"A-Arga!" Larissa terpekik kaget. Di saat ia membalikkan badan, ia melihat sesosok laki-laki yang berstatus sebagai suaminya ini tengah berdiri tepat di hadapannya kini.Karena firasat Arga yang merasa seperti ada yang sedang menguntit dirinya. Ternyata, setelah ia dan Reza keluar dari kamar tadi. Dengan sengaja keduanya berpura-pura pergi dan bersembunyi di suatu tempat yang tidak jauh dari tempa tersebut. Lalu, mereka pun menunggu dan ingin tahu siapa orang yang sedang membututi mereka.Dan tenyata benar, tak lama mereka keluar. Dari balik tembok yang berada di samping kamar tersebut, muncullah seorang wanita cantik bergaun putih tulang sedang berjalan mendekat ke arah kamar. Lalu dengan segera, keduanya langsung menghampiri wanita tersebut.Dengan wajah dingin dan sangar lelaki itu menatapnya tajam. "Sedang apa kau di sini, Rissa?" Arga kembali mengulang pertanyaanya.Glekk!Susah payah Larissa menelan ludah. Dengan keringat dingin yang mulai mengucur deras di dahi, wajahnya kini
Dengan sangat berburu-buru, wanita cantik berbalut gaun merah maroon itu sedang berusaha mengejar mobil suaminya. Namun sayang, ketika ia sampai di perempatan jalan, lampu merah menyala. Sehingga dengan sangat terpaksa ia harus menghentikan laju mobilnya."Argh ... sial! Kenapa pakai ada lampu merah segala sih ini!" rutuknya merasa sangat kesal sembari memukul kemudi mobil.Drtt ... drtt!Lalu tiba-tiba saja, ponsel yang ada di dalam tas yang tergeletak di atas jok samping berdering. Dengan cepat ia pun menyambar posel tersebut."Iya, halo!" ucapnya seraya meletakan benda pipih itu di telinga."Halo, Nyonya. Ini Den Calvin badanya demam tinggi, dan dia sekarang sedang menangis terus, Nyonya," ucap babysitter yang merawat anaknya."A-apa?! Calvin sakit? Iya ya ya, aku pulang sekarang." Terlihat wanita itu sangat panik.Lalu tanpa berpikir panjang lagi, Sarah segera memutar arah laju mobilnya kembali menuju ke kediamannya yang berada di wilayah kawasan elite.Sementara di sebuah aparteme
Flashback, 12 tahun yang lalu.Di sebuah rumah mewah, di mana tempat tinggal Arga dan kedua orang tuanya berada, tampaklah sesosok remaja berusia 15 tahun yang sedang belajar di dalam sebuah kamar. Dengan wajah yang tampak serius, remaja itu terus sibuk membaca buku pelajaran yang ada di hadapannya.Ceklik! Terlihat seorang wanita berusia 33 tahunan yang membawa nampan berisi minuman dan makanan masuk ke dalam kamar. "Duh ... rajin bener si Den Arga," ucap wanita itu seraya berjalan menghapiri pemuda tersebut.Sontak pemuda itu pun menoleh ke arahnya."Eh, Bik Imah. Iya nih, lagi banyak PR. Dan sebentar lagi, 'kan mau ujian. Jadi, aku harus rajin belajar dong, biar bisa lulus dengan nilai yang bagus," jawab Arga."Ya udah, biar tambah semangat belajarnya, nih Bibik buatin cemilan buat Aden. Monggo, silakan dimakan ya, Den." Sembari tersenyum lembut, Bik Imah meletakan nampan yang berisikan 1 gelas jus jeruk dan sepiring pisang panggang coklat keju itu di atasi meja depan Arga."Wah
