau begitu saja memberikan uangmu padanya?" Ah itu.. mungkin Aiden berpikir bahwa Haris ada
Aiden membalik tubuh Luna. Kali ini keduanya telah terlentang di ranjang. Dan Luna ada di bawah kendali sang suami. Kepala Aiden merendah menciumi leher Luna. Sebenarnya tangan Aiden sudah gatal ingin merobek baju tidur Luna yang tipis itu. Percuma saja, Aiden sampai bisa melihat isi di dalamnya. Tetapi belum juga angang-angan tersebut terealisasi, ponsel Aiden berdering. Lebih dari lima kali."Itu mungkin penting," kata Luna menyuruh Aiden untuk segera mengangkat teleponnya. Aiden berdecak. Beranjak dari tempat dan mengambil ponsel di atas nakas. "Sudah ku katakan kalo aku sudah di rumah jangan menele-""Kantor kebakaran Pak!" Yulio langsung memotong kalimat Aiden karena merasa ini sangat penting untuk dikatakan. Aiden mengernyitkan kening. "Apa? Kenapa bisa? Kantor mana yang terbakar?"Begitu Yulio mengatakan dimana kantor yang terbakar, Aiden langsung memutus sambungan. Tanpa berbalik ke arah Luna yang kebingungan, laki-laki itu langsung mengambil asal kaos di dalam lemari dan
Aiden meninggalkan rumah lagi setelah menerima telepon dari Yulio. Luna hanya dapat menghembuskan napasnya sebab makanan yang telah ia siapkan di meja makan tidak tersentuh sama sekali. Gadis itu akhirnya memakan sarapannya sendiri. Ternyata menyantap makanan sendirian tidak enak ya. Padahal sebelumnya Luna terbiasa mengerjakan semua sendiri. Ah tidak juga, ketika ia punya pacar hidup Luna juga berwarna. Luna juga sempat ditemani oleh Darren ketika makan.Mungkin karena Luna terbiasa ditemani, dan kini sudah ada Aiden juga. Maka ketika ia makan sendiri sekarang rasanya sepi sekali. Mata Luna menyapu pada ruangan Apartemennya yang luas.Terasa hampa jika hidup sendiri, tidak melakukan apapun.Ding Dong..Luna beranjak dari kursi setelah menelan suapan pertama sarapan paginya.Giselle melebarkan senyumnya begitu Luna membuka pintu. Tangannya melebar dan Luna menyambutnya dengan hangat."Ah Ibu, selamat pagi. Kenapa tidak berkabar mau main kemari?" Tanya Luna ketika keduanya melakukan ci
Luna sudah berdebar tak karuan setelah membersihkan diri dan berganti baju tidur. Sekarang ia merutuki dirinya sendiri kenapa dulu suka mengoleksi gaun tidur tak berlengan dan pendek.Aiden sudah menunggu di ranjang. Menyangga kepalanya dengan tangan dan tubuhnya miring menatap Luna yang baru keluar dari kamar mandi. Bibirnya membentuk lengkung senyum, tangannya menepuk bagian kosong di sampingnya agar Luna segera tidur."Jangan sekarang ya Aiden," kata Luna memohon. Sungguh, dari ereksi milik Aiden ketika mengenai miliknya itu ia dapat mengerti bahwa milik Aiden sungguhan besar. Luna tidak bisa membayangkan jika benda tersebut masuk ke lubang miliknya.Aiden terkekeh, tidak menghiraukan Luna. Tubuhnya beranjak dari posisi bersandar menarik tangan Luna yang sudah dekat dengan kasur. "Tidak perlu takut aku akan pelan-pelan.""Ahh tapi-"Tidak ada tapi-tapian Aiden sudah membawa tubuh Luna ke kasur. Melihat wajah istrinya itu yang semakin hari semakin cantik membuat Aiden tergila-gila d