"Hah, Nissa! Nissa siapa?" Sontak dengan keheranan, secara serempak Arga dan Reza menoleh ke arah Daniel. "Hah, e-enggak! Bukan siapa-siapa, kok." Dengan tersenyum canggung, Daniel langsung menggelengkan kepala. Ia jadi merasa malu sendiri karena tanpa sadar malah keceplosan menyebut nama Anissa. Sehingga membuat dua teman yang mendengarnya tadi menjadi keheranan padanya."Beneran bukan siapa-siapa, Bang?" Reza memicingkan sebelah mata, menatap curiga pria berkemeja krem yang kini tengah terduduk di hadapannya.Sehingga membuat pria yang ditatapnya itu tambah merasa grogi dan gugup saja. "Ih, beneran, tau! Lagi pula siapa sih, Anissa? Kenapa kalian kayak kaget banget, gitu?"Dengan mengerutkan dahi, kali ini Daniel yang merasa keheranan dan menatap curiga kedua temannya itu. "Ya, karena nama Anissa itu adalah nama samaran dari--"Tok-tok-tok!Suara ketukan pintu mengagetkan ketiganya, dan membuat ucapan Reza harus terjeda. " Ya, masuk!" seru Arga.Ceklikk!Lalu, pintu kayu berwarna
"Tunggu, Tuan! Kalau Nayla tidak mau jangan dipaksa!" ucap Salman sembari menahan tangan Nayla yang satunya lagi.Membuat semua orang yang berada di sana pun merasa kaget mendengarnya. Terutama lagi Nayla dan juga Arga yang sontak langsung menoleh ke belakang, di mana tempat laki-laki itu berada. "Apa maksud kamu, huh?" cecar Arga. Dengan mata yang melotot tajam ke arah Salman, lelaki itu tampak mulai emosi padanya."Ih ... kamu apa-apaan sih, Man! Jangan macam-macam, deh!" Dengan segera Nayla menarik tangan yang dicekal oleh Salman, hingga akhirnya bisa terlepas.Kemudian ia menoleh ke arah Arga. " Sudah, bukan apa-apa, kok. Abaikan saja dia! Sebaiknya ayo kita pergi saja sekarang, Tuan!" ajaknya. Dengan sedikit ketakutan Nayla langsung menarik tangan Arga. Untuk menghindari terjadinya sesuatu hal yang tak diinginkan, bergegas ia ingin membawa pergi Arga dari sana.Namun, baru beberapa langkah mereka berjalan, lagi-lagi Salman berkata, "Tunggu, Nayla!"Deg!Hati Nayla kembali was-w
Setelah membayar semua barang yang ia beli, Larissa kini merasa kebingungan karena hingga saat ini lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu belum juga kembali dari toilet.Sehingga membuatnya merasa keheranan dan bertanya dalam hatinya, "Ke mana si Arga? Lama banget ke toiletnya? Ah, mending aku cari aja dia sekarang.""Mbak, tunggu di sini! Aku mau mencari suamiku dulu," ucap Larissa pada wania muda yang sedang medorong kereta bayi miliknya. Mereka kini tengah berjalan keluar dari toko. Dan ia menyuruh babysitter-nya itu untuk menunggu di sebuah kursi tunggu yang ada di depan toko tadi."Baik, Nyonya," jawab si babysiter mengangguk patuh. Kemudian sambil celingukan, wanita bergaun maroon seatas lutut itu mulai berjalan mencari di mana keberadaan suaminya kini."Ih, sebenarnya si Arga ke mana, sih? Ke toilet atau pingsan? Kok, lama banget?" Dalam batin, Larissa terus ngedumel kesal.Sembari terus berjalan, kedua netranya sibuk mengedarkan pandangan ke sekitar. Hingga tak lama kemud
