"Oh, ti-tidak usah. Sa-saya bisa melakukannya sendiri." Seketika itu wajah gadis berlesung pipi itu terlihat memerah karena merasa malu dan juga panik. Sebisa mungkin ia langsung menolaknya.
Dengan degup jantung yang berdetak sangat kencang, kedua tangannya gemetar mendorong dada bidang milik laki-laki tersebut berusaha agar bisa terlepas dari pelukannya.Sungguh badan Nayla kini terasa panas dingin tidak karuan. Ada perasaan malu, panik, grogi, dan juga ketakutan semuanya bercampur aduk menjadi satu. Karena baru kali ini ia harus berhadapan dengan seorang pria dalam keadaan jarak yang begitu dekat seperti sekarang ini. Sehingga membuatnya menjadi salah tingkah dan tak tau harus berbuat apa sekarang."Hahaha ... kamu ini aneh dan lucu banget sih? Kenapa muka kamu jadi tegang banget kayak gitu?" Laki-laki itu malah tertawà seolah-olah sedang meledeknya. Entah mengapa ia merasa sangat senang dan gemas melihatnya."Lagi pula kita ini, 'kan udah sah menjadi suami istri. Jadi ... boleh dong, aku bantuin kamu untuk melepas semua pakaianmu ini. Dan pastinya kamu sangat kerepotan untuk melepasnya, bukan?" Masih sambil memeluk pinggang wanita itu, dengan sangat jail laki-laki itu sengaja ingin terus menggodanya.Dengan sangat gugup Nayla langsung menggelengkan kepala. "Tidak, Tuan. Tidak apa-apa. Saya bisa kok melepasnya sendiri," tolaknya lagi."Baiklah, jika kamu tidak mau aku juga tidak akan memaksa. Tapi ... kalau aku melepas maskermu ini boleh, 'kan?"Degg!Lagi-lagi kedua mata Nayla terbelalak kaget mendengarnya. Di saat melihat salah satu tangan Arga yang akan melepas maskernya. Dengan segera tangan yang semula sedang mendorong dada bidang laki-laki Itu, seketika langsung berpindah menahan masker yang masih menempel di wajahnya. Lalu secara reflek gadis itu terpekik, "Jangan!"Sehingga membuat Arga langsung mengerutkan dahinya merasa keheranan dan sekaligus syok melihatnya. "Lah, kenapa tidak boleh?" tanyanya bingung."Aduh ... aku harus beralasan apa lagi sekarang?" batin Nayla yang merasa sangat kebingungan."Em ... mak-maksudnya jangan sekarang, Tuan. Saya malu wajah saya masih sangat kotor karena make-up nya belum saya bersihkan," jawabnya asal."Na-nanti kalau setelah saya mandi pasti saya akan melepas masker ini," lanjutnya lagi."Oh, begitu. Em ... baiklah." Walaupun jawaban Nayla terdengar sangat mengada-ada. Tetapi pria itu berusaha untuk memakluminya."Ya sudah, sebaiknya kamu mandi sekarang! Dan aku akan menunggumu di sini!" Dengan mendengus kesal, pada akhirnya pria itu melepas pelukannya.Sehingga membuat Nayla merasa sedikit lega. "Em ... tidak-tidak, Tuan. Biar Tuan saja yang mandi duluan. Nanti setelah itu baru bergantian saya yang mandi.""Kalau begitu kenapa kita gak mandi bareng saja sekalian," celetuk Arga. Dengan menaikan sebelah alis, lelaki itu tersenyum tengil padanya."Hah! Dia mau mengajakku mandi bareng? Matilah aku! Bagaimana cara menolaknya ini? Ya Tuhan, tolonglah hambamu ini!" batin Nayla resah.Ketika melihat raut wajah Nayla yang kembali tampak panik pucat pasi seperti itu, Arga malah semakin ngakak. Dirinya benar-benar merasa sangat lucu dan terhibur melihat betapa polosnya gadis yang ada di hadapannya ini."Hahaha ... bercanda lagi. Serius amat sih? Ya sudah, baiklah aku yang akan mandi