Setelah Arga mengajaknya pergi ke mall waktu itu, ternyata lelaki berparas tampan itu membelikan sebuah ponsel mahal untuk Nayla. Sehingga wanita itu kini bebas untuk menghubungi siapa saja. Dan tentu saja dengan senang hati gadis itu langsung menghubungi Bu'denya di kampung. Ia berharap setelah ia menelfon Bu'denya nanti, rasa rindu terhadap ibunya bisa berkurang. Ya, waulupun hanya sedikit, setidaknya ia bisa menatap wajah teduh wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini.Namun, di luar dugaan. Apa yang terjadi kini? Ketika ia menelfon Bu'denya itu, wanita itu malah mengatakan kalau ibunya telah dijemput oleh seseorang. Di mana orang tersebut mengatakan kalau orang yang menjemput ibunya adalah orang suruhannya.Sontak dirinya pun langsung merasa syok dan sekaligus khawatir dengan Ibunya kini. Lalu, dengan keadaan sangat cemas dan kebingungan pikirannya langsung tertuju pada sosok laki-laki arogan yang selama ini selalu menyakitinya, yaitu Arga. Ia pun mengira kalau orang itu adala
Di sebuah klub malam yang menjadi tempat langganan Arga untuk berkumpul dengan teman-temannya. Tepatnya di ruangan VVIP yang memang dikhususkan hanya untuk para pelanggan dari kalangan elite saja. Terlihat seorang pemuda gagah nan tampan sedang duduk menyendiri di sudut ruangan.Dengan ditemani segelas minuman yang mengadung alkohol, raut wajah lelaki tersebut tampak kusut dan muram. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini? Sehingga ia terus terdiam seperti sedang merenung ataupun memikirkan hal yang cukup serius dan berat.Terlihat ada beberapa wanita penghibur yang berusaha untuk mendekatinya. Wanita dengan baju kurang bahan itu, dengan sangat agresif ingin menggodanya. Dengan bertingkah sok imut, manis, lembut dan centil, para wanita itu ada yang sedang bergelanjut manja di lengan kekarnya dan ada juga yang langsung duduk di atas pangkuannya.Namun, bukanya tergoda, lelaki itu malah menatapnya bengis dan langsung mendorong mereka dengan sangat kasar. Sehingga para wanita itu p
Setelah mendapat telefon dari anak buahnya yang sedang berjaga di rumah sakit, Reza yang baru saja akan memejamkan mata, dengan terpaksa harus menunda keinginannya untuk segera tidur. Ia pun merasa sangat kesal dengan Bos arogannya itu, yang tak mengenal waktu selalu saja memberikan perintah secara tiba-tiba. Hingga saking merasa kesalnya, terkadang ingin rasanya ia menggetok kepala lelaki itu, agar tidak lagi memberikan perintah yang kadang di luar nalar.Ya sama seperti saat ini. Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Sudah saatnya ia untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah teramat lelah berkerja seharian ini. Namun apa? Bosnya malah memberikan perintah untuk kembali datang ke rumah sakit. Sehingga membuat bertanya-tanya, "Ada apa lagi ini? Kenapa ia harus kembali ke rumah sakit malam-malam begini?" batinnya merasa heran.Namun, walaupun merasa sangat kesal, lelaki berkulit sawo matang itu tetap saja pergi ke rumah sakit. Dengan mengendarai mobil yang diberikan oleh Arga, lelak
Arga terdiam, merasa tertohok oleh semua ucapannya. Bibirnya kini seolah kelu dan tidak tau mau berkata apa."Dengarkan aku, Ga. Yang namanya perasaan wanita itu lembut. Jadi, janga dikasari. Kalau kau terus seperti itu, yang ada wanita itu akan membencimu dan suatu saat nanti bisa saja dia malah akan memilih pergi menjauh darimu. Dan ... di saat itu terjadi, kau baru akan meyadari dan akan mengerti dengan arti sebuah kehilangan itu sangat menyakitkan, Arga.""Coba kau bayangkan, bagaimana rasanya di saat Mamamu meninggal dulu? Kau pasti merasa sangat sedih, 'kan?" Arga mengangguk pelan."Sama sepertiku ketika kehilangan rasa cinta dan kepercayaan terhadap seorang wanita. Sungguh rasa sakitnya sampai terasa menusuk ke relung jiwa. Hingga seakan jiwa itu pun mulai mati rasa karenanya.""Akan tetapi, aku masih merasa beruntung karena masih bisa bangkit kembali dari rasa sakit itu. Dan bertekad ingin mengawalinya dengan hidup yang baru. Ya ... karena hidup itu terus berjalan ke depan. J
