Beranda / Romansa / Pengantin Kedua Sang CEO / CHAPTER 59 (Mengakui Perasaan)

Share

CHAPTER 59 (Mengakui Perasaan)

Penulis: Madam Assili
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-09 12:00:58

Hanna mendesah pasrah. Baiklah dia harus benar-benar kembali mengakui bahwa dirinya terlalu lemah untuk sekedar memberikan penolakan. Tubuhnya sering kali berkhianat dengan keinginannya sendiri. Tangannya seolah bermuatan magnet sehingga dengan mudah bergeser dan menempel ke wajah Bart. Membelainya lembut, merasakan rambut-rambut halus itu di setiap sudut jemarinya.

"Tapi ..." ucap Hanna dengan ragu. Jari jemarinya berhenti bergerak-gerak pada satu titik, tepat di atas bibir sang suami. 

Mata Bart mengerling ke arah dua mata Hanna yang menatapnya begitu lekat, berusaha menyelami perasaan wanita itu, "Tapi apa?" tanyanya penasaran.

"Tapi, bagaimana aku bisa memastikan jika kamu tidak akan mengecewakan aku lagi, Bart? Hatiku tidak sekuat yang kamu pikir, suatu hari nanti aku mungkin akan menyerah dengan sikapmu itu." Hanna melepaskan pandangan matanya yang sejak tadi bersitatap dengan kedua mata Bart, lalu mengalihkan tatapan ke arah jempolnya yang mengusa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 60 (Pura-pura Tidur)

    "Gila!" umpat Tonny di dalam hati. Sepertinya Sophia baru saja menunjukkan gelagat yang mencurigakan. Akan tetapi, Tonny tidak bisa mendengar percakapan yang dilakukan wanita licik itu di dengan lawan bicaranya melalui sambungan telepon tadi. Tonny yakin, sesuatu yang buruk sedang direncanakan oleh wanita itu. Tonny tetap berpura-pura tidur hingga yakin tidak ada lagi yang perlu dia dengar. Namun, Tonny masih berharap akan ada titik terang yang dapat menuntunnya menemukan sebuah kebenaran. Pergerakan Sophia yang terdengar mengendap-endap tentu saja tak lepas dari pengamatan Tonny dalam kepura-puraannya. Dia mendengar suara pintu ruang perawatan terbuka dan tak lama kemudian terdengar bisikan yang tidak begitu jelas. Namun, Tonny yakin seseorang yang datang merupakan salah satu sumber fakta yang berhubungan dengan rencana jahat Sophia. "Sudah kukatakan jangan ke sini. Kamu hanya akan memperburuk suasana," bisik Sophia tepat di depan pintu yang terbuka. Tepat di

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 61 (Penyelidikan Tonny)

    Satu hal yang membuat Tonny ingin sekali tertawa saat ini, bukankah Sophia biasanya terlihat sangat lemah saat berhadapan dengan Bart. Bahkan ketika ingin makan saja dia meminta untuk disuapi dengan alasan tangannya yang sering kali gemetaran saat memegang gagang sendok. Tapi, Tonny menyaksikan sendiri seperti apa gesitnya wanita itu ketika menghindar. Tonny terkekeh dalam hati setelah yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan wanita itu. Setidaknya, hari ini dia sudah menemukan sedikit petunjuk tentang niat buruk Sophia. Satu hal lagi, dia sangat yakin jika orang yang baru saja datang tadi adalah Samantha. Tonny tidak perlu gegabah dengan langsung mengabarkan hal ini kepada Bart. Dia mungkin akan memberi sedikit waktu sampai benar-benar yakin dan menemukan bukti-bukti yang bisa membuka topeng kedua wanita licik itu. Di dalam kamar, Sophia berulang kali menarik napas panjang. Dia berpikir rahasianya hampir saja terbongkar. Dia menyembunyikan koper itu di tempat yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 62 (Bulan Madu)

    Memiliki hubungan pernikahan yang sehat tentunya menjadi sebuah pencapaian yang diinginkan setiap pasangan yang menikah. Bart merasa tidak pernah merasa setenang ini menjalani kehidupan, meskipun hubungan baiknya bersama Hanna baru saja dibangun beberapa jam yang lalu. Dia bahkan hampir melupakan keberadaan Sophia yang terakhir kali dia lihat masih lemah berbaring di rumah sakit. "Hey, bagaimana jika kita berbulan madu?" Bart memeluk Hanna dari belakang saat wanitanya sedang menatap ke luar jendela. Entah apa yang dipikirkan Hanna, sejak tadi wanita itu tak henti untuk tersenyum. Mendengar ajakan Bart membuat Hanna melebarkan kedua matanya kemudian berbalik dengan ekspresi takjub. Pertama kali yang dia lihat adalah deretan gigi-gigi milik Bart berjejer rapi di antara dua bibirnya yang terbuka. Bagaimana mungkin Bart yang dingin bisa bersikap semanis ini. Apakah ini benar-benar sosok pria yang sudah menikahinya ataukah Bart terlahir menjadi manusia yang baru?

