"Ke-kenapa Carlson? Kenapa? Kenapa kau tega melakukan ini pada ku?" Tanya nya dengan tetesan air mata yang turut keluar. "Kau itu bukan hanya sekedar manager ku! Kau bahkan sudah lebih dari sahabat ku! Aku sudah menganggap mu sebagai saudara ku! Lantas saudara seperti apa yang sanggup menusuk saudara nya dari belakang? Apa kurang banyak derita ku selama ini sehingga kau pun ambil bagian dalam hal ini." Tangan Gwen sampai gemetar saat mengatakan hal itu pada Carlson. Saat Gwen dan Carlson sedang dalam mode tatap tatapan, Rery membisikkan sesuatu pada Aiden. Aiden menarik nafas dan berpaling ke belakang melihat Gwen. "Gwen, bicara lah dengan Carlson. Aku dan Rery akan pulang duluan. Ada sesuatu yang terjadi di rumah. Di Luar ada pengawal ku yang berjaga. Kalau kau tidak ingin melihatnya untuk selamanya, dan butuh seseorang untuk menghabisi nyawa nya, maka cukup instruksikan saja pada pengawal ku. Dengan senang hati dia akan membuang kecoa tidak tahu diri ini dari dunia fana ini." Se
"Apa yang terjadi?" seru Aiden pada kepala pelayan di kediaman nya. "Suli tuan! Suli gantung diri." Sebut wanita tua yang bernama Berta itu pada Aiden dengan tangan gemetar. Aiden dan Rery pun saling pandang. Bukan karena mereka belum tahu nama pelayan yang gantung diri itu, melainkan karena nama Suli ini tentu saja tidak asing di telinga mereka. Suli adalah orang yang Rery perintahkan menjaga taman bunga Lili yang akan Aiden berikan sebagai kejutan untuk Gwen. Hal ini tentu saja sangat aneh. Selama ini Suli terlihat baik-baik saja. Sebagai orang yang langsung berinteraksi dengan Suli, Rery yakin benar kalau bawahannya itu dalam kondisi mental sehat dan stabil. Lantas mengapa tiba-tiba dia malah gantung diri hingga meninggal? Apakah ini hanya sebuah kebetulan? Atau jangan-jangan ini adalah ulah dari orang yang sedang mengincar nyawa Aiden. Hanya saja pertanyaan selanjut nya, mengapa harus membunuh seorang pelayan? Bukankah ini terlalu berlebihan bila hanya untuk menyampaikan
"Lalu bagaimana sekarang? Apa rencana tuan Muda?" Tanya Rery."Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Gwen. Aku harus bisa mengatur cara agar Gwen menjauh dari ku." Sebut Aiden dengan wajah tidak senang.Karena saat ini, diri nya lah yang tidak dapat jauh dari Gwen.Tentu saja ini akan berat untuk dirinya sendiri lakukan."Apa tuan Muda Aiden akan menghindari nyonya Gwen lagi? Bersikap dingin lagi? Maaf tuan Muda, tapi aku rasa itu bukan lah pilihan yang bijaksana.""Mungkin sebaiknya tuan Muda membicarakan hal ini pada -"Aiden mengangkat tangan nya kembali sebagai isyarat supaya Rery berhenti bicara."Rery, aku tahu dan sangat tahu kalau akting Gwen benar-benar sempurna. Tapi yang nama nya akting tetap lah sebuah akting, akan ada saat nya Gwen terpelesat dan keluar dari akting nya. Aku tidak ingin ambil resiko seperti itu." Ucap Aiden."Jadi biarlah aku pikirkan sebuah cara untuk menjauhkan Gwen dari ku. Aku tidak ak
