Di sebuah klub malam yang menjadi tempat langganan Arga untuk berkumpul dengan teman-temannya. Tepatnya di ruangan VVIP yang memang dikhususkan hanya untuk para pelanggan dari kalangan elite saja. Terlihat seorang pemuda gagah nan tampan sedang duduk menyendiri di sudut ruangan.Dengan ditemani segelas minuman yang mengadung alkohol, raut wajah lelaki tersebut tampak kusut dan muram. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini? Sehingga ia terus terdiam seperti sedang merenung ataupun memikirkan hal yang cukup serius dan berat.Terlihat ada beberapa wanita penghibur yang berusaha untuk mendekatinya. Wanita dengan baju kurang bahan itu, dengan sangat agresif ingin menggodanya. Dengan bertingkah sok imut, manis, lembut dan centil, para wanita itu ada yang sedang bergelanjut manja di lengan kekarnya dan ada juga yang langsung duduk di atas pangkuannya.Namun, bukanya tergoda, lelaki itu malah menatapnya bengis dan langsung mendorong mereka dengan sangat kasar. Sehingga para wanita itu p
Setelah mendapat telefon dari anak buahnya yang sedang berjaga di rumah sakit, Reza yang baru saja akan memejamkan mata, dengan terpaksa harus menunda keinginannya untuk segera tidur. Ia pun merasa sangat kesal dengan Bos arogannya itu, yang tak mengenal waktu selalu saja memberikan perintah secara tiba-tiba. Hingga saking merasa kesalnya, terkadang ingin rasanya ia menggetok kepala lelaki itu, agar tidak lagi memberikan perintah yang kadang di luar nalar.Ya sama seperti saat ini. Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Sudah saatnya ia untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah teramat lelah berkerja seharian ini. Namun apa? Bosnya malah memberikan perintah untuk kembali datang ke rumah sakit. Sehingga membuat bertanya-tanya, "Ada apa lagi ini? Kenapa ia harus kembali ke rumah sakit malam-malam begini?" batinnya merasa heran.Namun, walaupun merasa sangat kesal, lelaki berkulit sawo matang itu tetap saja pergi ke rumah sakit. Dengan mengendarai mobil yang diberikan oleh Arga, lelak
Arga terdiam, merasa tertohok oleh semua ucapannya. Bibirnya kini seolah kelu dan tidak tau mau berkata apa."Dengarkan aku, Ga. Yang namanya perasaan wanita itu lembut. Jadi, janga dikasari. Kalau kau terus seperti itu, yang ada wanita itu akan membencimu dan suatu saat nanti bisa saja dia malah akan memilih pergi menjauh darimu. Dan ... di saat itu terjadi, kau baru akan meyadari dan akan mengerti dengan arti sebuah kehilangan itu sangat menyakitkan, Arga.""Coba kau bayangkan, bagaimana rasanya di saat Mamamu meninggal dulu? Kau pasti merasa sangat sedih, 'kan?" Arga mengangguk pelan."Sama sepertiku ketika kehilangan rasa cinta dan kepercayaan terhadap seorang wanita. Sungguh rasa sakitnya sampai terasa menusuk ke relung jiwa. Hingga seakan jiwa itu pun mulai mati rasa karenanya.""Akan tetapi, aku masih merasa beruntung karena masih bisa bangkit kembali dari rasa sakit itu. Dan bertekad ingin mengawalinya dengan hidup yang baru. Ya ... karena hidup itu terus berjalan ke depan. J
Setelah mengantar Desy sampai di depan tempat kost-nya, kini tinggalah Nayla dan Reza yang masih berada di dalam mobil. Dengan perlahan lelaki berkemeja putih itu terus melajukan mobilnya menuju ke arah apartemen mewah milik Bosnya."Em ... ngomong-ngomong, kok kamu tadi bisa barengan sama Desy, sih? Apakah kalian sudah saling kenal?" tanya Nayla membuka percakapan. Gadis yang duduk di kursi belakang itu tersenyum canggung menatapnya lewat kaca spion yang tergantung di depan Reza. Mungkin untuk sebelumnya mereka berdua sudah pernah saling bertemu. Namun, baru kali mereka berinteraksi dan bahkan mereka kini hanya berdua saja berada di dalam mobil. Otomatis membuat keduanya pun menjadi canggung dan kikuk, karena belum saling mengenal."Oh, tidak, Nona. Saya tidak mengenalnya. Cuma tadi pas kebetulan saja mobil saya hampir menabraknya. Sehingga teman Anda itu meminta saya untuk bertanggung jawab, gitu," terang Reza."Tetapi, nyatanya cewek itu cuma modus doang. Dia malah terus mendesak
