Keesokan harinya.
Di dalam sebuah kamar yang sangat mewah, seorang gadis duduk terdiam di depan cermin. Di depannya, ada banyak peralatan make up yang tergeletak di atas meja.Ada dua orang perias sibuk memoleskan eye shadaow, blush on dan lipstik di wajah gadis itu. Sedangkan orang yang satunya lagi tampak sibuk membetulkan kebaya pengantin yang dikenakan oleh calon pengantin wanita tersebut.Gadis itu nampak begitu cantik dengan kebaya pengantin berwarna putih yang menjulur panjang di bagian belakangnya itu, kini melekat indah di tubuh rampingnya.Saking cantiknya, sang penata rias pun takjub memandangi hasil dari mahakaryanya yang paripurna itu terlihat begitu sempurna.Dengan kulitnya yang kuning langsat ciri khas kulit orang indonesia, bibirnya yang tipis, hidung kecil yang mancung. Belum lagi lesung pipi di kedua sisinya yang menambah kesan cantik dan imutnya wajah gadis tersebut.Hanya dengan polesan yang sederhana dan terkesan natural alias tidak medok ataupun mak-up yang tebal, pada dasarnya gadis itu memang sudah cantik. Sehingga sang penata rias pun tidak perlu melakukan banyak aplikasi di riasannya. Dan hasilnya pun sangat memuaskan."Wah, Nona benar-benar cantik sekali," ujar salah satu penata rias sambil terus memandang takjub gadis yang masih terdiam mematung di tempatnya itu.Sementara gadis yang dipuji itu hanya sedikit mengulas senyum menanggapinya. Ia menatap kosong ke arah bayangan dirinya yang terpantul di dalam cermin."Saya yakin, calon suami Anda pasti akan terpesona melihat kecantikan Anda yang begitu sempurna ini. Dia sangat beruntung bisa menikahi Anda. Andai saya laki-laki, saya pun bisa langsung jatuh cinta dengan sekali melihat Anda, Nona!" ujar perias itu tak henti-hentinya menganggumi gadis tersebut."Apalagi, kecantikan Anda benar-benar alami. Coba Nona lihat, tanpa memakai make up yang tebal pun, Nona tetap terlihat sangat cantik. Saya benar-benar iri sama Nona!" Perias itu masih terus melanjutkan ocehanya.Gadis yang berusia dua puluh satu tahunan itu hanya bisa tersenyum kecut mendengar segala pujian itu. Ia tetap terdiam dan tidak peduli apa yang perias itu katakan padanya. Bukan ia tidak suka pujian itu, akan tetapi gadis itu kini sedang merasa sedih, gundah gulana, karena memikirkan pernikahan palsunya ini.Bagaimana ia tidak sedih? Pernikahan ini hanyalah pura-pura saja. Karena ia di sini hanya dijadikan sebagai pengantin palsu yang menggantikan sang anak majikannya yang telah melarikan diri dari pernikahan ini."Huff ...." Terlihat dengan sangat berat gadis itu menghela nafas. Sungguh ia masih belum percaya kalau dirinya kini akan menjadi calon pengantin. Ya, walaupun pernikahan ini hanya pura-pura saja, tetap saja dia merasa grogi, tegang dan juga sekaligus takut jika sampai ia ketahuan oleh si calon pengantin prianya nanti.Namun, ia tidak ada pilihan lain. Ia harus rela melakukan ini semua demi bisa membiayai pengobatan ibunya nanti."Gimana, kamu sudah siap?" tanya Winda.Sekètika itu Nayla terkesiak kaget dan lamunannya pun langsung buyar dengan begitu saja. Saat ia mendengar ada suara seorang wanita yang menyadarkannya dari lamunannya tadi, sontak ia menoleh ke arah sumber suara dan ia melihat ada dua orang paruh baya yang sedang berjalan