Gwen yang melihat perubahan air muka Aiden langsung sadar kalau dia telah salah mengalamatkan amarah nya pada Aiden. "Mati aku! Kenapa aku malah marah pada nya? Dia kan tidak tahu apa-apa!" Seru Gwen dalam hati." Ck!! Gwen !! Gwen!! kau ini!!" Gwen pun buru-buru meminta maaf pada Aiden. "Ekhm- maaf! Gwen jadi emosi. Hehehe." Ujar nya cepat. "Habis nya kalian laki-laki itu pada umum nya sama. Suka mencari solusi sendiri. Padahal pepatah lama orang -orang di kampung Gwen ada yang seperti ini. Dua kepala, itu jauh lebih baik dari pada satu kepala. hehehe. " Sebut nya sambil pasang senyum selebar mungkin supaya Aiden tidak tersingung dengan luapan emosi nya yang salah alamat tadi. "Tuing!" Aiden langsung mentowel dahi Gwen ke belakang. "Pepatah itu berlaku kalau kepala yang satu nya bisa diajak untuk berpikir." Sebut nya lalu berdiri. "Tapi kalau seperti kepala mu, aku ragu!" Lanjut nya penuh sarkas, sambil tersenyum tipis tapi penuh makna ejekan yang tertangkap di mata Gwen. "Apa k
"Gwen, mau kah kau berjanji sesuatu pada ku?" Ujar nya tiba-tiba. "Berjanji ? Berjanji apa dulu?" Tanya Gwen yang walaupun sedang dilanda asmara mode silent tetap berhati-hati dalam keputusan yang akan dia ambil. "Berjanji lah untuk selalu percaya pada ku, apapun yang terjadi tanpa harus bertanya mengapa atau kenapa. Cukup percaya saja pada ku." Pinta Aiden penuh harap. "Tidak bisa!" Sebut Gwen, lalu melepaskan tangan Aiden. "Aku tidak bisa begitu saja berjanji seperti itu. Aku harus tahu alasan mengapa kau meminta ku untuk berjanji seperti itu." Tegas Gwen. "Gwen dengarkan aku, orang-orang yang ada disekitar diri ku saat ini sedang diincar oleh musuh yang tidak aku ketahui wujud nya." "Hari ini saja, salah seorang pelayan kepercayaan ku sudah mereka habisi tepat di bawah hidung ku ."Sebut Aiden sambil menghela nafas pelan. "Dan kabar buruk nya, aku tahu dia telah dibunuh namun aku tidak punya bukti kalau dia telah dibunuh serta aku juga tidak tahu siapa pelaku nya." Lanjut Aide
"Apa kau sudah menemukan sesuatu Rery?" tanya Aiden sambil menyenter ke bawah tempat tidur Suli. "Belum tuan Muda. Aku sudah mengecek kesemua tempat tadi tidak menemukan apapun juga." Jawab Rery sambil memegang beberapa benda di dalam kamar Suli menggunakan sarung tangan. "Tidak mungkin tidak ada jejak apapun. Aku tidak yakin Suli yang telah memasang tali itu dan menggantung dirinya sendri." Sela Aiden. "Aku yakin seseorang telah masuk ke kamar Suli dan membunuhnya." Sambung Aiden sambil tetap mencari apapun yang dapat di jadikan sebagai bukti kalau Suli di bunuh. "Aku juga yakin seperti itu tuan Muda tapi- Ssssssssttt!" seru Rery yang langsung terpotong sebab Aiden meminta Rery diam padahal Rery saat itu ingin mengungkapkan pendapat nya. "Rery! Ada yang datang." bisik Aiden langsung menarik Rery untuk bersembunyi ke bawah tempat tidur Suli. Walau tidak mendengar apa yang Aiden dengar, Rery tetap mengikuti apa yang Aiden perintahkan. Dengan sebuah gelas yang masih terpegang di t