"Aaa ...." Karena syok, dengan reflek Nayla pun memejamkan mata dan menyilangkan kedua tangan di depan wajah. Ia mengira kalau dirinya pasti akan tertabrak mobil. Lalu, dengan tanpa terduga, tiba-tiba saja ia merasa tubuhnya seperti ditarik oleh seseorang, hingga akhirnya ia pun terjatuh.Brugh!Namun, anehnya ia tidak merasakan sakit. Justru ia merasa kini ada yang tengah memeluk tubuhnya dengan erat. Dan ia juga mendengar degup jantung dari orang tersebut berdetak dengan sangat kecang. Sehingga dengan cepat ia mulai membuka mata. Dan betapa terkejutnya ia ketika menyadari kalau dirinya kini tengah menindih tubuh seseorang."Aargh ... ma-maaf!" Sontak gadis itu langsung bangkit dan menunduk malu, tidak berani menatap ke arah orang tersebut. Sementara orang yang ditindihnya tadi, juga mulai terbangun dan berdiri di samping Nayla."Hey, kalian tidak apa-apa?" Beberapa orang pejalan kaki yang sedang berada disekitar sana langsung mengerubunginya. "Oh, kami tidak apa-apa kok, Pak," ja
"Hah!" Nayla tampak melongo mendengarnya."Em ... jadi begini, biar aku jelasin. Besok malam aku harus menghadiri acara ulang tahun ayah temanku yang sekaligus adalah sahabat dari kedua orang tuaku juga. Dan agar aku tidak terus dicecar pertanyaan oleh semua orang tentang perihal pasangan. Maka aku berniat menjadikanmu sebagai pacar pura-pura, gitu," terang Daniel mulai menceritakan pokok permasalahannya."Cuma untuk 1 malam itu aja, please ... kamu mau ya, tolong bantuin aku. Untuk kali ini aja, aku mohon!" Dengan memasang wajah memelas, Daniel berusaha membujuknya.Nayla masih terdiam. Ia bingung mau menjawab apa."Gini aja, jika kamu mau, aku akan memberikan uang kompensasi ataupun hadiah apa saja yang kamu inginkan," celetuk Daniel.Sontak membuat gadis itu merasa sedikit tersinggung. "Oh, jadi kamu mengira aku ini cewek mata duwetan!" "E-eh, enggak. Bukan begitu, Nissa." Reflek lelaki berkemeja biru itu menggelengkan kepala. Sungguh ia merasa sedikit panik dan tak enak hati pada
Tepat pada pukul jam setengah 8 malam, mobil sport yang dikendarai oleh Daniel, tampak memasuki sebuah pelataran rumah mewah yang terlihat sangat luas. Dengan mata yang melebar, gadis berlesung pipi yang terduduk di sebelahnya kini, terperangah merasa keheranan dan sekaligus kagum melihat bangunan rumah tersebut. "Wah ... gila ini rumah apa istana? Besar banget," gumamnya membatin. Kedua manik kecoklatan miliknya terus mengedarkan pandangan merasa sangat takjub mengamati ke sekitar.Karena baru kali ini ia melihat bangunan rumah yang begitu besar dan megah seperti ini. Sehingga membuatnya terheran-heran dan tak percaya terus melihatnya. Dengan pemandangan halaman hijau yang sangat luas. Di tengahnya terdapat taman bunga yang sangat indah dan asri dipandang mata. Ada jalan panjang di sisi kanan kirinya yang menuju ke arah depan sebuah bangunan besar yang berdiri kokoh di sana. Dan tepat di depan rumah megah dengan kesan luxury itu terlihat ada deretan mobil mewah yang terparkir rapi
Keadaan di ruang itu menjadi terasa sangat tegang. Terutama bagi Nayla dan Larissa beserta dengan kedua orang tuanya yang kini sedang merasa was-was dan juga ketakutan.Sedangkan Arga, seperti biasa dengan wajah dingin dan datar tanpa ekspresi, sebisa mungkin ia berusaha untuk tetap terlihat tenang.Lalu, tiba-tiba saja Ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri keduanya. Sehingga membuat keempat orang itu menjadi panas dingin tak karuan sedang menerka-nerka, 'Apa yang akan dilakukannya?'"Duh ... gawat. Jangan sampai Arga bisa mengenalinya!" batin Larissa sangat resah. Dengan raut wajah yang menegang, keringat dingin mulai bercucuran membasahi dahi. Jantungnya pun berdetak dengan sangat kencang, menunggu apa yang akan dikakukan oleh Arga sekarang."Hay, Niel. Akhirnya kau datang juga." Sembari memeluk lelaki itu, Arga melirik tajam ke arah Nayla. Seolah lewat pandangan matanya itu, ia sedang memberi ancaman padanya.Nayla yang berdiri di samping Daniel, langsung menunduk