mendekati dirinya.Walaupun masih merasa ragu, mau tidak mau ia harus tetap siap. Dengan pelan Nayla pun mengangguk."Bagus. Ok, sekarang kamu pakai maskernya dulu!" ujar Winda seraya memasangkan sebuah masker cantik yang terbuat dari renda atau brokat kini telah menempel dengan sempurna menutupi wajah cantik gadis tersebut."Nah, kalau begini, 'kan pasti tidak akan ada yang bisa mengenalimu," ucapnya lagi.Sesuai dengan permintaan sang majikan. Dengan sedemikian rupa, sang perias pengantin tadi telah memoles wajah Nayla hingga menyerupai wajah dari anak gadis sang majikannya yaitu Larissa sang calon pengantin yang asli.Dengan rambutnya yang dicat warna sedikit pirang, kedua matanya menggunakan softlens kecoklatan. Dan tidak lupa riasan mak-up yang sebisa mungkin dibuat menyerupai sang calon pengantin aslinya itu, sudah bisa membuat orang terkecoh dan mengira bahwa ia adalah Larissa."Ya sudah, ayo kita keluar sekarang, Mah! Semua tamu udah pada nungguin, nih," ujar Aditama merasa sedikit cemas. Ia sebenarnya juga merasa takut jika sang calon pengantin prianya nanti bisa mengenali gadis ini."Iya ya ya, ayuk, Pah!" Perempuan paruh baya itu meraih tangan Nayla. Lalu ia ingin menuntunnya keluar dari kamar tersebut.Namun, belum sampai mereka keluar dari kamar, tiba-tiba saja gadis itu malah berhenti di depan pintu. Dengan wajah yang terlihat sangat tegang, sungguh ia merasa sangat panik dan juga ketakutan."Loh, kok berhenti? Kamu kenapa lagi, Nayla?" Winda langsung terlihat sangat kesal."Em ... sa-saya takut, Nyonya. Takut kalau sampai ketahuan bagaimana?" jawabnya."Halah, kelamaan! Buruan kita sudah ditungguin banyak orang tau!" Dengan sangat kasar akhirnya Winda harus menyeret paksa tangan Nayla.Sehingga membuat Nayla menjadi semakin panik saja. Dengan dada yang berdegup dengan sangat kencang, gadis cantik itu terpaksa mengikuti langkah sang majikan.Langkah demi langkah terasa sangat berat tak kala ia semakin mendekat ke arah pelaminan. Di mana kedua bola matanya langsung tercengang ketika melihat siapa sang calon pengantin prianya."Tunggu-tunggu, ja-jadi ... di-dia yang akan menjadi calon pengantin prianya nanti? Bu-bukankah dia adalah ...." batin Nayla. Dengan mulut yang menganga lebar, kedua matanya langsung terbelalak merasa sangat syok melihatnya.Sungguh ia tidak mengira kalau sang calon pengantin prianya adalah ...."Di-dia!"Di hotel Kartika, hotel bintang lima yang terkenal mewah dan megah di Jakarta, tepatnya di ballroom. Terlihat pihak wedding organizer tampak sibuk mendekorasi pelaminan yang diadakan di ballroom hotel bintang lima itu.Terlihat banyak awak media yang berdatangan untuk meliput jalannya pernikahan yang fenomenal itu. Di mana di tempat ini akan diadakan pesta pernikahan antara dua anak pengusaha kaya raya yang pasti akan menjadi topik hangat yang memenuhi berita-berita di berbagai media.Walaupun acara pernikahan itu akan diselenggarakan pada pukul sepuluh pagi, namun para pemburu berita itu sudah stanbay dari subuh tadi. Ya, seperti itulah mereka rela melakukan itu semua semata-mata hanya untuk bisa meliput berita itu secara ekslusif.Sementara di tempat lain, kini Nayla berdiri mematung di tengah-tengah jalan. Matanya langsung membulat dengan sempurna, ketika melihat siapa yang kini sedang terduduk di depan pak penghulu. Raut wajahnya menyiratkan antara syok dan juga kebingungan. Ia be