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-23
  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 63 (Pengejaran)

    Tidak ada yang boleh mengetahui rencananya bersama Sophia. Matthew ingin Bart benar-benar hancur. Hancur dalam segala hal. Selama bertahun-tahun sejak pertemuan mereka yang kacau. Bart sudah menjadi ikon saudara yang buruk di mata Matthew. Dia menginginkan apa yang dimiliki Bart. Harta, ketenaran, bahkan istri yang dimiliki Bart, terlebih lagi wanita yang menjadi istri Bart adalah Hanna, kekasihnya di masa lalu yang masih begitu dia cintai. Mattew melajukan kendaraannya melalui jalan tol yang cukup sepi di waktu-waktu sekarang. Ini merupakan pilihan yang tepat dengan apa yang dia rencanakan. Dari kaca spion yang ditatap Matthew, nampak sebuah mobil minibus milik Tonny mengekorinya dari jarak yang cukup dekat. Matthew mendesis, dia menginjak pedal melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Menyadari itu, Tonny terpancing untuk mengejarnya. Beberapa saat setelahnya, Tonny menyadari bahwa Matthew sengaja melakukan itu untuk melarikan diri karena menyadari tujuannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-23
  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 64 (Panggilan dari Rumah Sakit)

    Hanna menggigit bibir kala Bart mengendus di ceruk lehernya, dia meraih kedua pundak Bart dan meremasnya. Drrrrt ... Getar ponsel milik Bart kembali membuyarkan fokus pria itu. Bart tahu, panggilan bisa dipastikan berasal dari Sophia. Dia sudah berjanji untuk mengabaikan panggilan-panggilan dari wanita itu sementara dirinya sedang bersama Hanna. Bart bangkit dan menghentikan aktifitasnya sejenak. Ekor mata Hanna mengikuti pergerakan Bart, "Panggilan dari wanita itu lagi?" tanyanya. Sambil tersenyum, Bart meyakinkan Hanna, "Saya hanya ingin menon-aktifkan ponsel ini, rasanya tidak nyaman jika harus membiarkannya mengganggu malam kita." Bart terkekeh. Hanna membuang pandangan dengan malu-malu, dia juga merasa bangga seolah dinomor satukan oleh suaminya kali ini. Bart mengambil ponselnya dengan kasar. Baru saja dia ingin menekan tombol non aktif, tapi nama yang tertera di layar ponsel kembali membuatnya terganggu. Bart ingin menerima panggi

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24
  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 65 (Kehilangan)

    Bart melajukan mobil di atas kecepatan rata-rata. Keinginannya hanya satu, memeluk Hanna dengan erat dan mengucapkan permohonan maaf bertubi-tubi. Sikap Sophia membuatnya terlihat bodoh. Begitu bodohnya hingga mau saja pergi meninggalkan istri yang nyata-nyata lebih memiliki posisi yang lebih penting. Setiap kali melewati kemacetan, Bart selalu saja merutuk. Dia ingin sekali cepat tiba menemui Hanna. Setibanya, Bart berlari menuju pintu utama. Suasana kediamannya itu terlihat normal, dari lantai bawah dia bisa menyaksikan pintu kamarnya bersama Hanna terbuka dan lampu pun menyala. Ada sedikit perasaan tenang yang dirasakan Bart mana kala dirinya meyakini jika sang istri belum tidur. Itu artinya mereka memiliki kesempatan untuk membahas kejadian malam ini. "Hanna," panggil Bart ketika dia sudah memasuki kamar. Namun, dia tidak menemukan keberadaan istrinya di sana. Bart membuka pintu kamar mandi, berharap jika wanita yang dia cintai sedang berada di dalam sana.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 66 (Ayah Mertua)