Setelah mengantar Desy sampai di depan tempat kost-nya, kini tinggalah Nayla dan Reza yang masih berada di dalam mobil. Dengan perlahan lelaki berkemeja putih itu terus melajukan mobilnya menuju ke arah apartemen mewah milik Bosnya."Em ... ngomong-ngomong, kok kamu tadi bisa barengan sama Desy, sih? Apakah kalian sudah saling kenal?" tanya Nayla membuka percakapan. Gadis yang duduk di kursi belakang itu tersenyum canggung menatapnya lewat kaca spion yang tergantung di depan Reza. Mungkin untuk sebelumnya mereka berdua sudah pernah saling bertemu. Namun, baru kali mereka berinteraksi dan bahkan mereka kini hanya berdua saja berada di dalam mobil. Otomatis membuat keduanya pun menjadi canggung dan kikuk, karena belum saling mengenal."Oh, tidak, Nona. Saya tidak mengenalnya. Cuma tadi pas kebetulan saja mobil saya hampir menabraknya. Sehingga teman Anda itu meminta saya untuk bertanggung jawab, gitu," terang Reza."Tetapi, nyatanya cewek itu cuma modus doang. Dia malah terus mendesak
Aditama yang datang bersama sang istri, dengan wajah yang tampak masih sedikit sedih memberikan ucapan selamat kepada mantan menantunya. Dengan berlapang dada dan berpikiran bijak, ia beserta istri berusaha untuk saling memaafkan dan lebih memilih berdamai dengan keluarga mantan besannya tersebut. Karena mereka menyadari kalau kesalahan bukan hanya terletak pada Arga saja. Melainkan pada putrinya juga yang sama-sama bersalah karena telah berselingkuh. Lagi pula bila ia memilih untuk memusuhi keluarga itu, mereka sendirilah yang akan merugi. Karena pasti keluarga Dewantara akan langsung menghentikan kerjasama dan mencabut segala investasi pada perusahaan miliknya.Sehingga demi memikirkan kelangsungan perusahaan yang dikelolanya, mau tidak mau kedua paruh baya itu lebih memilih untuk berdamai saja dengan keluarga itu.Nayla yang masih tampak tertegun, tersenyum canggung dan sedikit ragu menyambut uluran tangan manta majikannya. "Te-terimakasih, Nyo-nyonya," ucapnya terbata.Sebenarn
"Wah ... kamu cantik sekali, Nis!" Desi yang baru saja datang bersana Wati, langsung memujinya."Terimakasih!" Nayla tersipu malu."Kamu sudah siap?" tanya Wati menepuk pundaknya.Nayla mengangguk pelan."Ya udah, ayo kita turun sekarang. Tamu-tamu udah pada gak sabar nungguin kamu. Apa lagi si Arga," celetuk Wati dengan sengaja ingin mengodanya."Ih, apaan sih?" Nayla tersipu malu."Hahaha ... ternyata ada yang lagi malu-malu kucing nih," ledek Desi."Ah ... sudah-sudah. Ayo kita harus bawa Nayla sekarang. Kalau tidak, yang ada Tuan Agra nanti sampai ngamuk, gimana coba?" timpal Wati yang masih saja terus mengoda Nayla."Iya-ya, benar. Ya udah. Mari Tuan putri ikut kami ke bawah sekarang!" Nayla hanya busa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah kedua temannya itu. Kemudian kedua gadis itu mengiringi Nayla berjalan menuju pelaminan.Lagi-lagi Nayla seperti merasa Dejavu. Di mana dengan dada yang berdegup kencang, ia merasa sangat gugup. Langkah demi langkah ia ayunkan