Pesta ulang tahun yang hanya dihadiri oleh beberapa kerabat dan teman dekat itu terlihat kacau. Karena ulah dari dua pemuda yang kini sedang saling berhadapan dengan wajah yang mengeras dan melotot tajam. Seakan keduanya siap untuk saling menyerang.Membuat Nayla yang merasa sudah tidak tahan lagi, langsung berteriak kencang."Sudah, cukup, hentikan!" Teriakan Nayla menghentikan semuanya. Seluruh atensi semua orang yang berada di sana kini tertuju padanya. "Sudah cukup Anda menghina dan terus menuduhku, Nona?" Dengan berani Nayla yang semula menundukan kepala, kini mengangkat wajah dan mulai menatap tajam wanita yang ada di hadapannya.Kemudian ia bangkit dari tempat duduknya dan kembali berkata, "Percuma juga aku menjelaskan kepada kalian. Karena kalian juga tidak ada yang akan percaya. Kami yang hanya orang kecil bisa apa? Kalian para orang-orang kaya, selalu saja menganggap kami rendah, buruk, hina dan salah di mata kalian.""Padahal, belum tentu semua itu benar. Tetapi, tidak apa
Aditama yang datang bersama sang istri, dengan wajah yang tampak masih sedikit sedih memberikan ucapan selamat kepada mantan menantunya. Dengan berlapang dada dan berpikiran bijak, ia beserta istri berusaha untuk saling memaafkan dan lebih memilih berdamai dengan keluarga mantan besannya tersebut. Karena mereka menyadari kalau kesalahan bukan hanya terletak pada Arga saja. Melainkan pada putrinya juga yang sama-sama bersalah karena telah berselingkuh. Lagi pula bila ia memilih untuk memusuhi keluarga itu, mereka sendirilah yang akan merugi. Karena pasti keluarga Dewantara akan langsung menghentikan kerjasama dan mencabut segala investasi pada perusahaan miliknya.Sehingga demi memikirkan kelangsungan perusahaan yang dikelolanya, mau tidak mau kedua paruh baya itu lebih memilih untuk berdamai saja dengan keluarga itu.Nayla yang masih tampak tertegun, tersenyum canggung dan sedikit ragu menyambut uluran tangan manta majikannya. "Te-terimakasih, Nyo-nyonya," ucapnya terbata.Sebenarn
"Wah ... kamu cantik sekali, Nis!" Desi yang baru saja datang bersana Wati, langsung memujinya."Terimakasih!" Nayla tersipu malu."Kamu sudah siap?" tanya Wati menepuk pundaknya.Nayla mengangguk pelan."Ya udah, ayo kita turun sekarang. Tamu-tamu udah pada gak sabar nungguin kamu. Apa lagi si Arga," celetuk Wati dengan sengaja ingin mengodanya."Ih, apaan sih?" Nayla tersipu malu."Hahaha ... ternyata ada yang lagi malu-malu kucing nih," ledek Desi."Ah ... sudah-sudah. Ayo kita harus bawa Nayla sekarang. Kalau tidak, yang ada Tuan Agra nanti sampai ngamuk, gimana coba?" timpal Wati yang masih saja terus mengoda Nayla."Iya-ya, benar. Ya udah. Mari Tuan putri ikut kami ke bawah sekarang!" Nayla hanya busa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah kedua temannya itu. Kemudian kedua gadis itu mengiringi Nayla berjalan menuju pelaminan.Lagi-lagi Nayla seperti merasa Dejavu. Di mana dengan dada yang berdegup kencang, ia merasa sangat gugup. Langkah demi langkah ia ayunkan
