Karena merasa kesal dengan penolakan Arga, kini Larissa mencari seseorang untuk melampiaskan rasa kekecewaannya itu.Begitu dia bertemu dengan laki-laki yang telah dihubunginya tadi. Wanita itu langsung menghajarnya dengan brutal di atas ranjang. Sehingga membuat laki-laki itu sampai kualahan menghadapinya.Larissa sudah seperti orang yang kesetanan, dia begitu agresif dan penuh nafsu menyerangnya. Namun, lelaki itu justru sangat menyukainya. Sehingga pertempuran panas antara keduanya pun terjadi sampai pagi menjelang baru menyelesaikannya.Kini keduanya terkulai lemah di atas ranjang dengan nafas yang tersenggal-sengal. Karena merasa kelelahan, masih dalam keadaan polos mereka berpelukan dan langsung terlelap dalam tidurnnyaKeesokan paginya, laki-laki itu terbangun. Ia menoleh ke arah samping, di mana ia mendapati Larissa yang masih tertidur pulas membelakanginya.Lalu munculah sebuah ide jail untuk mengerjainya. Laki-laki itu mulai menciumi tengkuk lehernya dari belakang. Tangannya
"Ha-halo, Tuan," jawab Susi dengan ketakutan."Susi! Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu membiarkan Nayla duduk bersimpuh seperti itu di hadapanmu, Hah?" bentak Arga di dalam sambungan telepon."Bu-bukan seperti itu, Tuan. Saya tadi sudah mencegahnya. Ta-tapi--" "Tapi apa?""Ta-tapi, Nona Naylanya kekeh sedang merengek untuk meminta ponsel saya. Karena beliau ingin menelfon ibunya, Tuan.""Berikan telepon ini padanya sekarang!""Ba-baik, Tuan." Susi yang masih berjongkok di hadapan Nayla menyerahkan ponsel itu."Ini, Nona. Telefon dari Tuan.""Hah! i-iya, halo.""Dengarkan aku, Nayla! Aku tidak ingin melihatmu berbuat bodoh seperti itu lagi. Sekarang kau bangun!" Suara Arga terdengar begitu tegas dan tak bisa terbantahkan."Bagaimana dia bisa tau kalau aku sedang bersimpuh seperti ini?" batin Nayla sembari celingukan ke selyruh arah, mencari sesuatu."Oh, aku tau. Pasti dia memasang CCTV untuk mengawasiku. Dasar laki-laki gila, aku benar-benar dijadikannya seperti tahanan saja olehnya
Setelah keluar dari kamar mandi, Nayla tampak kebingungan. Karena ia tidak mendapati Arga ada di kamarnya lagi."Loh, di mana dia? Katanya mau ngasih aku hadiah kejutan. Sebenarnya apa lagi sih, yang mau dia lakukan?" batinnya penasaran.Kini wanita cantik bertinggi badan 160cm itu sudah tampak lebih fress. Dengan balutan dress pendek selutut berwarna merah muda itu melekat indah di tubuh rampingnya.Sembari bercermin di depan kaca, wanita itu terus berfikir sedang menduga-duga hadiah apa yang akan diberikan Arga padanya nanti.Tok-tok-tok!"Nona! Tuan sudah menunggu Anda di meja makan," ujar si pelayan dari luar kamar"Ya, Mbak. Tunggu bentar! Aku nanti ke sana.""Oh, ternyata dia sedang menungguku di meja makan," gumamnya lagi.Setelah merasa tampilanya sudah ok, wanita cantik dengan rambut yang diurai sebahu itu, kini sedang berjalan menuju ruang makan.Begitu melihat Nayla yang sudah rapi dan cantik,, Arga tampak tertegun dan terpesona olehnya. Dengan mata yang terus meyorot ke ar
"Em ... se-sebenarnya ... itu, a-aku--" Dengan terbata gadis itu tampak gelisah karena bingung mau menjawab apa.Di tengah-tengah kebingungannya tiba-tiba saja Arga merebut ponselnya."E-eh ...." Sontak gadis itu pun terpekik kaget."Hallo, denger ya! Nayla sekarang sedang bersamaku. Dan dia dalam keadaan baik-baik saja. Jadi, kau tidak perlu mengkhawatirkannya lagi, mengerti!" ucap Arga tegas."E-e-eh, iya baik. Ta-tapi maaf i-ini si-a-apa, ya?""Arga!"Tutt ... tutt ...."Apaa?! Tu-tuan Arga!" Jelas gadis berkulit langsat itu terpekik kaget. "Lah-lah ... kok, mati?"Belum sempat Wati menyelesailan ucapannya, ternyata Arga lebih dulu mematikan sambungan telepon itu."Ih ... kok, dimatiin sih?" protes Nayla merasa sangat kesal. "Udah nih, sekarang kau bisa menelpon ibumu!" Tanpa menghiraukan betapa kesalnya gadis tersebut, lelaki berkemeja abu-abu itu malah menyerahkan kembali ponsel itu padanya.Lalu dengan sewot, Nayla segera menyambar benda pipih itu dari tangannya. Jari-jari lent