    Sesak tiba-tiba mendera di dalam dada, Hanna mencoba untuk mengatur laju embusan napasnya yang semakin tak beraturan mana kala menyaksikan foto sang suami yang berada di layar ponsel. Tatapannya mengarah ke gumpalan-gumpalan awan yang tebal, tepat berada di ketinggian tiga puluh dua ribu feet di atas permukaan laut. Ada kerinduan dan kekecewaan yang membaur menjadi satu, tapi begitu sulit untuk dijabarkan lebih jelas. Hanna ingin sekali bersandar di dalam pelukan pria itu. Namun, sepertinya sudah cukup untuk tidak membohongi diri sendiri lagi dengan meyakinkan bahwa sang suami benar-benar mencintainya seperti apa yang terlihat terakhir kali. "Kau menyesal meninggalkannya, Nak?" ucap pria paruh baya yang duduk di samping wanita itu. Pria yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Hanna yang terlihat murung. Sesekali wanita itu mengusap sudut matanya yang basah, dan hal itu tidak luput dari pengamatan sang pria. Wajah pria itu terlihat tampan meskipun sudah berumu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-02
  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 67 (Tumbang)

    "Kau tentu mengenal Tonny, bukan? Selama ini dia terlihat seperti orang kepercayaan Bart, tapi sebenarnya Tonny bekerja untukku." Tuan Chris menjelaskan semua kejadian sejak awal hingga hari di mana dirinya mendengar kabar bahwa Tonny mengalami insiden. Terakhir kali Tonny menghubunginya tadi malam, tepat beberapa saat sebelum terjadinya insiden itu. Namun, Tuan Chris memilih untuk tidak menemui Tonny yang saat ini sedang menjalani perawatan, setelah dia yakin bahwa pria itu sedang berada di tempat yang aman, dan justru memilih untuk menemui Hanna dengan cara ini. Hanna melebarkan kedua matanya setelah mendengar semua penjelasan yang keluar dari mulut Tuan Chris. Segala tentang kebusukan Sophia, Matthew yang ternyata memiliki pertalian darah dengan Bart juga memiliki motivasi tertentu untuk menghancurkan kehidupan pria itu, serta kenyataan tentang jati diri Thomas. "Hanna, kamu tahu, 'kan seperti apa watak suamimu? Dia akan melakukan apapun agar pernikahannya t

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-02

Bab terbaru

  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 122 (Mari Bercinta)

    "Hanna, aku membawakanmu es krim," ucap Bart dengan antusias. Hanna melebarkan kedua kelopak mata dengan perasaan terkejut. Baru saja dia merindukan Bart, kini pria itu sudah berada di hadapannya. Hanna melirik ke arah papper bag yang dia yakini berisikan es krim seperti yang dia inginkan. Bart membuka papper bag tersebut setelah menyadari arah fokus mata istrinya itu. Sebuah es krim strawberry dengan warna pink terbungkus sebuah kotak dengan gambar yang menggiurkan. Hanna menelan ludah dengan kasar, dia membayangkan rasa es krim yang masih berada di tangan suaminya. "Apa yang kau lakukan?" ucap Hanna dengan nada sinis. Bart mendekat, meletakkan kotak es krim di atas meja. "Aku sudah memperingatkanmu untuk pergi dari hidupku, 'kan? Untuk apa kau kesini, bukankah semuanya sudah jelas!" Hanna membuang wajah saat Bart tak memutus sedikit pun pandangannya. "Hanna, aku bisa menjelaskan semuanya." Hanna menggigit bibirnya kuat-kuat, dan .."Aw!" Bibirnya berdarah bersamaan dengan suar

  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 121 (Drama Es Krim)

    "Aku dan Hanna sempat bertemu dan dia memelukku. Aku pikir dia sudah memaafkankau. Kalian tahu bagaimana aku sangat merindukannya. Aku bahkan sampai menyusulnya ke sini karena tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku tak tahu jika Hanna sedang mengandung anakku. Aku bahkan berpikir dia memiliki hubungan khusus bersema pria lain dan melupakanku begitu saja," ucap Bart penuh sesal. "Pria yang menjadi salah satu korban ledakanitu?" sahut Tuan Megens bertanya."Ya, namanya Paul. Dia pernah mengancamku di awal pernikahanku bersama Hanna. Yang kutahu dia pernah mencoba untuk mendekati Hanna sa-saat Sophia kembali." Bart merasa tak nyaman saat menyebut nama Sophia seolah kenangan buruk itu kembali berputar di dalam ingatan. Kenangan di mana dirinya sudah melukai istrinya sendiri dengan mengabaikan wanita itu dan memilih untuk menemani wanita lain. Wajah Tuan Megens berubah masam saat mendengar putranya menuduh istrinya sendiri memiliki hubungan bersama pria lain, padahal wanita