Dengan dada berdetak kencang, Arga yang kini masih tetap berada di posisinya. Yaitu berlutut di depan Nayla, sungguh merasa sangat resah dan tak sabar ingin mengetahui jawaban darinya.Begitu juga dengan ketiga orang yang berada di depan ruangan itu pun sama tak sabarnya dengan Arga. Seraya terus mengintip lewat kaca bening yang ada di pintu, wajah mereka tampak menegang dan sangat penasaran ingin segera tau apa yang akan dikatakan oleh Nayla.Sementara Nayla kini masih tertegun menatap Arga. Wajah wanita cantik itu masih tampak bimbang untuk mengambil keputusan.Setelah ia berpikir dengan cukup lama, ia pun mempertimbangkan banyak hal. Mulai dari perkataan Ibunya yang menyarankan untuk memberi kesempatan pada Arga, hingga memantapkan bagaimana perasaannya terhadap laki-laki tersebut. Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk memaafkannya."Em ... tapi maaf, Arga. A-aku tak akan memaafkanmu jika kau masih saja berlutut seperti ini," ucapnya.Dengan wajah yang berbinar, Arga mengangkat waja
Degh!Seketika itu Nayla tampak syok, panik dan juga sangat cemas mengkhawatirkannya. "Aapaa?! A-arga kecelakaan?" Jelas Nayla langsung terpekik kaget. Begìtu juga Bu Salamah pun sama terkejutnya dengan Nayla. "Ka-kamu jangan bercanda deh, Daniel?" Nayla terbata-bata karena saking paniknya dan juga ketakutan membayangkan hal yang buruk terjadi pada pria itu. "Siapa yang bercanda, Nayla. Beneran Arga sekarang sedang dirawat di rumah sakit ini juga. Da-dan ... keadaanya kini--" Dengan sengaja Daniel menggantung ucapannya. Sehingga membuat hati Nayla semakin menjadi tak karuan. Dengan wajah yang terlihat pucat pasi, ia membayangkan bagaimana keadaan Arga sekarang. Berbagai pikiran buruk mulai bermunculan di benaknya."Kamu tenang dulu ya, Ela! Jangan berpikiran macam-macam dulu!" Bu Salamah mengusap bahunya dengan sangat lembut, berusaha untuk menenangkannya. "Sebaiknya kita melihat Arga sekarang! Di ruang mana dia di rawat?" Wanita paruh baya itu menoleh ke arah Daniel dan Reza. "
Di tempat kejadian.Arga terlihat pingsan di dalam mobil, dalam keadaan duduk menunduk, kepalanya bersandar di atas kemudi mobil. Ada darah yang menetes di dahi akibat benturan keras dengan setir.Mobil itu menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Sehingga membuat bemper mobil hancur, lampu pada pecah dan kap mobil terbuka. Asap mengepul dari dalam bagian mesin mobil itu."Tolong ... ada yang kecelakaan. Cepat panggil polisi!" Salah satu pengendara motor dengan sigap berteriak meminta tolong dan menghampiri mobil Arga. "Toolong, tolong ... bantuin korban keluar dari dalam mobil!" teriak laki-laki berjaket kulit berwarna hitam.Sehingga membuat beberapa pengendara motor yang kebetulan lewat di sana, datang membantu. Ada sekitar empat atau lima orang yang turun dari motor berusaha memecahkan kaca jendela mobil.Namun tampaknya agak sulit untuk membuka pengait kunci otomatis mobil Arga. "Ah ... sial, macet susah buat dibuka!" seru yang lainnya sedikit mengeluh.Kecelakaan itu me
Bu Salamah yang baru saja kembali setelah mencari makanan di luar buat Nayla sarapan, merasa kaget ketika mendengar suara teriakan putrinya dari dalam kamar. Dengan seketika ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar.Dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat Arga sedang memeluk paksa Nayla. Lalu dengan sangat geram ia segera mendorong kasar tubuh lelaki itu agar menjauhi putrinya."Apa yang kamu lakukan?" bentaknya seraya menatap nanar pria itu. "Ibu!" Sembari menangis Nayla segera memeluk Ibunya. "Ibu, tolong usir dia dari sini!" tunjuknya ke arah Arga."Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tolong jauhkan dia dariku, Ibu!" pintanya. Dengan raut wajah memohon, wanita berpakaian pasien itu tampak begitu tertekan dan sangat membenci Arga."Iya, Ela Sayang. Ini Ibu, Sayang. Sudah kamu yang tenang ya, jangan nangis lagi, ok?" Wanita paruh baya itu balas memeluknya dan mengusap-usap punggunggnya pelan. "Baiklah, Ibu pasti akan menjauhkan laki-laki itu darimu, Ela." Wanita paruh baya i