duluan. Udah gak betah pingin ganti baju nih."Lalu, tanpa memperdulikan bagaimana reaksi Nayla yang sudah kalang kabut tidak karuan, lelaki itu langsung saja membalikan badan dan segera berjalan menuju kamar mandi."Huff!" Begitu melihat Arga sudah memasuki kamar mandi, sambil mengusap dada gadis itu baru bisa bernafas lega. Sungguh ia seperti habis spot jantung saja. Dadanya terasa kempang-kempis hampir tidak bisa bernafas.Walaupun yang sebenarnya ia masih panik dan juga ketakutan, tetapi setidaknya kali ini ia masih bisa mengulur waktu agar lelaki itu tidak bisa melihat wajahnya yang sesungguhnya."Duh ... mana sih, orang suruhan Nyonya Winda? Kok belum datang juga, sih?" gumamnya mulai resah.Gadis itu kembali bergerak gusar. Dengan raut wajah yang terlihat sangat tegang, Nayla berjalan mondar-mandiri di depan pintu. Ia sangat berharap ada seseorang yang datang ke kamar tersebut.Dan benar saja, tak berselang lama terdengar suara ketukkan pintu.Tok-tok-tok!Sehingga membuat gadis itu terlonjak kaget dan segera membuka pintu. Begitu membuka pintu ia melihat ada seorang pria berseragam pelayan hotel sedang berdiri di sana."Selamat malam, dengan Nona Larissa?" ucapnya sambil tersenyum ramah."Iya saya Nay, eh maksudnya Larissa. Anda ...." Gadis itu tampak sedang menebak siapa pria itu.Sedangkan sang pelayan hotel itu langsung tersenyum lagi padanya. Ia pun mengerti kalau gadis yang ada di hadapannya itu sedang merasa kebingungan."Ya, Nona. Saya adalah orang suruhan Nyonya Winda. Dan ini adalah minuman yang sudah disiapkan untuk Nona dan Tuan Arga." Pria itu menyodorkan nampan bundar yang berisikan 2 gelas orange jus kepadanya."Oh, baiklah terimakasih." Dengan sangat hati-hati gadis itu segera mengambil 2 gelas minuman itu. Lalu bergegas ingin meletakkannya di atas meja yang ada di tengah ruang kamar tersebut.Namun, baru saja ia membalikkan badan, si pelayan tadi kembali berkata, "Tunggu, Nona!""Ya, ada apa lagi, Mas?" jawab Nayla menoleh ke arahnya."Em ... saya hanya ingin memberitahukan kepada Anda. Kalau minuman yang untuk Tuan Arga itu yang ada di sebelah kanan tangan Anda. Awas jangan sampai tertukar!" tukas si pelayan itu."Hah, oh ya ya. Baiklah akan aku ingat. Terimakasih?" sahut Nayla sambil mengangguk."Kalau begitu saya permisi." Kemudian si petugas hotel itu pun segera undur diri dari hadapannya.Lalu dengan sedikit gugup, gadis itu segera mendorong pintu dengan sikunya. Setelahnya ia pun bergerak mendekati meja. Namun, di saat ia akan meletakan gelas itu di atas meja, tiba-tiba saja ia mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.Sehingga membuat gadis itu merasa sangat panik dan dengan asal segera meletakan kedua gelas tersebut.Sedangkan Arga tampak mengernyitkan dahinya. Ia kembali merasa ada kejanggalan dari tingkah laku gadis itu. Entah hanya perasaannya saja atau memang ada yang tidak beres?Ia melihat dari awal acara pernikahannya tadi, gerak gerik gadis tersebut sungguh terlihat sangat mencurigakan. Mulai dari ia yang terus-terusan memakai masker seolah-olah dirinya tidak boleh melihat wajahnya yang sesungguhnya.Lalu sekarang, gadis itu tiba-tiba terlihat sangat kaget, tegang dan panik. Entah apa yang selalu membuatnya menjadi seperti itu. Sungguh ini benar-benar aneh bukan? Arga merasa