Entah mengapa ketika Arga terlihat cuek, Nayla kesal dan sangat marah, merasa tidak terima. Sudah seperti seorang kekasih yang sebal melihat pasangannya yang acuh terhadapnya."Eh, tunggu-tunggu! Aku ini kenapa sih? Kok malah kesal liat dia seperti itu. Atau jangan-jangan kamu mulai suka dan merasa nyaman dengan perhatian yang diberikan padamu?""Ah, enggak-enggak! Kamu ini gak boleh baper, Nayla? Dia melakukan itu semua juga pasti ada maunya. Dia ini sedang merayumu agar kamu luluh dan juga patuh dengannya saja.""Kamu masih ingat, 'kan seperti apa laki-laki itu telah menyakitimu dulu? Jadi kamu jangan sampai tertipu oleh sikap manisnya itu!" bisik batin Nayla memberi wejangan pada dirinya sendiri.Arga dan Nayla berseta dua anak buahnya tadi kembali ke apartemnya. Hingga sampai di sana, keduanya masih tampak terdiam, tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun. Kedua orang berbeda jenis kelamin itu kini masuk ke dalam kamarnya masing-masing.Sampai makan malam selesai, Arga masih d
"Hem ... kenapa tidak bisa?" Arga mulai menyusuri leher jenjang Nayla dengan chiuman-chiuman kecil. Sehingga membuat Nayla mulai menggelinjang kegelian."Karena ... a-aku ... se-se-dang dapet," jawab Nayla."Hah?! Sedang dapat?" Seketika itu Arga menghentikan aksinya. Lalu sambil mengerutkan dahi ia menatap wajah Nayla dengan kebingungan. "Maksudnya?"Sembari tersenyum geli Nayla menganggukan kepalanya. "Ya-ya, aku lagi dapat bulanan, Arga! Makanya tadi aku membeli pembalut banyak buat setok.""Kau tidak sedang membodohiku 'kan? Jangan-jangan ini hanya akak-akalanmu saja!" ujar Arga merasa curiga."Kalau gak percaya, kamu boleh kok melihatnya?" tantang Nayla. Dengan senyum menggejek ia sengaja ingin menggodanya."Appa! Me-melihat? Gak-gak perlu!" Tentu saja Arga langsung menolaknya. Sehingga membuat gadis itu tertawa cekikikan.Arga mendengus kesal. Raut wajahnya tampak lemes dan tak bersemangat lagi. Ia merasa sedikit kesal karena ia harus libur selama kurang lebih satu minggu laman
Dua hari telah berlalu. Semenjak Arga membawanya pergi jalan-jalan di mall. Keesokan harinya laki-laki itu sudah pergi meninggalkannya lagi. Entah ke mana laki-laki itu pergi? Nayla pun tidak tau. Karena Arga tidak pernah mengatakan apapun padanya. Mungkin saja dia kembali ke keluarganya. Ya, bisa saja seperti itu.Nayla hanya bisa pasrah jika sewaktu-waktu dirinya ditiggalkan oleh laki-laki itu seperti ini. Ia sadar, dirinya bukanlah siapa-siapa baginya. Dirinya hanyalah dijadikan bagai sebuah barang ataupun alat pemuas nafsunya saja baginya.Sungguh miris sekali, bukan? Namun dirinya bisa apa? Dia hanyalah wanita biasa yang tak kuasa untuk melawannya.Kini gadis itu merasa sangat kesepian tanpa ada kehadiran laki-laki itu di sisinya lagi. Ya, setelah Arga pergi, entah kenapa hatinya kini terasa hampa dan mulai merindukannya.***Karena mendapat kabar, kalau anaknya sedang sakit. Sehingga membuat Arga terpaksa harus pulang ke kediaman orang tuanya lagi.Belum lagi pekerjaan yang har
Di salah satu hotel bintang lima milik keluarga Dewantara, terlihat sekumpulan ibu-ibu muda sosialita, yang terdiri dari para istri pengusaha kaya raya, pejabat tinggi ataupun dari kalang atas yang lainnya, rutin setiap bulan mengadakan arisan mewah yang biasanya diadakan di hotel mewah, atau di sebuah café premium yang di-booking khusus, dikosongkan hanya untuk gelaran arisan tersebut. Para perempuan anggota klub arisan ini datang dari keluarga-keluarga terkaya di Indonesia. Menghabiskan uang sejumlah itu bukanlah kemewahan bagi mereka, itu adalah sebuah keharusan.Dalam acara ini mereka mengambil selfie dengan ponsel berhiaskan aksesori gemerlap. Yang lain memeriksa riasan wajah tatkala kamera sudah mulai menyorot ke wajah mereka. Semua perempuan ini punya beberapa kesamaan, semua berpakaian indah, bersepatu tinggi dilengkapi dengan tas cantik.Para sosialita ini menenteng tas paling trendi dan paling mahal di Jakarta dengan harga mencapai ratusan juta rupiah. Seolah mereka kini s
