Keesokan paginya.Masih dalam keadaan polos di bawah selimut yang sama. Kini laki-laki perkasa itu terbangun lebih dahulu sebelum Nayla. Sedangkan wanita itu, karena kelehahan masih terus terlelap dalam tidurnya.Pria tampan itu menatapnya penuh cinta. Ia benar-benar merasa sangat bahagia, karena wanita yang sedang tertidur di hadapannya ini mulai mau menerimanya. Nyatanya semalam mereka telah menghabiskan malam indah dengan penuh gairah dan tanpa paksaan lagi darinya.Sehingga membuat hati laki-laki itu berbunga-bunga merasa bahagia yang tiada tara. Seolah gayung bersambut, mungkin Nayla juga merasakan hal yang sama sepertinya. Dirinya mulai merasa sayang, perhatian juga perduli dengannya. Dan apabila ia tidak berjumpa dengannya walaupun hanya sebentar saja, ia pun mulai merasa rindu ingin segera bertemu dan selalu ingin bersamanya di setiap saat, setiap waktu, bahkan di setiap detik juga ia akan selalu teringat padanya.Lalu, apa seperti inikah yang namanya cinta? Ternyata begitu i
"Em ... aku hanya ingin menjenguk Ibu di rumah sakit. Aku ingin merawatnya dan juga menemaninya di sana. Bolehkan?" tanya Nayla. Dengan wajah penuh harap ia menatap ke arah laki-laki yang ada di sebelahnya.Arga masih terdiam, tampak sedang berpikir sejenak. Sehingga membuat Nayla yang resah dan tak tenang menunggu jawaban terus menatapnya dengan deg-degan."Ya Allah ... semoga aja dia ngebolehin aku untuk pergi ke rumah sakit," doa Nayla dalam hati.Di dalam diam, Arga pun teringat akan nasehat yang diberikan oleh Daniel kemarin. Yang mengatakan bahwa dia harus memberi Nayla kebebasan, kepercayaan dan juga perhatian. Dengan begitu maka Nayla pasti akan bisa jatuh hati padanya. Lalu, dengan tanpa terduga Arga yang tadinya memasang wajah mode serius langsung tersenyum dan menganggukan kepala sebagai tanda kalau dia memberi ijin padanya.Sontak membuat gadis itu kegirangan. "Ah ... be-berarti aku boleh pergi ke rumah sakit?" tanyanya masih merasa tak percaya."Hem!" Lelaki berkemeja hi
Di sepanjang jalan menuju kantor, laki-laki berjas biru dongker itu terlihat begitu sumringah dengan senyum manis yang terus terukir indah di bibirnya. Ia benar-benar merasa sangat bahagia dan masih terbayang-bayang dengan apa yang barusan Nayla lakukan padanya.Sungguh ia tidak mengira kalau Nayla akan mengecup sebelah pipinya, sebelum ia turun dari mobilnya tadi. Setelahnya, karena malu gadis itu pun segera kabur meninggalkannya dengan begitu saja.Lagi-lagi bibir lelaki itu tersenyum lebar dan menggelengkan kepala, ia masih merasa tak percaya kalau Nayla melakukan itu semua."Ah ... Nayla! Kau benar-benar membuatku jadi gila!" gumamnya dengan hati yang berbunga-bunga."Ternyata benar apa kata Daniel. Agar bisa meraih hatinya, aku harus bisa bersikap lembut dan baik padanya.""Hem ... ternyata seperti ini ya, rasanya jatuh cinta. Rasanya begitu manis seperti gula-gula." Arga pun tertawa riang."Cih ... kau ini kenapa sih, Arga? Kenapa jadi alay begini?" ucapnya lagi.Sembari terus m
"Ada deh!" jawab Arga terkekeh, sengaja ingin mengejeknya.Sehingga membuat pria berkulit sawo matang itu mendengus kesal padanya. Sungguh dirinya merasa penasaran, ingin tahu apa yang sedang dibicarakan oleh keduanya. Namun, Bos-nya itu malah tidak mau menceritakannya."Gini, Za. Kemarin Bosmu itu cerita ke aku kalau dia lagi galau gitu. Ya, biasa soal wanita," ucap Daniel."Oh, gitu!" Seperti orang bodoh, Reza mengangguk-anggukan kepalanya. "Terus?""Ya, terus aku kasih dia saran, agar dia harus bisa bersikap baik dan lembut kepada wanita itu," sambung Daniel."Em ... aku tau. Pasti ini tentang si Nayla, 'kan?" tebak Reza."Yup, kau benar seratus persen!" Daniel mengacungkan kedua jempolnya kepada Reza."Eh, tapi tunggu-tunggu! Aku jadi merasa penasaran. Gimana ceritanya, kok kalian bisa menemukan siapa itu namanya? Ah, aku ingat. Si Nayla," celetuk Daniel."Ceritanya panjang," jawab Arga."Ya udah, pendekin dong!" sahut Daniel lagi.Arga langsung melotot dibuatnya. "Emangnya apaan