kalau gadis itu seperti sedang sembunyikan ataupun merencanakan sesuatu padanya. Tetapi apa? Ia pun tidak tau dan merasa sangat penasaran saja.Dengan memakai bathrobe yang sedikit terbuka di bagian dadanya, lelaki itu berjalan mendekatinya. Sehingga membuat Nayla yang melihatnya langsung menundukkan pandangan karena merasa sangat malu ketika melihat dada bidang lelaki itu yang kini sedikit terekspos jelas di hadapannya itu.Dengan rambut yang masih sedikit basah, lelaki itu tersenyum miring padanya."Aku sudah selesai mandi. Sekarang giliran kamu yang mandi. Apa tidak sebaiknya kamu melepas semua pakaianmu itu di sini saja?" tawarnya lagi."Hah, tidak-tidak perlu. Biar saya melepaskannya di dalam kamar mandi saja nanti," jawab Nayla."Em ... ini, Tu-tuan. Saya telah memesan minuman untuk Tuan." Dengan sedikit kebingungan gadis itu menyambar salah satu gelas. Lalu dengan segera ia menyodorkan gelas tersebut kepada Arga.Dengan sedikit curiga, Arga pun menerimanya. "Terimakasih. Lalu, minuman kamu mana?""O-oh Ini. Saya juga sudah ada kok." Nayla mengambil gelas yang satunya lagi. Kemudian menunjukkannya kepada Arga."Oke, ayo kita cerrss ...." Lelaki tampan itu segera menempelkan kedua gelas tersebut hingga berbunyi 'Ting!'. Lalu dengan tanpa ragu ia segera menenggak minuman tersebut hingga habis.Berbeda dengan Nayla, yang hanya menyeruput beberapa teguk saja. Karena saking paniknya tadi, ia pun lupa minuman mana yang seharusnya ia berikan kepada Arga. Sehingga dirinya kini merasa ragu dan bingung, apakah minuman yang ia berikan padanya adalah minuman yang benar?"Duh ... semoga saja tadi aku tidak salah mengambil minuman itu," batinnya lagi.Lalu dengan harap-harap cemas, gadis itu kini tinggal menunggu bagaimana reaksi apa yang akan ditimbulkan oleh minuman tadi.1 detik.2 detik.Hingga tiba-tiba saja ....Brugg!Sementara di dalam sebuah taksi, sekitar beberapa jam yang lalu. Terlihat seorang gadis cantik berpakaian modis dengan gaya ala-ala k-pop sedang duduk seorang diri di kursi penumpang.Gadis itu terlihat sangat cantik dengan rambut lurus yang panjang terurai berwarna pirang, kulit putih bersih, hidung mancung dan tidak lupa sepasang bola mata yang indah berwarna kecoklatan itu terlihat begitu sempurna bak seorang artis Korea saja.Dan gadis itu bernama Larissa Aditama Putri, yang merupakan putri tunggal dari pasangan Winda Atmajaya dan Aditama Putra. Ya, dia adalah sang pengantin asli yang berhasil kabur dari rumahnya sendiri.Namun setelah berhasil kabur, kenapa gadis kaya nan manja dan keras kepala itu kini malah berniat ingin kembali ke rumah? Ada apakah gerangan?"Hiks-hiks ... dasar brengsek! Sialan kau Riky! Udah aku bela-belain kabur dari pernikahan untuk datang ke apartemen kamu. Ternyata kamu malah lagi main belakang dan asik-asikan sama si cewek murahan itu.""Apa kurangku se