  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 120 (Pernyataan Cinta)

    Bart melangkah perlahan saat posisinya sudah benar-benar dekat dengan tirai pembatas antar brankar pasien. Dia kemudian menyibak tirai tersebut dnegan rasa gugup yang entah mengapa semakin tak terkendali. Jantungnya bertalu dengan kencang. Bahkan Bart sempat memegangi dadanya yang terasa nyeri. Napas pria itu berembus cepat dan pendek. Bart seolah tak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Saat tirai terbuka, tubuh Bart seolah membeku, hawa dingin menjalar hingga dia tidak merasakan pijakan lagi. Bart tercengang untuk beberapa saat ... "Bart! Bart! Kumohon jangan tinggalkan aku lagi!" Hanna menjerit saat mendapati Bart yang terkulai tak berdaya di hadapannya. Padahal ini adalah momen dimana mereka kembali dipersatukan, setelah sekian lama keduanya tak saling besitatap. Hanna mengabaikan luka dan lebam di tubuhnya. Dia beranjak dari brankar untuk meraih tubuh sang suami yang sudah tak menjawab panggilannya. "Bart kumohon! Bangunlah! Bertahanlah untuk aku dan bayi kita." Hanna benar-be

  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 119 (Penghormatan Terakhir)

    Bart merasa harga dirinya tercederai karena telah membiarkan Hanna hamil seorang diri. Bagaimana bisa dia tidak mengetahui hal itu dan bagaimana Hanna menjalani hari-harinya bersama buah cinta mereka tanpa kehadiran Bart. Terbayang wajah Hanna yang menjalani masa-masa sulit dan menyembunyikan kehamilannya, padahal mereka begitu ingin memiliki keturunan sejak menyadari perasaan mereka di awal pernikahan. "Terima kasih, Issabelle," ucap Bart kembali merangkul Isabelle yang masih terisak mencoba menerima kenyataan pahit yang dia alami. Dia tidak menyangka jika Hanna mengandung anaknya dan tetap menjaga janin tak berdosa itu meski Bart sudah membuatnya terluka berulang kali. Apakah itu sebuah sinyal bahwa mereka bisa bersatu kembali, terlebih lagi berkas pembatalan pernikahan mereka berdua masih bisa dicabut dari pengadilan. Kali ini Bart tak akan membiarkan kesempatan itu hilang, dia ingin kembali bersama Hanna dan memperbaiki segala kesalahan yang pernah dia lakukan di masa lalu. Ba

  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 118 (Puncak Rasa Dendam)

    Di tempat lain, Bart dan Tonny mendarat di Bandar Udara Heathrow Britania Raya beberapa jam yang lalu. Keduanya terlihat tergesa-gesa saat mendapatkan panggilan telepon salah satu orang kepercayaan Bart. Namun, saat ini mereka tidak bisa diandalkan karena ternyata Samantha pergi ke negara itu tidak seorang diri saja. Dia memiliki penjagaan dan sepertinya wanita itu tahu bahwa Hanna juga memiliki banyak orang yang melindunginya. "Kami baru saja melumpuhkan orang-orang kepercayaan Nona Samantha, tapi kepolisian setempat menghentikan langkah kami untuk mengejar wanita itu__""Ini semua salahmu bod**, kau membuat keributan hingga kita menjadi pusat perhatian," ucap salah seorang bodyguard kepada temannya yang diberikan tugas untuk menjaga Hanna selama berada di Inggris. Nampaknya orang-orang suruhan Bart sedang saling menyalahkan satu sama lain atas apa yang mereka alami. Mereka harus berurusan dengan pihak kepolisian akibat keributan yang sudah mereka ciptakan di tempat umum. Bart me

  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 117 (Kedatangan Samantha)