Di sepanjang acara resepsi pernikahan itu, tak sedetik pun Nayla melepaskan masker yang menutupi wajahnya, hingga acara itu selesai.Sehingga membuat lelaki berparas tampan nan rupawan yang kini sedang berdiri di sampingnya itu semakin merasa aneh dan bertambah curiga saja padanya. Karena bukan hanya itu saja keanehan yang ia rasakan. Bahkan tempat ganti baju pengantin saja mereka harus di tempat yang berbeda. Sehingga keinginannya untuk bisa melihat wajah gadis itu harus terpaksa Ia tunda hingga di malam pengantin nanti.Setelah melakukan semua deretan susunan acara di pesta pernikahan tadi. Pada akhirnya kini tiba waktunya sang kedua mempelai pengantin masuk ke dalam sebuah kamar hotel mewah dan megah yang memang telah disiapkan oleh Arga sebagai sang pengantin sekaligus pemilik hotel tersebut.Nayla sudah terlebih dahulu berada di dalam kamar pengantin. Sedangkan Arga masih sibuk menemani para tamu undangan hingga acara itu pun selesai, barulah lelaki itu bergegas ingin segera m
"Oh, ti-tidak usah. Sa-saya bisa melakukannya sendiri." Seketika itu wajah gadis berlesung pipi itu terlihat memerah karena merasa malu dan juga panik. Sebisa mungkin ia langsung menolaknya.Dengan degup jantung yang berdetak sangat kencang, kedua tangannya gemetar mendorong dada bidang milik laki-laki tersebut berusaha agar bisa terlepas dari pelukannya.Sungguh badan Nayla kini terasa panas dingin tidak karuan. Ada perasaan malu, panik, grogi, dan juga ketakutan semuanya bercampur aduk menjadi satu. Karena baru kali ini ia harus berhadapan dengan seorang pria dalam keadaan jarak yang begitu dekat seperti sekarang ini. Sehingga membuatnya menjadi salah tingkah dan tak tau harus berbuat apa sekarang."Hahaha ... kamu ini aneh dan lucu banget sih? Kenapa muka kamu jadi tegang banget kayak gitu?" Laki-laki itu malah tertawà seolah-olah sedang meledeknya. Entah mengapa ia merasa sangat senang dan gemas melihatnya."Lagi pula kita ini, 'kan udah sah menjadi suami istri. Jadi ... boleh don
Sementara di dalam sebuah taksi, sekitar beberapa jam yang lalu. Terlihat seorang gadis cantik berpakaian modis dengan gaya ala-ala k-pop sedang duduk seorang diri di kursi penumpang.Gadis itu terlihat sangat cantik dengan rambut lurus yang panjang terurai berwarna pirang, kulit putih bersih, hidung mancung dan tidak lupa sepasang bola mata yang indah berwarna kecoklatan itu terlihat begitu sempurna bak seorang artis Korea saja.Dan gadis itu bernama Larissa Aditama Putri, yang merupakan putri tunggal dari pasangan Winda Atmajaya dan Aditama Putra. Ya, dia adalah sang pengantin asli yang berhasil kabur dari rumahnya sendiri.Namun setelah berhasil kabur, kenapa gadis kaya nan manja dan keras kepala itu kini malah berniat ingin kembali ke rumah? Ada apakah gerangan?"Hiks-hiks ... dasar brengsek! Sialan kau Riky! Udah aku bela-belain kabur dari pernikahan untuk datang ke apartemen kamu. Ternyata kamu malah lagi main belakang dan asik-asikan sama si cewek murahan itu.""Apa kurangku se
