Dengan sangat berburu-buru, wanita cantik berbalut gaun merah maroon itu sedang berusaha mengejar mobil suaminya. Namun sayang, ketika ia sampai di perempatan jalan, lampu merah menyala. Sehingga dengan sangat terpaksa ia harus menghentikan laju mobilnya."Argh ... sial! Kenapa pakai ada lampu merah segala sih ini!" rutuknya merasa sangat kesal sembari memukul kemudi mobil.Drtt ... drtt!Lalu tiba-tiba saja, ponsel yang ada di dalam tas yang tergeletak di atas jok samping berdering. Dengan cepat ia pun menyambar posel tersebut."Iya, halo!" ucapnya seraya meletakan benda pipih itu di telinga."Halo, Nyonya. Ini Den Calvin badanya demam tinggi, dan dia sekarang sedang menangis terus, Nyonya," ucap babysitter yang merawat anaknya."A-apa?! Calvin sakit? Iya ya ya, aku pulang sekarang." Terlihat wanita itu sangat panik.Lalu tanpa berpikir panjang lagi, Sarah segera memutar arah laju mobilnya kembali menuju ke kediamannya yang berada di wilayah kawasan elite.Sementara di sebuah aparteme
Flashback, 12 tahun yang lalu.Di sebuah rumah mewah, di mana tempat tinggal Arga dan kedua orang tuanya berada, tampaklah sesosok remaja berusia 15 tahun yang sedang belajar di dalam sebuah kamar. Dengan wajah yang tampak serius, remaja itu terus sibuk membaca buku pelajaran yang ada di hadapannya.Ceklik! Terlihat seorang wanita berusia 33 tahunan yang membawa nampan berisi minuman dan makanan masuk ke dalam kamar. "Duh ... rajin bener si Den Arga," ucap wanita itu seraya berjalan menghapiri pemuda tersebut.Sontak pemuda itu pun menoleh ke arahnya."Eh, Bik Imah. Iya nih, lagi banyak PR. Dan sebentar lagi, 'kan mau ujian. Jadi, aku harus rajin belajar dong, biar bisa lulus dengan nilai yang bagus," jawab Arga."Ya udah, biar tambah semangat belajarnya, nih Bibik buatin cemilan buat Aden. Monggo, silakan dimakan ya, Den." Sembari tersenyum lembut, Bik Imah meletakan nampan yang berisikan 1 gelas jus jeruk dan sepiring pisang panggang coklat keju itu di atasi meja depan Arga."Wah
Setelah Arga mengajaknya pergi ke mall waktu itu, ternyata lelaki berparas tampan itu membelikan sebuah ponsel mahal untuk Nayla. Sehingga wanita itu kini bebas untuk menghubungi siapa saja. Dan tentu saja dengan senang hati gadis itu langsung menghubungi Bu'denya di kampung. Ia berharap setelah ia menelfon Bu'denya nanti, rasa rindu terhadap ibunya bisa berkurang. Ya, waulupun hanya sedikit, setidaknya ia bisa menatap wajah teduh wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini.Namun, di luar dugaan. Apa yang terjadi kini? Ketika ia menelfon Bu'denya itu, wanita itu malah mengatakan kalau ibunya telah dijemput oleh seseorang. Di mana orang tersebut mengatakan kalau orang yang menjemput ibunya adalah orang suruhannya.Sontak dirinya pun langsung merasa syok dan sekaligus khawatir dengan Ibunya kini. Lalu, dengan keadaan sangat cemas dan kebingungan pikirannya langsung tertuju pada sosok laki-laki arogan yang selama ini selalu menyakitinya, yaitu Arga. Ia pun mengira kalau orang itu adala
Di sebuah klub malam yang menjadi tempat langganan Arga untuk berkumpul dengan teman-temannya. Tepatnya di ruangan VVIP yang memang dikhususkan hanya untuk para pelanggan dari kalangan elite saja. Terlihat seorang pemuda gagah nan tampan sedang duduk menyendiri di sudut ruangan.Dengan ditemani segelas minuman yang mengadung alkohol, raut wajah lelaki tersebut tampak kusut dan muram. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini? Sehingga ia terus terdiam seperti sedang merenung ataupun memikirkan hal yang cukup serius dan berat.Terlihat ada beberapa wanita penghibur yang berusaha untuk mendekatinya. Wanita dengan baju kurang bahan itu, dengan sangat agresif ingin menggodanya. Dengan bertingkah sok imut, manis, lembut dan centil, para wanita itu ada yang sedang bergelanjut manja di lengan kekarnya dan ada juga yang langsung duduk di atas pangkuannya.Namun, bukanya tergoda, lelaki itu malah menatapnya bengis dan langsung mendorong mereka dengan sangat kasar. Sehingga para wanita itu p