Dengan dada berdetak kencang, Arga yang kini masih tetap berada di posisinya. Yaitu berlutut di depan Nayla, sungguh merasa sangat resah dan tak sabar ingin mengetahui jawaban darinya.Begitu juga dengan ketiga orang yang berada di depan ruangan itu pun sama tak sabarnya dengan Arga. Seraya terus mengintip lewat kaca bening yang ada di pintu, wajah mereka tampak menegang dan sangat penasaran ingin segera tau apa yang akan dikatakan oleh Nayla.Sementara Nayla kini masih tertegun menatap Arga. Wajah wanita cantik itu masih tampak bimbang untuk mengambil keputusan.Setelah ia berpikir dengan cukup lama, ia pun mempertimbangkan banyak hal. Mulai dari perkataan Ibunya yang menyarankan untuk memberi kesempatan pada Arga, hingga memantapkan bagaimana perasaannya terhadap laki-laki tersebut. Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk memaafkannya."Em ... tapi maaf, Arga. A-aku tak akan memaafkanmu jika kau masih saja berlutut seperti ini," ucapnya.Dengan wajah yang berbinar, Arga mengangkat waja
Degh!Seketika itu Nayla tampak syok, panik dan juga sangat cemas mengkhawatirkannya. "Aapaa?! A-arga kecelakaan?" Jelas Nayla langsung terpekik kaget. Begìtu juga Bu Salamah pun sama terkejutnya dengan Nayla. "Ka-kamu jangan bercanda deh, Daniel?" Nayla terbata-bata karena saking paniknya dan juga ketakutan membayangkan hal yang buruk terjadi pada pria itu. "Siapa yang bercanda, Nayla. Beneran Arga sekarang sedang dirawat di rumah sakit ini juga. Da-dan ... keadaanya kini--" Dengan sengaja Daniel menggantung ucapannya. Sehingga membuat hati Nayla semakin menjadi tak karuan. Dengan wajah yang terlihat pucat pasi, ia membayangkan bagaimana keadaan Arga sekarang. Berbagai pikiran buruk mulai bermunculan di benaknya."Kamu tenang dulu ya, Ela! Jangan berpikiran macam-macam dulu!" Bu Salamah mengusap bahunya dengan sangat lembut, berusaha untuk menenangkannya. "Sebaiknya kita melihat Arga sekarang! Di ruang mana dia di rawat?" Wanita paruh baya itu menoleh ke arah Daniel dan Reza. "
Di tempat kejadian.Arga terlihat pingsan di dalam mobil, dalam keadaan duduk menunduk, kepalanya bersandar di atas kemudi mobil. Ada darah yang menetes di dahi akibat benturan keras dengan setir.Mobil itu menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Sehingga membuat bemper mobil hancur, lampu pada pecah dan kap mobil terbuka. Asap mengepul dari dalam bagian mesin mobil itu."Tolong ... ada yang kecelakaan. Cepat panggil polisi!" Salah satu pengendara motor dengan sigap berteriak meminta tolong dan menghampiri mobil Arga. "Toolong, tolong ... bantuin korban keluar dari dalam mobil!" teriak laki-laki berjaket kulit berwarna hitam.Sehingga membuat beberapa pengendara motor yang kebetulan lewat di sana, datang membantu. Ada sekitar empat atau lima orang yang turun dari motor berusaha memecahkan kaca jendela mobil.Namun tampaknya agak sulit untuk membuka pengait kunci otomatis mobil Arga. "Ah ... sial, macet susah buat dibuka!" seru yang lainnya sedikit mengeluh.Kecelakaan itu me
Bu Salamah yang baru saja kembali setelah mencari makanan di luar buat Nayla sarapan, merasa kaget ketika mendengar suara teriakan putrinya dari dalam kamar. Dengan seketika ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar.Dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat Arga sedang memeluk paksa Nayla. Lalu dengan sangat geram ia segera mendorong kasar tubuh lelaki itu agar menjauhi putrinya."Apa yang kamu lakukan?" bentaknya seraya menatap nanar pria itu. "Ibu!" Sembari menangis Nayla segera memeluk Ibunya. "Ibu, tolong usir dia dari sini!" tunjuknya ke arah Arga."Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tolong jauhkan dia dariku, Ibu!" pintanya. Dengan raut wajah memohon, wanita berpakaian pasien itu tampak begitu tertekan dan sangat membenci Arga."Iya, Ela Sayang. Ini Ibu, Sayang. Sudah kamu yang tenang ya, jangan nangis lagi, ok?" Wanita paruh baya itu balas memeluknya dan mengusap-usap punggunggnya pelan. "Baiklah, Ibu pasti akan menjauhkan laki-laki itu darimu, Ela." Wanita paruh baya i