Setelah melihat beberapa foto yang dikirim oleh Sarah tadi, kini sebagian orang mulai berkasak-kusuk membicarakannya. Ada yang merasa kasian, ada juga yang merasa senang dan mencemooh Larissa. Karena sikap Larissa yang angkuh dan sombong itu membuat sebagian orang itu merasa tak suka padanya. Namun, mereka tak berani menunjukannya dan hanya berpura-pura mau menjadi temannya saja. Padahal kalau di belakang mereka selalu menghibahi-nya. "Bagaimana, Rissa? Foto yang kukirim sangat bagus, bukan?" Dengan tersenyum sinis, Sarah sengaja ingin mengejek wanita yang dulu pernah menjadi teman dekatnya ini.Larissa memasang wajah datar, ia berusaha terlihat santai. "Cih, biasa aja." Padahal hatinya kini sedang merasa terbakar api cemburu karena melihat foto itu."Oh, ya? Benarkah? Apa kau tidak merasa panas dan cemburu? Jika tidak, jangan-jangan ... kalian ini sebenarnya hanya nikah pura-pura saja, ya?" Sarah terus menyudutkannya dengan pertanyaan yang membuat Larissa mulai naik pitam. Namun,
Di sebuah rumah sakit yang cukup tersohor di kota Jakarta, terlihat dengan tergesa-gesa seorang pria sedang berjalan di sebuah lorong panjang menuju ke suatu ruangan."Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Arga sembari terus berjalan, sesekali ia menoleh ke arah samping. Di mana di tempat itu ada seorang pemuda berkemeja krem sedang menggiringnya ke suatu ruang yang akan mereka tuju."Alhamdulillah, Ibu itu kini dalam keadaan baik-baik saja, Bang. Saat dibawa kemari Beliau hanya terdiam dan tak banyak melawan," jawab Reza."Lalu, bagaimana dengan kekuarganya?""Em ... maksud si Bos, Budenya itu, 'kan?""Hem!" Arga mengangguk. "Bagaimana reaksi wanita itu dan keluarganya? Alasan apa yang kau berikan, sehingga mereka mengijinkanmu membawa wanita ini ke sini, huh?""Oh, kalau itu sih gampang, Bos. Ya Aku bilang saja kalau ini adalah suruhan Non Nayla untuk membawa ibunya ke sini. Dan tentu saja dengan membungkam wanita itu dengan segepok uang, dia pun langsung mengijinkan kita dengan beg
"A-Arga!" Larissa terpekik kaget. Di saat ia membalikkan badan, ia melihat sesosok laki-laki yang berstatus sebagai suaminya ini tengah berdiri tepat di hadapannya kini.Karena firasat Arga yang merasa seperti ada yang sedang menguntit dirinya. Ternyata, setelah ia dan Reza keluar dari kamar tadi. Dengan sengaja keduanya berpura-pura pergi dan bersembunyi di suatu tempat yang tidak jauh dari tempa tersebut. Lalu, mereka pun menunggu dan ingin tahu siapa orang yang sedang membututi mereka.Dan tenyata benar, tak lama mereka keluar. Dari balik tembok yang berada di samping kamar tersebut, muncullah seorang wanita cantik bergaun putih tulang sedang berjalan mendekat ke arah kamar. Lalu dengan segera, keduanya langsung menghampiri wanita tersebut.Dengan wajah dingin dan sangar lelaki itu menatapnya tajam. "Sedang apa kau di sini, Rissa?" Arga kembali mengulang pertanyaanya.Glekk!Susah payah Larissa menelan ludah. Dengan keringat dingin yang mulai mengucur deras di dahi, wajahnya kini
Dengan sangat berburu-buru, wanita cantik berbalut gaun merah maroon itu sedang berusaha mengejar mobil suaminya. Namun sayang, ketika ia sampai di perempatan jalan, lampu merah menyala. Sehingga dengan sangat terpaksa ia harus menghentikan laju mobilnya."Argh ... sial! Kenapa pakai ada lampu merah segala sih ini!" rutuknya merasa sangat kesal sembari memukul kemudi mobil.Drtt ... drtt!Lalu tiba-tiba saja, ponsel yang ada di dalam tas yang tergeletak di atas jok samping berdering. Dengan cepat ia pun menyambar posel tersebut."Iya, halo!" ucapnya seraya meletakan benda pipih itu di telinga."Halo, Nyonya. Ini Den Calvin badanya demam tinggi, dan dia sekarang sedang menangis terus, Nyonya," ucap babysitter yang merawat anaknya."A-apa?! Calvin sakit? Iya ya ya, aku pulang sekarang." Terlihat wanita itu sangat panik.Lalu tanpa berpikir panjang lagi, Sarah segera memutar arah laju mobilnya kembali menuju ke kediamannya yang berada di wilayah kawasan elite.Sementara di sebuah aparteme