"Apa kau sudah mengirimkan apa yang aku perintahkan tadi,Rery?" Tanya Aiden pada asisten nya."Sudah tuan Muda Aiden. Baru saja aku menelpon nona Anulika Rayana untuk memastikan langsung hal tersebut. Dan tidak tanggung-tanggung! Beliau malah mengirimkan asisten nya langsung untuk membantu nyonya." Terang Rery pada bos nya."Hem! Bagus lag!" Aiden pun kembali melanjutkan kerja nya."Tuan Muda Aiden." Panggil Rery yang masih ingin menyampaikan sesuatu pada Aiden."Ya?" Jawab Aiden singkat, dan tetap fokus pada berkas-berkas yang di periksa nya."Lantas kita apa kan manager nya nyonyaGwen ini? dia masih ada di dalam ruangan ku!" Ujar Rery."Biarkan saja di sana dulu. Karena kalau sampai dia kemari, aku takut aku tidak dapat menahan emosi ku dan menghajar nya. So, biar lah dia sana sampaiGwen datang." Titah Aiden."Baiklah kalau begitu tuan." Jawab Rery.TOk..TOk..TOk..TOk..TOk..TOk..TOk..
Aiden yang tadi nya terlihat tidak peduli dengan semua kata-kata Theodor tadi, begitu Theodor keluar dari kantor nya, dia langsung menelpon salah satu chef terkenal handalan nya. "Hallo, Chef Jonah Robert Skinner-" Scene pun langsung beralih ke Berlian Cosmetik kembali. "Cukup sampai disini untuk hari ini." Teriak Jackson pada semua nya."Untuk makan siang telah di siapkan di restoran." tambah Jackson. Seluruh orang pun mulai bubar. Sambil bubar, terdengar beberapa orang mulai kembali berbisik. "Aku dengar dari kalau yang menyediakan Tim untuk Gwen adalah pihak Berlian Cosmetik." Ucap Lili sambil berbisik pada Ola. "Dari mana kau tahu?" tanya Ola. "Angela sudah mengkonfirmasi ini langsung dengan pihak terpercaya mengenai hal ini." Bisik nya lagi. "Astaga! Apa kalian tidak ada kerjaan lain hah? Selain menggosipkan hal tidak-tidak tentang Gwen!!" Seru Cristin muak mendengar Lili dan Ola masih saja menggosip mengenai Gwen. "Ini bukan urusan mu, model tidak laku!" Hina Ola pada Cr
Masih di gedung yang sama, hanya saja berbeda lantai, terlihat Gwen sedang berjalan dengan santai bersama Christin menuju restoran yang ada di lantai bawah di gedung itu.Mungkin karena insiden barusan,Gwen dan Christin pun mendadak menjadi teman."Aku dengar kau sudah menikah, Gwen?" tanya Christin setelah mengikuti Gwen masuk ke dalam sebuah lift."Benar. Aku sudah menikah. Bagaimana dengan diri mu Christin?" tanyaGwen."Aku? Tentu saja aku belum menikah. Aku merasa karir ku masih terlalu panjang untuk aku sia-sia begitu saja dengan menikah."Jawab nya simple."Lalu kau sendiri, kenapa kau ingin menikah secepat itu Gwen? Apa kau tidak sayang dengan karir mu?" Tanya nya balik."karir? Hem- Bagaimana ya? Bukan nya aku tidak sayang dengan karir ku. Hanya saja aku tidak sampai kepikiran kalau menikah akan membuat karir ku jatuh." Gwen pun mendekat ke arah Chistin dan berbisik ala-ala ibu -ibu rumpi."Tapi kalau aku pikir-piki
"Suami?" tanya Theodor heran."Iya suami." UlangGwen sambil tersenyum.Tapi senyum itu sesungguh nya tidakGwen tujukan ke Theodor. Itu adalah senyum yangGwen tuju kan kepada Aiden yang ternyata benar-benar datang.Gwen kembali teringat dengan kata-kata Aiden tadi pagi. "KalauGwen tidak bisa keluar untuk makan siang, maka dia lah yang akan datang."Siapa kira si kulkas dua belas pintu itu benar-benar datang."Apa kau sudah makan sayang?" tanya Aiden, yang kini berada tepat di samping Theodor yang terkejut melihat Aiden yang datang ke tempat itu.Padahal jelas-jelas Theodor tadi melihat ekspresi tidak peduli muncul di wajah Aiden saat Theodor berbasa basi mengajak nya pergi ke Berlian Cosmetik."Belum." JawabGwen tersenyum pada sang suami."Kalau begitu ayo! Aku sudah memanggilkan koki restoran tempat biasa aku makan." Ujar Aiden."Anda juga ikut lah bergabung dengan kami." Ajak Aiden pada Chr