Dengan satu per satu, mata Nayla menyorot tajam ke semua orang yang kini hanya tertunduk diam membisu tidak ada yang mau angkat bicara.Sehingga membuat hatinya kian merasa sangat penasaran dan juga ketakutan membayangkan sesuatu hal yang buruk telah terjadi pada sang calon buah hatinya kini. "Kenapa kalian semua diam?" tanyanya. "Baiklah kalau kalian tidak mau menjawab, biar aku tanyakan langsung pada dokter saja sekarang." Dengan sifat keras kepalanya, tiba-tiba gadis yang masih diperban kepalanya itu hendak turun dari ranjang. Sehingga membuat semua orang itu pun menjadi panik dan langsung mencegahnya."Jangan, Nayla. Kamu diam saja di sini!" "Dengarkan Ibu, Ela. Kamu 'kan baru sadar dari koma. Jadi, sebaiknya kamu jangan berpikiran yang macam-macam dulu, Ok! Nanti bila kamu sudah benar-benar merasa baikan baru kita akan bicara lagi ya, Sayang!" Dengan penuh kelembutan, Bu Salamah mengusap pelan kepala gadis itu. Berusaha untuk menenangkannya.Namun, tampaknya hati Nayla tetap ta
"Bohong, semua itu tidak benar." Dengan wajah yang terlihat sangat panik dan juga ketakutan, Siska menggelengkan kepala mencoba untuk menyangkal. "Papah, tolong jangan percaya sama dia! Bi-bisa saja dia hanya ingin menuduhku dan ingin membuat Papah jadi salah paham terhadapku, Pah. La-lagi pula mana mungkin aku melakukan itu." Wanita yang tengah berdiri di hadapan suaminya itu terus memohon dan berusaha untuk menyakinkannya.Seperti orang yang sedang berperan sebagai antagonis, Bu Salamah kembali tergelak dengan sangat sinis dan sumbang menertawakan wajah gugup dan ketakutan wanita itu. Sedangkan Bagas masih tak bergeming, diam mematung karena kebingungang. Begitu juga dengan yang lainnya. Dengan berbagai pertanyaan yang kini mulai timbul di hati mereka masing-masing, semua orang itu hanya terdiam tak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun. Sungguh mereka kini dibuat syok, kebingungan dan sekaligus penasaran ingin tau apa yang akan dikatakan oleh Bu Salamah selanjutnya. Dan benar
Plakk!Dengan sangat syok, sebelah pipi Arga kembali mendapatkan sebuah tamparan keras dari seorang wanita paruh baya. Sehingga membuat semua orang yang berada di sekitarnya pun langsung dibuat kagèt dan melongo kebingungan melihatnya.Terlebih lagi Daniel dan Reza, ikut meringis miris membayangkan bagaimana rasanya menjadi korban tamparan dari dua orang wanita yang berbeda."Uhh!" Sambil memegangi pipinya sendiri, kedua pria itu cukup merasa prihatin padanya.Namun, kali ini bukanlah Bu Salamah yang melakukannya. Melainkan sang ibu mertuanya.Dengan wajah yang terlihat merah padam, wanita berpakaian modis dan elegan itu melotot tajam ke arahnya menantunya. Sungguh ia merasa sangat marah dan tidak terima dengan tindakan Arga yang telah melaporkan putrinya ke polisi waktu itu. Hingga membuat putrinya menjadi buronan dan berakhir dengan kehilangan nyawa.Keadaan di depan ruang rawat Nayla kini terlihat kembali menegang karena peristiwa itu. Tentu semua orang-orang yang ada di sana tamp