Sementara masih berada di dalam sebuah kamar VVIP hotel milik keluarga Dewantara, sepasang pengantin baru Itu masih terdiam berdiri mematung di dekat meja samping ranjang. Mereka kini saling berhadapan. Lelaki tampan nan rupawan itu dengan intens terus memangamati gadis cantik tersebut dari atas hingga bawah.Dengan sorot matanya yang tajam, sudut bibirnya menyungging menampakkan senyum devil padanya. Seolah pria tersebut tengah merencanakan sesuatu hal ataupun sedang menilai dirinya saja.Glek!Sehingga membuat gadis yang ada di hadapannya itu gugup dan langsung menelan salivanya dengan kasar. Sungguh ia benar-benar merasa sangat panik dan tidak karuan. Ingin rasanya ia menghilang dari muka bumi ini agar ia tidak berada di posisi yang sangat menegangkan seperti yang saat ini.Dengan harap-harap cemas, gadis itu kini tinggal menunggu bagaimana reaksi apa yang akan ditimbulkan oleh minuman tadi. Dan ia berharap bahwa dirinya tadi tidak salah memberikan minuman padanya.Karena, apa bila
Aditama dan Winda yang ikut menginap di kamar lain yang letaknya tak jauh dari kamar Arga dan Nayla, merasa sangat syok. Di saat mereka sedang keluar kamar, tiba-tiba saja keduanya melihat ada sesosok gadis muda yang sedang berdiri di depan kamar pengantin."Larissa!" pekik keduanya, secara bebarengan membelalakan mata.Lalu dengan sangat panik, sebelum Arga sempat membuka pintu, terlebih dahulu pasangan suami istri itu langsung menghampiri dan menyeret anak gadisnya tersebut untuk masuk ke dalam kamar mereka."E-eh ... Papa, Mama!" Larissa terpekik kaget. Karena tiba-tiba saja ada yang menarik tubuhnya dari belakang."Stt ...." Kedua paruh baya itu langsung melotot dan menempelkan jari telunjuk di bibirnya masing-masing."Jangan berisik, Rissa!" tandas Aditama."Ya ampun, Rissa! Kamu ke mana saja, Sayang? Sukurlah kamu sudah kembali. Jadi, Mama sama Papa gak perlu susah-susah lagi cariin kamu," sambar Winda. Sembari memeluk tubuh gadis itu, ia kini bisa bernafas lega."Tunggu-tunggu,
Keesokan harinya.Dengan rasa kantuk dan lelah yang luar biasa, perlahan Nayla mulai terbangun. Di antara setengah sadar ia merasa seperti habis mimpi bercinta dengan seorang pria yang sangat tampan, menawan dan gagah perkasa di atas ranjang. Sehingga membuat tubuhnya merasa sangat kelelahan."Tetapi, kenapa seperti nyata, ya? Dan kenapa pula badanku ini terasa sakit semua?" ujarnya membatin.Pelan-pelan gadis itu membuka mata dan mulai menngedarkan pandangannya ke sekitar. Dan betapa tekejutnya ia, ketika menyadari bahwa ia tidak berada di kamar yang biasanya ia tempati."Di mana aku?" gumamnya merasa kebingungan. Ia masih belum menyadari apa yang tengah terjadi padanya semalam.Lalu di detik berikutnya, ia merasa semakin syok.'Degg!'Seketika itu ia membelalakan matanya ketika merasa ada sebuah tangan kekar yang sedang memeluk pinggangnya dari belakang.Dengan dada yang bergemuruh, badannya kini serasa membeku dan tidak bisa digerakan. Lalu dengan tangan yang bergetar ia mulai meny
"Tunggu, Nayla? Kenapa kamu jalannya seperti itu? Dan kenapa pula kamu semalam tidak keluar dari kamar, huh? Atau ... jangan-jangan--" Dengan memicingkan sebelah mata, Larissa mentapnya curiga.Walaupun sebenarnya Nayla merasa sangat panik dan juga ketakutan. Namun sebisa mungkin ia tetap terlihat biasa saja. Agar wanita judes yang ada di hadapannya ini tidak mencurigainya lagi."Em, i-itu. Karena saya tadi terburu-buru ingin keluar dari kamar, sehingga dengan tidak sengaja kaki saya malah membentur pintu. Sahingga membuat kaki saya ini merasa sedikit kesakitan, Nona." Dengan tersenyum kaku gadis itu mengarang cerita."D-dan se-semalam ... karena kami berdua merasa sangat kecapean. Se-sehingga kami pun langsung tertidur dengan begitu saja, Non," lanjutnya dengan gugup."Hah, tertidur?!" Larissa mengeryitkan dahinya."Ta-tapi, Nona tenang dulu! Karena semalan kami tidur terpisah kok. Saya tidur di sofa dan Tuan Arga di kasur. Ja-jadi --" Belum selesai Nayla bercerita, dengan sangat kes