Sementara masih berada di dalam sebuah kamar VVIP hotel milik keluarga Dewantara, sepasang pengantin baru Itu masih terdiam berdiri mematung di dekat meja samping ranjang. Mereka kini saling berhadapan. Lelaki tampan nan rupawan itu dengan intens terus memangamati gadis cantik tersebut dari atas hingga bawah.Dengan sorot matanya yang tajam, sudut bibirnya menyungging menampakkan senyum devil padanya. Seolah pria tersebut tengah merencanakan sesuatu hal ataupun sedang menilai dirinya saja.Glek!Sehingga membuat gadis yang ada di hadapannya itu gugup dan langsung menelan salivanya dengan kasar. Sungguh ia benar-benar merasa sangat panik dan tidak karuan. Ingin rasanya ia menghilang dari muka bumi ini agar ia tidak berada di posisi yang sangat menegangkan seperti yang saat ini.Dengan harap-harap cemas, gadis itu kini tinggal menunggu bagaimana reaksi apa yang akan ditimbulkan oleh minuman tadi. Dan ia berharap bahwa dirinya tadi tidak salah memberikan minuman padanya.Karena, apa bila
Aditama dan Winda yang ikut menginap di kamar lain yang letaknya tak jauh dari kamar Arga dan Nayla, merasa sangat syok. Di saat mereka sedang keluar kamar, tiba-tiba saja keduanya melihat ada sesosok gadis muda yang sedang berdiri di depan kamar pengantin."Larissa!" pekik keduanya, secara bebarengan membelalakan mata.Lalu dengan sangat panik, sebelum Arga sempat membuka pintu, terlebih dahulu pasangan suami istri itu langsung menghampiri dan menyeret anak gadisnya tersebut untuk masuk ke dalam kamar mereka."E-eh ... Papa, Mama!" Larissa terpekik kaget. Karena tiba-tiba saja ada yang menarik tubuhnya dari belakang."Stt ...." Kedua paruh baya itu langsung melotot dan menempelkan jari telunjuk di bibirnya masing-masing."Jangan berisik, Rissa!" tandas Aditama."Ya ampun, Rissa! Kamu ke mana saja, Sayang? Sukurlah kamu sudah kembali. Jadi, Mama sama Papa gak perlu susah-susah lagi cariin kamu," sambar Winda. Sembari memeluk tubuh gadis itu, ia kini bisa bernafas lega."Tunggu-tunggu,
Keesokan harinya.Dengan rasa kantuk dan lelah yang luar biasa, perlahan Nayla mulai terbangun. Di antara setengah sadar ia merasa seperti habis mimpi bercinta dengan seorang pria yang sangat tampan, menawan dan gagah perkasa di atas ranjang. Sehingga membuat tubuhnya merasa sangat kelelahan."Tetapi, kenapa seperti nyata, ya? Dan kenapa pula badanku ini terasa sakit semua?" ujarnya membatin.Pelan-pelan gadis itu membuka mata dan mulai menngedarkan pandangannya ke sekitar. Dan betapa tekejutnya ia, ketika menyadari bahwa ia tidak berada di kamar yang biasanya ia tempati."Di mana aku?" gumamnya merasa kebingungan. Ia masih belum menyadari apa yang tengah terjadi padanya semalam.Lalu di detik berikutnya, ia merasa semakin syok.'Degg!'Seketika itu ia membelalakan matanya ketika merasa ada sebuah tangan kekar yang sedang memeluk pinggangnya dari belakang.Dengan dada yang bergemuruh, badannya kini serasa membeku dan tidak bisa digerakan. Lalu dengan tangan yang bergetar ia mulai meny