"Siapa kalian?" segah si pria yang pertama. Aiden dan Rery pun saling pandang. "Kau duluan saja pergi dan bawa gelas itu." Perintah Aiden pada Rery. Tanpa bersuara, Rery pun kabur duluan. Aiden menutup kembali pintu kamar setelah Rery meninggalkan kamar itu. Lalu dengan sombong dia memberikan instruksi kepada dua pria yang ada di depannya untuk maju menyerangnya. "Sialan! Cuih!" Dua pria itupun maju dan menyerang Aiden. Dengan semangat empat lima mereka siap memberikan Aiden pelajaran. "Biar aku saja yang menghabisinya!!" Ujar salah satu pria itu sombong.Sebuah tinju pun langsung ia layangkan ke arah Aiden. Meski penerangan di dalam kamar tersebut hanya sebatas penerangan dari handpone tapi pertarungan itu berlangsung dengan sengit.Aiden yang sudah dapat memprediksikan gerakan lawan nya langsung menghindar plus memberikan sebuah pukulan balik ke pria itu hingga pria itu terpental sedikit ke belakang. "Cuih!" si Pria meludah dan kembali menyerang Aiden. Dengan sigap kali ini
"Apa? Apa maksud mu?" Tanya Gwen yang semakin tidak paham dengan apa yang di lakukan oleh Aiden. "Cepat! Buka saja pakaian mu! Dan berbaringlah di tempat tidur." Perintah Aiden lalu pergi ke ruang ganti pakaian untuk mengambil pakaian tidur nya. "B-buka baju?" Ulang Gwen bertanya. "Iya!! buka bajumu Gwen dan berbaringlah! Cepat lah!!" Perintah Aiden dari dalam kamar. "B-baiklah." Jawab Gwen dengan wajah merah dan pikiran yang malah terbang kemana- mana. "Ini perintah mu ya Aiden! Bukan Gwen yang mau." Ucap Gwen sangaaaat - sangat pelan sambil membuka pakaiannya helai demi helai. Setelah selesai membuka semua pakaiannya Gwen pun berbaring dan menarik selimutnya hingga hidung. Aiden yang sudah berhasil mendapatkan baju tidurnya pun keluar dari ruang ganti. Sejenak Aiden melirik ke arah Gwen. Aiden sempat mengira jika Gwen masih duduk bengong di atas tempat tidur, padahal situasi sudah sangat mendesak saat ini, karena Aiden yakin orang -orang di luar pasti akan menerobos masuk ke
Sementara di kamar, Axeira yang sedang berbaring di tempat tidurnya, bingung setelah mendapatkan panggilan absurd dari Asher barusan."Ni anak ngomong apaan sih? Gak jelas banget!! Nanya sendiri lalu jawab sendiri..!"Axeira melemparkan hpnya kesebelahnya.Tiba-tiba terdengar satu notif Wa masuk di hape Axeira.DRrrtz...(Asher #) Tadi Mama nanyain kamu. Aku bilang ke Mama, kamu mendadak pergi setelah mendapat telpon dari temanmu.Axeira bingung membaca pesan dari Asher, "Lah, bukannya tadi aku bilang mau matiin kompor. Kok dia ngasih alasan lain ya?"Axeira lalu mengetik beberapa kata di Hp ny.(Axeira#) Kenapa kamu berbohong pada Mama?Tidak lama kemudian..DRrrtz.....(Asher#) So, aku mesti bilang kalau kamu pergi untuk matiin kompor??🙄Belum sempat Axeira membalas pesan ter