Saat mengetahui kalau Arga sudah pulang, Nayla pun ingin segera menemui Arga yang kini sedang berada di dalam kamar. Karena saking semangatnya gadis itu, dengan tanpa mengetuk pintu ia langsung menerobos masuk ke kamar tersebut.Cekllek!"Tuan Arga, ka-- aarghh ... ! Maaf." Begitu membuka pintu Nayla terpekik kaget dan sekaligus malu, sangat terkejut mendapati Arga yang sedang bertelanjang dada. Dengan hanya menggunakan handuk putih yang melilit di pinggang, lelaki itu kini sedang berdiri di depan cermin. Rambutnya masih tampak sedikit basah. Sudah dapat dipastikan kalau lelaki tersebut baru selesai mandi.Nayla yang sudah terlanjur masuk ke dalam kamar itu langsung membalik badan, sambil menahan malu karena ia ceroboh main nyelonong masuk ke kamar itu.Arga yang semula akan mengambil baju ganti dari lemari pakaian, terlonjak kaget dan reflek menoleh ke arahnya. Ia cukup terkejut ketika melihat Nayla yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya ini.Lalu, ia tersenyum jail dan berjala
Keesokan paginya.Masih dalam keadaan polos di bawah selimut yang sama. Kini laki-laki perkasa itu terbangun lebih dahulu sebelum Nayla. Sedangkan wanita itu, karena kelehahan masih terus terlelap dalam tidurnya.Pria tampan itu menatapnya penuh cinta. Ia benar-benar merasa sangat bahagia, karena wanita yang sedang tertidur di hadapannya ini mulai mau menerimanya. Nyatanya semalam mereka telah menghabiskan malam indah dengan penuh gairah dan tanpa paksaan lagi darinya.Sehingga membuat hati laki-laki itu berbunga-bunga merasa bahagia yang tiada tara. Seolah gayung bersambut, mungkin Nayla juga merasakan hal yang sama sepertinya. Dirinya mulai merasa sayang, perhatian juga perduli dengannya. Dan apabila ia tidak berjumpa dengannya walaupun hanya sebentar saja, ia pun mulai merasa rindu ingin segera bertemu dan selalu ingin bersamanya di setiap saat, setiap waktu, bahkan di setiap detik juga ia akan selalu teringat padanya.Lalu, apa seperti inikah yang namanya cinta? Ternyata begitu i
"Em ... aku hanya ingin menjenguk Ibu di rumah sakit. Aku ingin merawatnya dan juga menemaninya di sana. Bolehkan?" tanya Nayla. Dengan wajah penuh harap ia menatap ke arah laki-laki yang ada di sebelahnya.Arga masih terdiam, tampak sedang berpikir sejenak. Sehingga membuat Nayla yang resah dan tak tenang menunggu jawaban terus menatapnya dengan deg-degan."Ya Allah ... semoga aja dia ngebolehin aku untuk pergi ke rumah sakit," doa Nayla dalam hati.Di dalam diam, Arga pun teringat akan nasehat yang diberikan oleh Daniel kemarin. Yang mengatakan bahwa dia harus memberi Nayla kebebasan, kepercayaan dan juga perhatian. Dengan begitu maka Nayla pasti akan bisa jatuh hati padanya. Lalu, dengan tanpa terduga Arga yang tadinya memasang wajah mode serius langsung tersenyum dan menganggukan kepala sebagai tanda kalau dia memberi ijin padanya.Sontak membuat gadis itu kegirangan. "Ah ... be-berarti aku boleh pergi ke rumah sakit?" tanyanya masih merasa tak percaya."Hem!" Lelaki berkemeja hi
Di sepanjang jalan menuju kantor, laki-laki berjas biru dongker itu terlihat begitu sumringah dengan senyum manis yang terus terukir indah di bibirnya. Ia benar-benar merasa sangat bahagia dan masih terbayang-bayang dengan apa yang barusan Nayla lakukan padanya.Sungguh ia tidak mengira kalau Nayla akan mengecup sebelah pipinya, sebelum ia turun dari mobilnya tadi. Setelahnya, karena malu gadis itu pun segera kabur meninggalkannya dengan begitu saja.Lagi-lagi bibir lelaki itu tersenyum lebar dan menggelengkan kepala, ia masih merasa tak percaya kalau Nayla melakukan itu semua."Ah ... Nayla! Kau benar-benar membuatku jadi gila!" gumamnya dengan hati yang berbunga-bunga."Ternyata benar apa kata Daniel. Agar bisa meraih hatinya, aku harus bisa bersikap lembut dan baik padanya.""Hem ... ternyata seperti ini ya, rasanya jatuh cinta. Rasanya begitu manis seperti gula-gula." Arga pun tertawa riang."Cih ... kau ini kenapa sih, Arga? Kenapa jadi alay begini?" ucapnya lagi.Sembari terus m