    Bart tiba-tiba saja merasa sangat mengkhawatirkan Hanna, padahal sebelumnya dia begitu cemburu hingga ingin membatalkan pernikahan mereka. Ternyata apa yang dia khawatirkan terjadi juga. Namun Bart tak pernah menduga jika Samantha secepat ini mengetahu keberadaan Hanna. "Jika begitu, biar aku mendampingimu ke sana. Aku juga ingin meluruskan sesuatu," ucap Tonny.Bart mengangguk kemudian menyambar jasnya yang menggantung di sandaran kursi lalu bergegas meninggalkan ruang kerja miliknya. Dia tak butuh mempersiapkan apa pun termasuk pakaian yang akan dia bawa ke London. Malam itu juga Bart dan Tonny memutuskan untuk pergi menyusul Hanna. Di perjalanan menuju lapangan udara, Tonny mengambil alih kemudi mobil sementara Bart sibuk dengan banyak panggilan yang masuk ke dalam ponselnya. Tentu semua yang dibahas adalah tentang Samantha. Bart menggenggam ponsel dengan frustasi, memantau dari jarak jauh melalui orang-orang kepercayaan yang dia tempatkan di London untuk melindungi istrinya di

  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 116 (Dalam Bahaya)

    "Apakah itu cara yang adil bagimu?" Isabelle menunduk sejenak kemudian melanjutkan kata-katanya, "Bukankah aku terlihat egois jika pergi demi orang lain?"Selama beberapa menit ruang utama unit apartemen milik Isabelle terasa hening. Isabelle dan Tonny saling berpandang dalam diam. Jarak mereka sudah tak sedekat tadi sehingga keduanya bisa melihat dengan jelas mimik wajah dan gestur tubuh masing-masing."A-apa kita masih sepasang kekasih?" Isabelle kembali bersuara dengan terbata-bata, menatap dalam kedua mata sendu Tonny, berharap sebuah jawaban yang membuatnya memiliki jaminan untuk bisa kembali nantinya. Egois memang, tiba-tiba Isabelle menyadari bahwa meninggalkan Tonny demi Paul adalah sebuah kebodohan. Namun, jika saat bersama Tonny tapi hati dan pikirannya selalu tentang Paul, maka hal itu justru tidak baik. Isabelle semakin dilanda kegamangan."Jika menurutmu demikian, aku tak keberatan," ucap Tonny tertawa kecil."Tapi, kau sudah tahu 'kan perasaanku. Aku mencintaimu tapi ti

  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 115 (Pengakuan)

    Tak seperti biasanya kota Amsterdam pagi ini terlihat cerah, padahal sepanjang tahun langit selalu ditutupi awan hingga membuat terik matahari enggan menyentuh permukaan bumi. Namun, berbeda dengan hari ini, hangat dan sangat mengangumkan bagi penduduk Amsterdam yang menganggap hal ini merupakan momen langka sejak beberapa dekade.Akan tetapi, berbeda dengan perasaan Isabelle. Hangatnya kota Amsterdam tak mampu menghangatkan hatinya. Dia bersama Tonny menghabiskan akhir pekan dengan berjemur di pantai. Saat bersama pria itu, pikirannya justru sedang berada di Inggris. Berulang kali ponselnya berbunyi tanda bahwa wanita itu sedang berkomunikasi menggunakan aplikasi hijau bersama Hanna. "Aku merindukanmu, Isabelle. Paul sangat baik dan sangat perhatian padaku, tapi semuanya terasa berbeda saat kau jauh. Kapan kau akan menyusul?" ucap Hanna melalui pesan singkat yang dia kirimkan. Isabelle menatap nanar pesan tersebut dengan senyum pahit. Baru saja dia mendapatkan pesan gambar yang d

  • Pengantin Kedua Sang CEO   CHAPTER 114 (Kekecewaan yang Memuncak)

    Air wajah Isabelle mennjukkan sesuatu yang mengganggu pikirannya. Tiap kali dia menyebut nama Paul, darahnya berdesir. "Aku tidak keberatan samasekali asalkan aku bisa pergi." Hanna menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Cinta itu mungkin masih ada, tapi kadar kekecewaan tentu sangat besar. Setelah pemberitaan yang dia lihat malam itu, dia enggan untuk melihat televisi samasekali. Bahkan, Hanna bertekad untuk tidak berselancar di media sosial untuk menghindari luka yang menganga di dalam hatinya tersiram air garam lagi. Isabelle tersenyum tipis atas ucapan Hanna yang dia dengar, "Baiklah, aku akan segera mengaturnya. Tonny, bisakah kau menemani Hanna sebentar?""Aku akan tidur sebentar di sini," ucap Tonny menjatuhkan bokongnya di atas sofa sebagai tanda persetujuan. Isabelle pergi dengan wajah gusar. Tonny tak bertanya ke mana dia akan pergi sehingga Isabelle tak perlu menjelaskan apa pun. Dia melangkah ke lobby rumah sakit untuk menemui Paul. Dia sengaja melakukan hal it

DMCA.com Protection Status