Deg.."Mati gue.. " Gumam Axeira dalam hati.“Dia ngenalin gue gak ya?"Axeira hanya diam tanpa mengulurkan tangan, padahal Asher sudah dari tadi mengulurkan tangannya."Ni cewek kenapa..?? Syok dia melihat ketampanan gue?? " Pikir Asher dalam hati.Karna capek terlalu lama tangannya menggantung, Asher langsung berinisiatif mengambil tangan Axeira. "Gue Asher!" ucap Asher setelah meraih tangan Axeira.Deg.. deg... seeeeer.... tiba-tiba jiwa Axeira yang tadi terbang entah kemana mendadak ditarik kembali secara paksa ke tubuh Axeira ketika Asher menarik tangannya untuk bersalaman."Aku Axeira.. " Jawab Axeira singkat dan segera melepaskan tangannya. Axeira yang takut ketahuan oleh Asher mengenai jati dirinya, mulai menundukan kepalanya."Kalian gabung aja makan sama kita di sini. " Ajak Becca ke Gwen sesuai
Axeira segera menyelesaikan mandinya. Begitu keluar kamar mandi, dia pun segera mengambil baju yang sudah disiapkan oleh Mamanya."Kok Mama malah milihin dress sich?? Bukan nya celana jean dan baju kaos..!" Tatap Axeira pada dress itu."Bodo amat ah!! Sesekali nyenangin hati Mama apa salah nya!" Axeira pun mengambil dress yang disiapin oleh Mamanya. Namun ketika dress itu diraih oleh Axeira, tiba-tiba sebuah kalung dengan Liontin Safir terjatuh.Axeira mengambil liontin itu.. "Bram.. " Gumam nya.Digenggamnya liontin itu beberapa saat Axeira tenggelam dalam kenangan masa lalunya ketika dia berada di Paris.Dibukanya lagi telapak tangannya dan dilihatnya kembali liotin itu. "Apakah kamu baik-baik saja di sana Bram?” Gumamnya pelan.Kemudian Axeira berjalan ke meja hiasnya. Dia berniat untuk menyimpan kembali kalung dan liontin itu. Namun ti
Axeira pulang dengan lesu malam itu karena dia sangat sibuk dengan persiapan perlombaan ditempat magangnya.Axeira harus bolak balik mengecek detail hasil rancangannya sewaktu diproduksi. Walaupun dia gak berniat serius mengikuti perlombaan ini tapi Axeira bukanlah orang yang separuh-separuh dalam melakukan sesuatu. Jadi untuk produksi hasil rancangannya dia gak mau ada kesalahan sedikit pun.Sebenarnya Axeira sudah lulus kuliah tahun lalu di Paris mengambil jurusan design pakaian. Tapi karena usaha sang Papa bergerak dibidang permata maka Axeira memutuskan untuk mengulang kuliah di Singapura dan ambil jurusan design perhiasan.Hari sudah menunjukan pukul 8.30 ketika dia pulang."Dek... kok malam kali pulangnya?" Sapa Gwen pada putri nya yang menarik kursi di meja makan."Minggu depan tu, ada perlombaan di tempat adek magang, Ma. Jadi adek kudu mastiin kalau produk yang akan adek
"Asher kontrak yang gue serahin dua minggu lalu untuk ditanda tangan, mana? Besok mau gue bawa ke Surabaya!" Tanya Joshua, hanya menjulurkan kepalanya di pintu ruangan Asher."Waah nich anak emang kagak ada akhlaknya! Minus etika emang ni orang! Ngomong ama bos kayak mesan kopi di warung kaki lima!!" Asher melemparkan bola karet yang selalu ada di meja nya ke arah Joshua."Curut.. masuk lo.. ""Elo ya, kagak pernah ada sopan-sopannya!" celetuk Asher pada Joshua."Gimana kalau ada orang lihat, bisa jatuh martabak eh martabat gue!!!""Tenaang Sher gue udah pastiin, kagak ada orang di luar. Si Tia juga udah pergi istirahat makan siang. Lagian ini kan jam istirahat siang. Lo aja yang masih betah kerja kaya kuda...! " Joshua melangkah ke arah meja Asher."Terus dokumen untuk ke Surabaya besok mana?" Joshua mengulurkan tangannya.