"Tunggu, Nayla? Kenapa kamu jalannya seperti itu? Dan kenapa pula kamu semalam tidak keluar dari kamar, huh? Atau ... jangan-jangan--" Dengan memicingkan sebelah mata, Larissa mentapnya curiga.Walaupun sebenarnya Nayla merasa sangat panik dan juga ketakutan. Namun sebisa mungkin ia tetap terlihat biasa saja. Agar wanita judes yang ada di hadapannya ini tidak mencurigainya lagi."Em, i-itu. Karena saya tadi terburu-buru ingin keluar dari kamar, sehingga dengan tidak sengaja kaki saya malah membentur pintu. Sahingga membuat kaki saya ini merasa sedikit kesakitan, Nona." Dengan tersenyum kaku gadis itu mengarang cerita."D-dan se-semalam ... karena kami berdua merasa sangat kecapean. Se-sehingga kami pun langsung tertidur dengan begitu saja, Non," lanjutnya dengan gugup."Hah, tertidur?!" Larissa mengeryitkan dahinya."Ta-tapi, Nona tenang dulu! Karena semalan kami tidur terpisah kok. Saya tidur di sofa dan Tuan Arga di kasur. Ja-jadi --" Belum selesai Nayla bercerita, dengan sangat kes
Aditama yang datang bersama sang istri, dengan wajah yang tampak masih sedikit sedih memberikan ucapan selamat kepada mantan menantunya. Dengan berlapang dada dan berpikiran bijak, ia beserta istri berusaha untuk saling memaafkan dan lebih memilih berdamai dengan keluarga mantan besannya tersebut. Karena mereka menyadari kalau kesalahan bukan hanya terletak pada Arga saja. Melainkan pada putrinya juga yang sama-sama bersalah karena telah berselingkuh. Lagi pula bila ia memilih untuk memusuhi keluarga itu, mereka sendirilah yang akan merugi. Karena pasti keluarga Dewantara akan langsung menghentikan kerjasama dan mencabut segala investasi pada perusahaan miliknya.Sehingga demi memikirkan kelangsungan perusahaan yang dikelolanya, mau tidak mau kedua paruh baya itu lebih memilih untuk berdamai saja dengan keluarga itu.Nayla yang masih tampak tertegun, tersenyum canggung dan sedikit ragu menyambut uluran tangan manta majikannya. "Te-terimakasih, Nyo-nyonya," ucapnya terbata.Sebenarn
"Wah ... kamu cantik sekali, Nis!" Desi yang baru saja datang bersana Wati, langsung memujinya."Terimakasih!" Nayla tersipu malu."Kamu sudah siap?" tanya Wati menepuk pundaknya.Nayla mengangguk pelan."Ya udah, ayo kita turun sekarang. Tamu-tamu udah pada gak sabar nungguin kamu. Apa lagi si Arga," celetuk Wati dengan sengaja ingin mengodanya."Ih, apaan sih?" Nayla tersipu malu."Hahaha ... ternyata ada yang lagi malu-malu kucing nih," ledek Desi."Ah ... sudah-sudah. Ayo kita harus bawa Nayla sekarang. Kalau tidak, yang ada Tuan Agra nanti sampai ngamuk, gimana coba?" timpal Wati yang masih saja terus mengoda Nayla."Iya-ya, benar. Ya udah. Mari Tuan putri ikut kami ke bawah sekarang!" Nayla hanya busa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah kedua temannya itu. Kemudian kedua gadis itu mengiringi Nayla berjalan menuju pelaminan.Lagi-lagi Nayla seperti merasa Dejavu. Di mana dengan dada yang berdegup kencang, ia merasa sangat gugup. Langkah demi langkah ia ayunkan
Dengan dada berdetak kencang, Arga yang kini masih tetap berada di posisinya. Yaitu berlutut di depan Nayla, sungguh merasa sangat resah dan tak sabar ingin mengetahui jawaban darinya.Begitu juga dengan ketiga orang yang berada di depan ruangan itu pun sama tak sabarnya dengan Arga. Seraya terus mengintip lewat kaca bening yang ada di pintu, wajah mereka tampak menegang dan sangat penasaran ingin segera tau apa yang akan dikatakan oleh Nayla.Sementara Nayla kini masih tertegun menatap Arga. Wajah wanita cantik itu masih tampak bimbang untuk mengambil keputusan.Setelah ia berpikir dengan cukup lama, ia pun mempertimbangkan banyak hal. Mulai dari perkataan Ibunya yang menyarankan untuk memberi kesempatan pada Arga, hingga memantapkan bagaimana perasaannya terhadap laki-laki tersebut. Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk memaafkannya."Em ... tapi maaf, Arga. A-aku tak akan memaafkanmu jika kau masih saja berlutut seperti ini," ucapnya.Dengan wajah yang berbinar, Arga mengangkat waja