Dengan satu per satu, mata Nayla menyorot tajam ke semua orang yang kini hanya tertunduk diam membisu tidak ada yang mau angkat bicara.Sehingga membuat hatinya kian merasa sangat penasaran dan juga ketakutan membayangkan sesuatu hal yang buruk telah terjadi pada sang calon buah hatinya kini. "Kenapa kalian semua diam?" tanyanya. "Baiklah kalau kalian tidak mau menjawab, biar aku tanyakan langsung pada dokter saja sekarang." Dengan sifat keras kepalanya, tiba-tiba gadis yang masih diperban kepalanya itu hendak turun dari ranjang. Sehingga membuat semua orang itu pun menjadi panik dan langsung mencegahnya."Jangan, Nayla. Kamu diam saja di sini!" "Dengarkan Ibu, Ela. Kamu 'kan baru sadar dari koma. Jadi, sebaiknya kamu jangan berpikiran yang macam-macam dulu, Ok! Nanti bila kamu sudah benar-benar merasa baikan baru kita akan bicara lagi ya, Sayang!" Dengan penuh kelembutan, Bu Salamah mengusap pelan kepala gadis itu. Berusaha untuk menenangkannya.Namun, tampaknya hati Nayla tetap ta
"Bohong, semua itu tidak benar." Dengan wajah yang terlihat sangat panik dan juga ketakutan, Siska menggelengkan kepala mencoba untuk menyangkal. "Papah, tolong jangan percaya sama dia! Bi-bisa saja dia hanya ingin menuduhku dan ingin membuat Papah jadi salah paham terhadapku, Pah. La-lagi pula mana mungkin aku melakukan itu." Wanita yang tengah berdiri di hadapan suaminya itu terus memohon dan berusaha untuk menyakinkannya.Seperti orang yang sedang berperan sebagai antagonis, Bu Salamah kembali tergelak dengan sangat sinis dan sumbang menertawakan wajah gugup dan ketakutan wanita itu. Sedangkan Bagas masih tak bergeming, diam mematung karena kebingungang. Begitu juga dengan yang lainnya. Dengan berbagai pertanyaan yang kini mulai timbul di hati mereka masing-masing, semua orang itu hanya terdiam tak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun. Sungguh mereka kini dibuat syok, kebingungan dan sekaligus penasaran ingin tau apa yang akan dikatakan oleh Bu Salamah selanjutnya. Dan benar
Plakk!Dengan sangat syok, sebelah pipi Arga kembali mendapatkan sebuah tamparan keras dari seorang wanita paruh baya. Sehingga membuat semua orang yang berada di sekitarnya pun langsung dibuat kagèt dan melongo kebingungan melihatnya.Terlebih lagi Daniel dan Reza, ikut meringis miris membayangkan bagaimana rasanya menjadi korban tamparan dari dua orang wanita yang berbeda."Uhh!" Sambil memegangi pipinya sendiri, kedua pria itu cukup merasa prihatin padanya.Namun, kali ini bukanlah Bu Salamah yang melakukannya. Melainkan sang ibu mertuanya.Dengan wajah yang terlihat merah padam, wanita berpakaian modis dan elegan itu melotot tajam ke arahnya menantunya. Sungguh ia merasa sangat marah dan tidak terima dengan tindakan Arga yang telah melaporkan putrinya ke polisi waktu itu. Hingga membuat putrinya menjadi buronan dan berakhir dengan kehilangan nyawa.Keadaan di depan ruang rawat Nayla kini terlihat kembali menegang karena peristiwa itu. Tentu semua orang-orang yang ada di sana tamp