Setelah menenangkan hati dan pikirannya akhirnya Ivan dapat kembali normal."Jadi lo mau pesan apa? ""Buatin gue gaun putri Jasmine donk? Cos minggu depan akan ada fashion show ala-ala Arabian night di tempat gue magang dan gue juga ingin lo yang make up in gue. Tapiii gue inginnya tampilan wajah gue tetap seperti ini." Jelas Axeira panjang kali lebar pada Ivan."Gue gak paham" Sahut Ivan singkat."Gini loh!!Gue mau, lo nyulap gue tetap cantik dengan gaun yang lo buat tapi muka dan poni gue jangan lo apa-apain!!!!""Ye.. mana bisa!!” jawab ivan ketus sambil melempar bantal ke Axeira." Secara ya non...!! segala ketidaksimetrisan dipenampilan lo saat ini berakar dari kaca mata dan poni si Anabelle ini...!!” Rutuk Ivan sambil nunjuk-nunjuk kacamata dan poni Axeira."Pokonya gue gak mau wajah dan tatanan rambut gue di ubah!" Per
Siang ini topik mengenai perlombaan itu masih kencang terdengar dikalangan pegawai perusahan Keanu. Ada yang sibuk cari kandidat. Ada yang sibuk pilih costume Arabian night. Bahkan ada yang sibuk rumpi seperti Lianda Cs."Kayaknya.. saingan kita gak akan banyak nich.. " Ujar Lianda sekretaris wakil Direktur."Yakin amat lo,!" Ujah Tia sekretaris Direktur."Iya nich..!" Timpal Maria staff marketing."Kalau soal desaign mendesign, gue yakin kita semua bisa karena kan background kita semua adalah designer. Tapi kalau soal fashion show gue yakin gak semua pegawai cewek di perusahaan ini bisa karena gak semua nya kayak kita. " Jelas Lianda sambil tertawa."Lagian, kalau gue gak salah ada dua divisi yang bakalan gak akan ikut serta dalam perlombaan ini." Sambung nya"Dua?" Tanya Tia."Iya.. dua! Divisi produksi dan divisi design. Kan beru
Keadaan cafetaria sangat riuh siang itu. Hal ini karena pengumuman tentang lomba design dan fashion show yang akan digelar pada anniversary perusahaan minggu depan."Tahun ini beda ya...? " Ujar salah seorang pegawai wanita bagian Marketing kepada teman yang sedang mengantri makan siang mereka."Iya!!Seperti ada nuansa-nuansa pencarian jodoh ala pangeran di negri dongeng." Jawab teman si wanita sambil memilih menu makan siangnya."Benar!Sudahlah hadiah utama nya perhiasaan yang kita design dan bonus satu bulan gaji tapi yang bikin gegeeer itu, hadiah bonusnya !!!!dinner dengan pak Asher...!! membayangkan makan malam romantis berdua dengan direktur Keanu Fashion Company... " Pikiran kedua wanita itu terbang menembus alam khayal nya masing-masing.Kericuhan mengenai lomba design dan fashion show tidak hanya terjadi dalam antrian makan siang hari itu. Perbincangan mengenai perlombaan design dan fashion
"Kenapa sayang...??! Apakah masa magang mu sudah habis? Atau jangan-jangan perusahaan ini sudah mengeluarkan mu.. ??!" Ny. Maximo yang notabene adalah aunty nya Axeira langsung menerima lakon yang diberikan oleh ponakannya. ia langsung melihat ke arah Asher. Melalui sorot mata nya dia meminta Asher menjelaskan situasi ini padanya."Sepertinya semua yang terjadi hingga pagi ini adalah murni kesalahpahaman. Jadi saya rasa nona Aira tidak perlu berhenti magang di perusahaan ini, benerkan pak Joshua?" Tanya Asher penuh penekanan pada setiap katanya."Bener sekali pak. Nona Aira kamu bisa kembali keruangan mu dan melanjutkan kerjaan mu." Ucap Joshua pada Aira"Tapi bagaimana dengan ini pak?? " Tunjuk Aira pada surat pemberhentian yang diberikan oleh Joshua tadi pagi sambil melihat penuh kemenangan ke Asher."Ini...!! Biar saya yang buang.. !!!" Asher segera merebut surat itu dari tangan Axei