Untuk menghilangkan kecanggungan dan ketegangan yang terasa di ruangan itu, pada akhirnya Desy dan Wati berinisiatif mengalihkan pembicaraan."Eh, ya, Niss! Berhubung kita sudah lama tidak pernah jalan bareng. Gimana kalau kita sekarang ke mall aja yuk!" celetuk Desy memberi saran."Ya ya ya, aku setuju," sahut Wati menimpalinya."Tapi ... Ibu nanti ditinggal sendirian di sini." Nayla tampak tak tega untuk meninggalkan Ibunya yang kini tengah terlelap di atas kasurnya."Ih, cuma sebentar aja kok. Lagi pula, 'kan masih ada perawat dan juga dua algojo itu," sahut Desy sambil cekikikan, karena telah menamai dua pria berbadan kekar yang berjaga di luar ruangan ini sebagai algojo."Iya, yuk. Please, Nissa! Aku udah kangen banget untuk berjalan-jalan sama kamu," rengek Wati berpura-pura memohon.Pada akhirnya Nayla mendengus kesal sambil menganggukan kepala setuju. Sontak membuat kedua gadis itu berjingkat kegirangan."Yes! Ayo kita lets go sekarang!" ucap keduanya."Eh, tunggu! Aku mau mem
"Hah, Nissa! Nissa siapa?" Sontak dengan keheranan, secara serempak Arga dan Reza menoleh ke arah Daniel. "Hah, e-enggak! Bukan siapa-siapa, kok." Dengan tersenyum canggung, Daniel langsung menggelengkan kepala. Ia jadi merasa malu sendiri karena tanpa sadar malah keceplosan menyebut nama Anissa. Sehingga membuat dua teman yang mendengarnya tadi menjadi keheranan padanya."Beneran bukan siapa-siapa, Bang?" Reza memicingkan sebelah mata, menatap curiga pria berkemeja krem yang kini tengah terduduk di hadapannya.Sehingga membuat pria yang ditatapnya itu tambah merasa grogi dan gugup saja. "Ih, beneran, tau! Lagi pula siapa sih, Anissa? Kenapa kalian kayak kaget banget, gitu?"Dengan mengerutkan dahi, kali ini Daniel yang merasa keheranan dan menatap curiga kedua temannya itu. "Ya, karena nama Anissa itu adalah nama samaran dari--"Tok-tok-tok!Suara ketukan pintu mengagetkan ketiganya, dan membuat ucapan Reza harus terjeda. " Ya, masuk!" seru Arga.Ceklikk!Lalu, pintu kayu berwarna
"Tunggu, Tuan! Kalau Nayla tidak mau jangan dipaksa!" ucap Salman sembari menahan tangan Nayla yang satunya lagi.Membuat semua orang yang berada di sana pun merasa kaget mendengarnya. Terutama lagi Nayla dan juga Arga yang sontak langsung menoleh ke belakang, di mana tempat laki-laki itu berada. "Apa maksud kamu, huh?" cecar Arga. Dengan mata yang melotot tajam ke arah Salman, lelaki itu tampak mulai emosi padanya."Ih ... kamu apa-apaan sih, Man! Jangan macam-macam, deh!" Dengan segera Nayla menarik tangan yang dicekal oleh Salman, hingga akhirnya bisa terlepas.Kemudian ia menoleh ke arah Arga. " Sudah, bukan apa-apa, kok. Abaikan saja dia! Sebaiknya ayo kita pergi saja sekarang, Tuan!" ajaknya. Dengan sedikit ketakutan Nayla langsung menarik tangan Arga. Untuk menghindari terjadinya sesuatu hal yang tak diinginkan, bergegas ia ingin membawa pergi Arga dari sana.Namun, baru beberapa langkah mereka berjalan, lagi-lagi Salman berkata, "Tunggu, Nayla!"Deg!Hati Nayla kembali was-w
Setelah membayar semua barang yang ia beli, Larissa kini merasa kebingungan karena hingga saat ini lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu belum juga kembali dari toilet.Sehingga membuatnya merasa keheranan dan bertanya dalam hatinya, "Ke mana si Arga? Lama banget ke toiletnya? Ah, mending aku cari aja dia sekarang.""Mbak, tunggu di sini! Aku mau mencari suamiku dulu," ucap Larissa pada wania muda yang sedang medorong kereta bayi miliknya. Mereka kini tengah berjalan keluar dari toko. Dan ia menyuruh babysitter-nya itu untuk menunggu di sebuah kursi tunggu yang ada di depan toko tadi."Baik, Nyonya," jawab si babysiter mengangguk patuh. Kemudian sambil celingukan, wanita bergaun maroon seatas lutut itu mulai berjalan mencari di mana keberadaan suaminya kini."Ih, sebenarnya si Arga ke mana, sih? Ke toilet atau pingsan? Kok, lama banget?" Dalam batin, Larissa terus ngedumel kesal.Sembari terus berjalan, kedua netranya sibuk mengedarkan pandangan ke sekitar. Hingga tak lama kemud