Degh!Seketika itu Nayla tampak syok, panik dan juga sangat cemas mengkhawatirkannya. "Aapaa?! A-arga kecelakaan?" Jelas Nayla langsung terpekik kaget. Begìtu juga Bu Salamah pun sama terkejutnya dengan Nayla. "Ka-kamu jangan bercanda deh, Daniel?" Nayla terbata-bata karena saking paniknya dan juga ketakutan membayangkan hal yang buruk terjadi pada pria itu. "Siapa yang bercanda, Nayla. Beneran Arga sekarang sedang dirawat di rumah sakit ini juga. Da-dan ... keadaanya kini--" Dengan sengaja Daniel menggantung ucapannya. Sehingga membuat hati Nayla semakin menjadi tak karuan. Dengan wajah yang terlihat pucat pasi, ia membayangkan bagaimana keadaan Arga sekarang. Berbagai pikiran buruk mulai bermunculan di benaknya."Kamu tenang dulu ya, Ela! Jangan berpikiran macam-macam dulu!" Bu Salamah mengusap bahunya dengan sangat lembut, berusaha untuk menenangkannya. "Sebaiknya kita melihat Arga sekarang! Di ruang mana dia di rawat?" Wanita paruh baya itu menoleh ke arah Daniel dan Reza. "
Di tempat kejadian.Arga terlihat pingsan di dalam mobil, dalam keadaan duduk menunduk, kepalanya bersandar di atas kemudi mobil. Ada darah yang menetes di dahi akibat benturan keras dengan setir.Mobil itu menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Sehingga membuat bemper mobil hancur, lampu pada pecah dan kap mobil terbuka. Asap mengepul dari dalam bagian mesin mobil itu."Tolong ... ada yang kecelakaan. Cepat panggil polisi!" Salah satu pengendara motor dengan sigap berteriak meminta tolong dan menghampiri mobil Arga. "Toolong, tolong ... bantuin korban keluar dari dalam mobil!" teriak laki-laki berjaket kulit berwarna hitam.Sehingga membuat beberapa pengendara motor yang kebetulan lewat di sana, datang membantu. Ada sekitar empat atau lima orang yang turun dari motor berusaha memecahkan kaca jendela mobil.Namun tampaknya agak sulit untuk membuka pengait kunci otomatis mobil Arga. "Ah ... sial, macet susah buat dibuka!" seru yang lainnya sedikit mengeluh.Kecelakaan itu me
Bu Salamah yang baru saja kembali setelah mencari makanan di luar buat Nayla sarapan, merasa kaget ketika mendengar suara teriakan putrinya dari dalam kamar. Dengan seketika ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar.Dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat Arga sedang memeluk paksa Nayla. Lalu dengan sangat geram ia segera mendorong kasar tubuh lelaki itu agar menjauhi putrinya."Apa yang kamu lakukan?" bentaknya seraya menatap nanar pria itu. "Ibu!" Sembari menangis Nayla segera memeluk Ibunya. "Ibu, tolong usir dia dari sini!" tunjuknya ke arah Arga."Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tolong jauhkan dia dariku, Ibu!" pintanya. Dengan raut wajah memohon, wanita berpakaian pasien itu tampak begitu tertekan dan sangat membenci Arga."Iya, Ela Sayang. Ini Ibu, Sayang. Sudah kamu yang tenang ya, jangan nangis lagi, ok?" Wanita paruh baya itu balas memeluknya dan mengusap-usap punggunggnya pelan. "Baiklah, Ibu pasti akan menjauhkan laki-laki itu darimu, Ela." Wanita paruh baya i