Singkat cerita mereka pun sampai di kantor Aiden.Ini adalah pertama kali nya Gwen dan Aiden muncul bersama di kantor dan tentu saja hal in menarik banyak sekali mata yang mengamati mereka.Namun karena Aiden termasuk sosok yang sangat di hargai dan segani oleh para karyawan nya, tidak terdengar satu bisikan saat itu."Kau boleh duduk dimana pun kau suka. Aku tidak akan lama. Hanya perlu memeriksa beberapa dokumen lagi, setelah itu kita pulang." Kata Aiden pada Gwen ketika mereka telah sampai di dalam ruangan Aiden."Hmm- tuan Muda Aiden silahkan lanjutkan saja kerja tuan Muda. Jangan terlalu pedulikan Gwen." Ucap Gwen."Gwen bisa sendiri." lanjutnya lalu mengeluarkan handphone nya untuk menonton tiktok.Rencana Gwen selama menunggu Aiden, Gwen akan melihat Yoongi saja di tiktok.Walaupun sama-sama kulkas dua belas pintu, tapi bila dibandingkan dengan Aiden, Yoongi lebih sering tidak di cok, sehingga Gwen sering merasa terhibur hanya dengan melihat Yoongi yang FYP-an di tiktok nya.Awa
DI ruangan Rery, terlihat Carlson yang sedang duduk dengan cemas. Matanya berkali-kali melihat ke arah pintu masuk. Carlson yakin, dirinya pasti akan dipertemukan dengan Gwen. "Mereka pasti telah mengatakan segalanya pada Gwen! Pasti saat ini Gwen sangat membenci diri ku!" sesal Carlson dengan suara yang sangat pelan dan wajah yang terlihat sangat panik. Carlson memilin- milin jari-jari tangannya yang terasa sangat dingin itu. Wajahnya yang gugup menggambarkan kerisauan hati yang kini dia rasakan. Ingin sekali rasanya Carlson lari. Tapi mau lari kemana? ke lubang semut pun, Aiden pasti akan menemukannya. Hal ini yang membuat Carlson semakin merasa frustasi. Carlson tahu, bahkan kalau dia sujud dan mencium kaki Gwen pun belum tentu Gwen bersedia memaafkannya. Karena memang Carlsonlah yang selama ini yang menyebabkan Gwen gagal dalam karir modelnya. Entah sudah berapa banyak tawaran kerja sama yang Carlson tolak bahkan sebelum tawaran kerja sama itu Gwen ketahui. Dan yang paling
"Ke-kenapa Carlson? Kenapa? Kenapa kau tega melakukan ini pada ku?" Tanya nya dengan tetesan air mata yang turut keluar. "Kau itu bukan hanya sekedar manager ku! Kau bahkan sudah lebih dari sahabat ku! Aku sudah menganggap mu sebagai saudara ku! Lantas saudara seperti apa yang sanggup menusuk saudara nya dari belakang? Apa kurang banyak derita ku selama ini sehingga kau pun ambil bagian dalam hal ini." Tangan Gwen sampai gemetar saat mengatakan hal itu pada Carlson. Saat Gwen dan Carlson sedang dalam mode tatap tatapan, Rery membisikkan sesuatu pada Aiden. Aiden menarik nafas dan berpaling ke belakang melihat Gwen. "Gwen, bicara lah dengan Carlson. Aku dan Rery akan pulang duluan. Ada sesuatu yang terjadi di rumah. Di Luar ada pengawal ku yang berjaga. Kalau kau tidak ingin melihatnya untuk selamanya, dan butuh seseorang untuk menghabisi nyawa nya, maka cukup instruksikan saja pada pengawal ku. Dengan senang hati dia akan membuang kecoa tidak tahu diri ini dari dunia fana ini." Se
"Apa yang terjadi?" seru Aiden pada kepala pelayan di kediaman nya. "Suli tuan! Suli gantung diri." Sebut wanita tua yang bernama Berta itu pada Aiden dengan tangan gemetar. Aiden dan Rery pun saling pandang. Bukan karena mereka belum tahu nama pelayan yang gantung diri itu, melainkan karena nama Suli ini tentu saja tidak asing di telinga mereka. Suli adalah orang yang Rery perintahkan menjaga taman bunga Lili yang akan Aiden berikan sebagai kejutan untuk Gwen. Hal ini tentu saja sangat aneh. Selama ini Suli terlihat baik-baik saja. Sebagai orang yang langsung berinteraksi dengan Suli, Rery yakin benar kalau bawahannya itu dalam kondisi mental sehat dan stabil. Lantas mengapa tiba-tiba dia malah gantung diri hingga meninggal? Apakah ini hanya sebuah kebetulan? Atau jangan-jangan ini adalah ulah dari orang yang sedang mengincar nyawa Aiden. Hanya saja pertanyaan selanjut nya, mengapa harus membunuh seorang pelayan? Bukankah ini terlalu berlebihan bila hanya untuk menyampaikan