"Siapa kamu?" tanya Arga menatap tajam ke arah wanita cantik bergaun merah maroon yang sedang berdiri mematung di depan pintu kamarnya.Deg!Larissa langsung tersadar dari lamunannya. Kini raut wajahnya tampak gugup dan juga kebingungan."H-hay, Sayang. Kamu sudah bangun?" tanyanya tergagap. Dengan tersenyum manis, sebisa mungkin gadis itu bersikap normal seperti tidak pernah terjadi apa-apa.Padahal kalau boleh jujur, hatinya kini terasa deg-deg ser tidak karuan. Ia sangat gugup dan juga ketakutan sedang menduga jangan-jangan lelaki itu sudah melihat wajah Nayla semalam.Perlahan wanita itu berjalan mendekati Arga yang masih terbengong terus menatapnya kebingungan."Tunggu-tunggu-tunggu! Sebenarnya kau ini siapa? Dan kenapa pula kau berada di sini, huh?" bentak Arga. Ia merasa sangat yakin kalau wanita yang ada di hadapannya ini bukanlah Larissa.Lelaki berparas tampan itu masih mengingat dengan jelas bagaimana rupa wajah Larissa semalam jelas sangat berbeda jauh dengan wanita ini. Ya
Pada sore hari, Arga masih berada di dalam kamar hotel. Sedangkan Larissa meminta izin untuk pulang ke rumahnya terlebih dahulu.Dengan ditemani dua orang pria yang terlihat sedang duduk santai di sisi kanan- kirinya. Lelaki tampan berkemeja hitam itu kini sedang duduk termenung di sebuah sofa yang ada di tengah-tengah ruangan.Lelaki itu sengaja mengundang kedua orang tersebut untuk menceritakan semua hal kejadian aneh yang telah dialamaminya sejak awal pernikahannya kemarin."Jadi, tadi pagi Abang nyuruh aku ngirim foto Larissa itu karena masalah ini, Bang?" tanya seorang pria yang berusia 3 tahun lebih muda dari Arga.Arga pun mengangguk malas."Tunggu tunggu tunggu! Kok aku jadi bingung ya?" sela pria yang satunya lagi. "Kamu bilang kalau gadis yang kemarin itu adalah Larissa palsu? Maksudnya bagaimana sih?" Dengan memasang wajah kebingungan, pria yang bernama Daniel Jackson itu menatap kedua temannya secara bergantian."Huff!" Terlihat Arga menghela nafas panjang. Sepertinya pria
Di dalam sebuah kamar pelayan yang ada di bagian belakang dari rumah keluarga Aditama. Terlihat seorang gadis cantik kini sedang duduk meringkuk di atas ranjang.Dengan ditemani seorang wanita yang usianya 8 tahun lebih tua darinya, gadis itu menangis sesegukan menceritakan semua hal yang telah terjadi padanya semalam."Ya, Allah, Nay. Kamu yang sabar ya!" ujar Eni yang ikut menitikan air matanya karena merasa sedih ketika mendengar semua ceritanya tadi."Hiks ... hiks ... sekarang aku harus bagaimana, Mbak? Mahkotaku kini sudah hancur da-dan aku sudah tidak suci lagi, Mbak. Hiks ... hiks!" ucap Nayla. Dengan tersedu-sedu gadis berlesung pipi itu masih meneruskan tangisnya yang seolah tidak bisa untuk dihentikan.Eni langsung memeluknya dengan sangat erat. Lalu mengusap-usap punggungnya pelan, mencoba untuk menenangkannya. Sungguh ia merasa miris, iba dan tidak tega melihat gadis yang baru 4 bulan yang lalu ia bawa untuk bekerja di rumah ini, tengah bersedih.Dirinya tidak pernah meny