Dengan satu per satu, mata Nayla menyorot tajam ke semua orang yang kini hanya tertunduk diam membisu tidak ada yang mau angkat bicara.Sehingga membuat hatinya kian merasa sangat penasaran dan juga ketakutan membayangkan sesuatu hal yang buruk telah terjadi pada sang calon buah hatinya kini. "Kenapa kalian semua diam?" tanyanya. "Baiklah kalau kalian tidak mau menjawab, biar aku tanyakan langsung pada dokter saja sekarang." Dengan sifat keras kepalanya, tiba-tiba gadis yang masih diperban kepalanya itu hendak turun dari ranjang. Sehingga membuat semua orang itu pun menjadi panik dan langsung mencegahnya."Jangan, Nayla. Kamu diam saja di sini!" "Dengarkan Ibu, Ela. Kamu 'kan baru sadar dari koma. Jadi, sebaiknya kamu jangan berpikiran yang macam-macam dulu, Ok! Nanti bila kamu sudah benar-benar merasa baikan baru kita akan bicara lagi ya, Sayang!" Dengan penuh kelembutan, Bu Salamah mengusap pelan kepala gadis itu. Berusaha untuk menenangkannya.Namun, tampaknya hati Nayla tetap ta
"Bohong, semua itu tidak benar." Dengan wajah yang terlihat sangat panik dan juga ketakutan, Siska menggelengkan kepala mencoba untuk menyangkal. "Papah, tolong jangan percaya sama dia! Bi-bisa saja dia hanya ingin menuduhku dan ingin membuat Papah jadi salah paham terhadapku, Pah. La-lagi pula mana mungkin aku melakukan itu." Wanita yang tengah berdiri di hadapan suaminya itu terus memohon dan berusaha untuk menyakinkannya.Seperti orang yang sedang berperan sebagai antagonis, Bu Salamah kembali tergelak dengan sangat sinis dan sumbang menertawakan wajah gugup dan ketakutan wanita itu. Sedangkan Bagas masih tak bergeming, diam mematung karena kebingungang. Begitu juga dengan yang lainnya. Dengan berbagai pertanyaan yang kini mulai timbul di hati mereka masing-masing, semua orang itu hanya terdiam tak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun. Sungguh mereka kini dibuat syok, kebingungan dan sekaligus penasaran ingin tau apa yang akan dikatakan oleh Bu Salamah selanjutnya. Dan benar
Plakk!Dengan sangat syok, sebelah pipi Arga kembali mendapatkan sebuah tamparan keras dari seorang wanita paruh baya. Sehingga membuat semua orang yang berada di sekitarnya pun langsung dibuat kagèt dan melongo kebingungan melihatnya.Terlebih lagi Daniel dan Reza, ikut meringis miris membayangkan bagaimana rasanya menjadi korban tamparan dari dua orang wanita yang berbeda."Uhh!" Sambil memegangi pipinya sendiri, kedua pria itu cukup merasa prihatin padanya.Namun, kali ini bukanlah Bu Salamah yang melakukannya. Melainkan sang ibu mertuanya.Dengan wajah yang terlihat merah padam, wanita berpakaian modis dan elegan itu melotot tajam ke arahnya menantunya. Sungguh ia merasa sangat marah dan tidak terima dengan tindakan Arga yang telah melaporkan putrinya ke polisi waktu itu. Hingga membuat putrinya menjadi buronan dan berakhir dengan kehilangan nyawa.Keadaan di depan ruang rawat Nayla kini terlihat kembali menegang karena peristiwa itu. Tentu semua orang-orang yang ada di sana tamp