Untuk menghilangkan kecanggungan dan ketegangan yang terasa di ruangan itu, pada akhirnya Desy dan Wati berinisiatif mengalihkan pembicaraan."Eh, ya, Niss! Berhubung kita sudah lama tidak pernah jalan bareng. Gimana kalau kita sekarang ke mall aja yuk!" celetuk Desy memberi saran."Ya ya ya, aku setuju," sahut Wati menimpalinya."Tapi ... Ibu nanti ditinggal sendirian di sini." Nayla tampak tak tega untuk meninggalkan Ibunya yang kini tengah terlelap di atas kasurnya."Ih, cuma sebentar aja kok. Lagi pula, 'kan masih ada perawat dan juga dua algojo itu," sahut Desy sambil cekikikan, karena telah menamai dua pria berbadan kekar yang berjaga di luar ruangan ini sebagai algojo."Iya, yuk. Please, Nissa! Aku udah kangen banget untuk berjalan-jalan sama kamu," rengek Wati berpura-pura memohon.Pada akhirnya Nayla mendengus kesal sambil menganggukan kepala setuju. Sontak membuat kedua gadis itu berjingkat kegirangan."Yes! Ayo kita lets go sekarang!" ucap keduanya."Eh, tunggu! Aku mau mem
"Hah, Nissa! Nissa siapa?" Sontak dengan keheranan, secara serempak Arga dan Reza menoleh ke arah Daniel. "Hah, e-enggak! Bukan siapa-siapa, kok." Dengan tersenyum canggung, Daniel langsung menggelengkan kepala. Ia jadi merasa malu sendiri karena tanpa sadar malah keceplosan menyebut nama Anissa. Sehingga membuat dua teman yang mendengarnya tadi menjadi keheranan padanya."Beneran bukan siapa-siapa, Bang?" Reza memicingkan sebelah mata, menatap curiga pria berkemeja krem yang kini tengah terduduk di hadapannya.Sehingga membuat pria yang ditatapnya itu tambah merasa grogi dan gugup saja. "Ih, beneran, tau! Lagi pula siapa sih, Anissa? Kenapa kalian kayak kaget banget, gitu?"Dengan mengerutkan dahi, kali ini Daniel yang merasa keheranan dan menatap curiga kedua temannya itu. "Ya, karena nama Anissa itu adalah nama samaran dari--"Tok-tok-tok!Suara ketukan pintu mengagetkan ketiganya, dan membuat ucapan Reza harus terjeda. " Ya, masuk!" seru Arga.Ceklikk!Lalu, pintu kayu berwarna
"Tunggu, Tuan! Kalau Nayla tidak mau jangan dipaksa!" ucap Salman sembari menahan tangan Nayla yang satunya lagi.Membuat semua orang yang berada di sana pun merasa kaget mendengarnya. Terutama lagi Nayla dan juga Arga yang sontak langsung menoleh ke belakang, di mana tempat laki-laki itu berada. "Apa maksud kamu, huh?" cecar Arga. Dengan mata yang melotot tajam ke arah Salman, lelaki itu tampak mulai emosi padanya."Ih ... kamu apa-apaan sih, Man! Jangan macam-macam, deh!" Dengan segera Nayla menarik tangan yang dicekal oleh Salman, hingga akhirnya bisa terlepas.Kemudian ia menoleh ke arah Arga. " Sudah, bukan apa-apa, kok. Abaikan saja dia! Sebaiknya ayo kita pergi saja sekarang, Tuan!" ajaknya. Dengan sedikit ketakutan Nayla langsung menarik tangan Arga. Untuk menghindari terjadinya sesuatu hal yang tak diinginkan, bergegas ia ingin membawa pergi Arga dari sana.Namun, baru beberapa langkah mereka berjalan, lagi-lagi Salman berkata, "Tunggu, Nayla!"Deg!Hati Nayla kembali was-w
Setelah membayar semua barang yang ia beli, Larissa kini merasa kebingungan karena hingga saat ini lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu belum juga kembali dari toilet.Sehingga membuatnya merasa keheranan dan bertanya dalam hatinya, "Ke mana si Arga? Lama banget ke toiletnya? Ah, mending aku cari aja dia sekarang.""Mbak, tunggu di sini! Aku mau mencari suamiku dulu," ucap Larissa pada wania muda yang sedang medorong kereta bayi miliknya. Mereka kini tengah berjalan keluar dari toko. Dan ia menyuruh babysitter-nya itu untuk menunggu di sebuah kursi tunggu yang ada di depan toko tadi."Baik, Nyonya," jawab si babysiter mengangguk patuh. Kemudian sambil celingukan, wanita bergaun maroon seatas lutut itu mulai berjalan mencari di mana keberadaan suaminya kini."Ih, sebenarnya si Arga ke mana, sih? Ke toilet atau pingsan? Kok, lama banget?" Dalam batin, Larissa terus ngedumel kesal.Sembari terus berjalan, kedua netranya sibuk mengedarkan pandangan ke sekitar. Hingga tak lama kemud