Setelah mendapat telefon dari anak buahnya yang sedang berjaga di rumah sakit, Reza yang baru saja akan memejamkan mata, dengan terpaksa harus menunda keinginannya untuk segera tidur. Ia pun merasa sangat kesal dengan Bos arogannya itu, yang tak mengenal waktu selalu saja memberikan perintah secara tiba-tiba. Hingga saking merasa kesalnya, terkadang ingin rasanya ia menggetok kepala lelaki itu, agar tidak lagi memberikan perintah yang kadang di luar nalar.Ya sama seperti saat ini. Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Sudah saatnya ia untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah teramat lelah berkerja seharian ini. Namun apa? Bosnya malah memberikan perintah untuk kembali datang ke rumah sakit. Sehingga membuat bertanya-tanya, "Ada apa lagi ini? Kenapa ia harus kembali ke rumah sakit malam-malam begini?" batinnya merasa heran.Namun, walaupun merasa sangat kesal, lelaki berkulit sawo matang itu tetap saja pergi ke rumah sakit. Dengan mengendarai mobil yang diberikan oleh Arga, lelak
Arga terdiam, merasa tertohok oleh semua ucapannya. Bibirnya kini seolah kelu dan tidak tau mau berkata apa."Dengarkan aku, Ga. Yang namanya perasaan wanita itu lembut. Jadi, janga dikasari. Kalau kau terus seperti itu, yang ada wanita itu akan membencimu dan suatu saat nanti bisa saja dia malah akan memilih pergi menjauh darimu. Dan ... di saat itu terjadi, kau baru akan meyadari dan akan mengerti dengan arti sebuah kehilangan itu sangat menyakitkan, Arga.""Coba kau bayangkan, bagaimana rasanya di saat Mamamu meninggal dulu? Kau pasti merasa sangat sedih, 'kan?" Arga mengangguk pelan."Sama sepertiku ketika kehilangan rasa cinta dan kepercayaan terhadap seorang wanita. Sungguh rasa sakitnya sampai terasa menusuk ke relung jiwa. Hingga seakan jiwa itu pun mulai mati rasa karenanya.""Akan tetapi, aku masih merasa beruntung karena masih bisa bangkit kembali dari rasa sakit itu. Dan bertekad ingin mengawalinya dengan hidup yang baru. Ya ... karena hidup itu terus berjalan ke depan. J
Setelah mengantar Desy sampai di depan tempat kost-nya, kini tinggalah Nayla dan Reza yang masih berada di dalam mobil. Dengan perlahan lelaki berkemeja putih itu terus melajukan mobilnya menuju ke arah apartemen mewah milik Bosnya."Em ... ngomong-ngomong, kok kamu tadi bisa barengan sama Desy, sih? Apakah kalian sudah saling kenal?" tanya Nayla membuka percakapan. Gadis yang duduk di kursi belakang itu tersenyum canggung menatapnya lewat kaca spion yang tergantung di depan Reza. Mungkin untuk sebelumnya mereka berdua sudah pernah saling bertemu. Namun, baru kali mereka berinteraksi dan bahkan mereka kini hanya berdua saja berada di dalam mobil. Otomatis membuat keduanya pun menjadi canggung dan kikuk, karena belum saling mengenal."Oh, tidak, Nona. Saya tidak mengenalnya. Cuma tadi pas kebetulan saja mobil saya hampir menabraknya. Sehingga teman Anda itu meminta saya untuk bertanggung jawab, gitu," terang Reza."Tetapi, nyatanya cewek itu cuma modus doang. Dia malah terus mendesak
Saat mengetahui kalau Arga sudah pulang, Nayla pun ingin segera menemui Arga yang kini sedang berada di dalam kamar. Karena saking semangatnya gadis itu, dengan tanpa mengetuk pintu ia langsung menerobos masuk ke kamar tersebut.Cekllek!"Tuan Arga, ka-- aarghh ... ! Maaf." Begitu membuka pintu Nayla terpekik kaget dan sekaligus malu, sangat terkejut mendapati Arga yang sedang bertelanjang dada. Dengan hanya menggunakan handuk putih yang melilit di pinggang, lelaki itu kini sedang berdiri di depan cermin. Rambutnya masih tampak sedikit basah. Sudah dapat dipastikan kalau lelaki tersebut baru selesai mandi.Nayla yang sudah terlanjur masuk ke dalam kamar itu langsung membalik badan, sambil menahan malu karena ia ceroboh main nyelonong masuk ke kamar itu.Arga yang semula akan mengambil baju ganti dari lemari pakaian, terlonjak kaget dan reflek menoleh ke arahnya. Ia cukup terkejut ketika melihat Nayla yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya ini.Lalu, ia tersenyum jail dan berjala