Tok-tok-tok!Dengan sedikit ragu, Toni sang sopir pribadi Arga memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Tuannya."Ah ... sial! Siapa sih, ganggu aja," rutuk Arga.Dengan sangat kesal, lelaki bertubuh tegap itu terpaksa menghentikan aksinya. Ia pun bangkit dan merapikan penampilanya yang sudah awu-awutan. Kemudian ia berjalan menuju pintu, lalu membukanya."Ada apa?" tanyanya dengan muka yang sedikit kesal menatap tajam sang sopir."Ma-maaf, jika saya mengganggu, Tu-tuan! Itu semuanya sudah siap sekarang!" jawab Toni sembari tertunduk ketakutan.Pemuda itu mengerti, kalau Tuannya ini pasti sedang marah padanya. Itu semua bisa terlihat dari raut wajahnya yang tampak sedang menahan kekesalan padanya."Hem ... ya udah kamu tunggu di depan. Nanti aku akan menyusul." "Baik, Tuan."Sementara Nayla kini dapat bernafas dengan lega, karena kali ini dirinya bisa terbebas dari cengkraman laki-laki meshum itu."Huh ... dasar meshum! Masa setiap waktu maunya itu mulu, sih?" gumamnya di hati, m
"Ah ... sial! Jangan-jangan dia mau kabur, lagi," umpat Arga mulai was-was. "Bisma!""Ya, Tuan.""Coba kau periksa di seketar sini. Jangan sampai Nayla kabur! Dan aku akan liat ke dalam toilet sekarang.""Baik, Tuan."Sesuai perintah dua orang itu mulai bergerak. Sedangkan lelaki tampan berkemeja hitam itu membuka pintu toilet dan mulai memasukinya. Kebetulan sekali keadaan di sana sepi. Sehingga tidak ada seorang pun yang sedang berada di dalam sana."Ke mana dia? Kenapa tidak ada di sini?" gumamnya membatin. Dengan dada yang berdegup kencang, wajahnya pun tampak menegang. Lelaki itu mulai terlihat panik karena tidak mendapati siapapun ada di dalam toilet itu.Lalu tatapan matanya kini tertuju pada deretan pintu yang berjejer di sana. Selangkah demi langkah ia mulai berjalan mendekati tiap pintu. Lalu membukanya dengan satu per satu. Tetapi dia belum juga menumukan sosok wanita yang dicarinya.Hingga pada akhirnya tersisa satu pintu yang berada di bagian paling pinggir.Dug-dug!D
Entah mengapa ketika Arga terlihat cuek, Nayla kesal dan sangat marah, merasa tidak terima. Sudah seperti seorang kekasih yang sebal melihat pasangannya yang acuh terhadapnya."Eh, tunggu-tunggu! Aku ini kenapa sih? Kok malah kesal liat dia seperti itu. Atau jangan-jangan kamu mulai suka dan merasa nyaman dengan perhatian yang diberikan padamu?""Ah, enggak-enggak! Kamu ini gak boleh baper, Nayla? Dia melakukan itu semua juga pasti ada maunya. Dia ini sedang merayumu agar kamu luluh dan juga patuh dengannya saja.""Kamu masih ingat, 'kan seperti apa laki-laki itu telah menyakitimu dulu? Jadi kamu jangan sampai tertipu oleh sikap manisnya itu!" bisik batin Nayla memberi wejangan pada dirinya sendiri.Arga dan Nayla berseta dua anak buahnya tadi kembali ke apartemnya. Hingga sampai di sana, keduanya masih tampak terdiam, tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun. Kedua orang berbeda jenis kelamin itu kini masuk ke dalam kamarnya masing-masing.Sampai makan malam selesai, Arga masih d
"Hem ... kenapa tidak bisa?" Arga mulai menyusuri leher jenjang Nayla dengan chiuman-chiuman kecil. Sehingga membuat Nayla mulai menggelinjang kegelian."Karena ... a-aku ... se-se-dang dapet," jawab Nayla."Hah?! Sedang dapat?" Seketika itu Arga menghentikan aksinya. Lalu sambil mengerutkan dahi ia menatap wajah Nayla dengan kebingungan. "Maksudnya?"Sembari tersenyum geli Nayla menganggukan kepalanya. "Ya-ya, aku lagi dapat bulanan, Arga! Makanya tadi aku membeli pembalut banyak buat setok.""Kau tidak sedang membodohiku 'kan? Jangan-jangan ini hanya akak-akalanmu saja!" ujar Arga merasa curiga."Kalau gak percaya, kamu boleh kok melihatnya?" tantang Nayla. Dengan senyum menggejek ia sengaja ingin menggodanya."Appa! Me-melihat? Gak-gak perlu!" Tentu saja Arga langsung menolaknya. Sehingga membuat gadis itu tertawa cekikikan.Arga mendengus kesal. Raut wajahnya tampak lemes dan tak bersemangat lagi. Ia merasa sedikit kesal karena ia harus libur selama kurang lebih satu minggu laman