"Aaa ...." Karena syok, dengan reflek Nayla pun memejamkan mata dan menyilangkan kedua tangan di depan wajah. Ia mengira kalau dirinya pasti akan tertabrak mobil. Lalu, dengan tanpa terduga, tiba-tiba saja ia merasa tubuhnya seperti ditarik oleh seseorang, hingga akhirnya ia pun terjatuh.Brugh!Namun, anehnya ia tidak merasakan sakit. Justru ia merasa kini ada yang tengah memeluk tubuhnya dengan erat. Dan ia juga mendengar degup jantung dari orang tersebut berdetak dengan sangat kecang. Sehingga dengan cepat ia mulai membuka mata. Dan betapa terkejutnya ia ketika menyadari kalau dirinya kini tengah menindih tubuh seseorang."Aargh ... ma-maaf!" Sontak gadis itu langsung bangkit dan menunduk malu, tidak berani menatap ke arah orang tersebut. Sementara orang yang ditindihnya tadi, juga mulai terbangun dan berdiri di samping Nayla."Hey, kalian tidak apa-apa?" Beberapa orang pejalan kaki yang sedang berada disekitar sana langsung mengerubunginya. "Oh, kami tidak apa-apa kok, Pak," ja
"Hah!" Nayla tampak melongo mendengarnya."Em ... jadi begini, biar aku jelasin. Besok malam aku harus menghadiri acara ulang tahun ayah temanku yang sekaligus adalah sahabat dari kedua orang tuaku juga. Dan agar aku tidak terus dicecar pertanyaan oleh semua orang tentang perihal pasangan. Maka aku berniat menjadikanmu sebagai pacar pura-pura, gitu," terang Daniel mulai menceritakan pokok permasalahannya."Cuma untuk 1 malam itu aja, please ... kamu mau ya, tolong bantuin aku. Untuk kali ini aja, aku mohon!" Dengan memasang wajah memelas, Daniel berusaha membujuknya.Nayla masih terdiam. Ia bingung mau menjawab apa."Gini aja, jika kamu mau, aku akan memberikan uang kompensasi ataupun hadiah apa saja yang kamu inginkan," celetuk Daniel.Sontak membuat gadis itu merasa sedikit tersinggung. "Oh, jadi kamu mengira aku ini cewek mata duwetan!" "E-eh, enggak. Bukan begitu, Nissa." Reflek lelaki berkemeja biru itu menggelengkan kepala. Sungguh ia merasa sedikit panik dan tak enak hati pada
Tepat pada pukul jam setengah 8 malam, mobil sport yang dikendarai oleh Daniel, tampak memasuki sebuah pelataran rumah mewah yang terlihat sangat luas. Dengan mata yang melebar, gadis berlesung pipi yang terduduk di sebelahnya kini, terperangah merasa keheranan dan sekaligus kagum melihat bangunan rumah tersebut. "Wah ... gila ini rumah apa istana? Besar banget," gumamnya membatin. Kedua manik kecoklatan miliknya terus mengedarkan pandangan merasa sangat takjub mengamati ke sekitar.Karena baru kali ini ia melihat bangunan rumah yang begitu besar dan megah seperti ini. Sehingga membuatnya terheran-heran dan tak percaya terus melihatnya. Dengan pemandangan halaman hijau yang sangat luas. Di tengahnya terdapat taman bunga yang sangat indah dan asri dipandang mata. Ada jalan panjang di sisi kanan kirinya yang menuju ke arah depan sebuah bangunan besar yang berdiri kokoh di sana. Dan tepat di depan rumah megah dengan kesan luxury itu terlihat ada deretan mobil mewah yang terparkir rapi
Keadaan di ruang itu menjadi terasa sangat tegang. Terutama bagi Nayla dan Larissa beserta dengan kedua orang tuanya yang kini sedang merasa was-was dan juga ketakutan.Sedangkan Arga, seperti biasa dengan wajah dingin dan datar tanpa ekspresi, sebisa mungkin ia berusaha untuk tetap terlihat tenang.Lalu, tiba-tiba saja Ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri keduanya. Sehingga membuat keempat orang itu menjadi panas dingin tak karuan sedang menerka-nerka, 'Apa yang akan dilakukannya?'"Duh ... gawat. Jangan sampai Arga bisa mengenalinya!" batin Larissa sangat resah. Dengan raut wajah yang menegang, keringat dingin mulai bercucuran membasahi dahi. Jantungnya pun berdetak dengan sangat kencang, menunggu apa yang akan dikakukan oleh Arga sekarang."Hay, Niel. Akhirnya kau datang juga." Sembari memeluk lelaki itu, Arga melirik tajam ke arah Nayla. Seolah lewat pandangan matanya itu, ia sedang memberi ancaman padanya.Nayla yang berdiri di samping Daniel, langsung menunduk