Share

Cemburu?

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-01 14:52:49

Dari jauh aku lihat Bagas datang mendekat ke meja kami. Mahasiswa laki-laki yang cukup dekat denganku. Gampangnya, aku mengandalkan dia urusan tugas kampus. Ya, kadang-kadang aku minta dibuatin juga.

“Eh, Can. Dia udah tahu kamu nikah, loh. Tapi, kok, masih mau deketin kamu ya?”

“Urusannya apa coba antara aku udah nikah atau belum?” Aku nanya sama Intan biar jelas, karena sejauh ini kami nggak ada perasan apa-apa.

“Kan, dia, naksir kamu, Can. Ya ampun nggak peka banget jadi orang.” Intan sampai tepok jidat. Ya, itu urusan si Bagas bukan urusanku. Dia nggak bisa maksa aku.

“Aku pulang duluan ya, kalau gitu. Aku mau ke doojang. Ada kumpul hari ini sama sabam.” Ada pengarahan sedikit dari pelatih taekwondoku sekaligus pengumuman penting yang aku nggak tahu apa.

“Aku anterin, Can.” Bagas berbaik hati.

“Oke deh.” Aku jawab iya aja. Soalnya dari kampus ke doojang. Ya Allah jauh banget. Pakai motor aja bisa 60 menit. Apalagi pakai bus kota, kapan sampainya.

“Ngapain bawa uler mainan,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Dadakan    Matamu!

    Terus setelah kami pandang-pandangan. Kami sama-sama menarik napas panjang. Karena Mas Jimmi(n) mengalah duluan. Jadi aku ikut-ikutan nggak perlu melawan pakai emosi. Attitude ini aku dapatkan dari doojang tempatku belajar taekwondo. “Di kulkas, kan, ada banyak bahan, Can. Kenapa harus makan mi instan. Ini hanya untuk dalam keadaan darurat. Seperti bencana alam.” Mamas berusaha tenang menahan marah. Kelihatan dari mukanya. Segitu alerginyakah dengan mi instan?“Dan ketika anak kos atau keluarga nggak ada uang mereka juga makan mi instan, Mas.” Aku nggak mau kalah, yang aku bilang kenyataan. Temen-temenku banyak anak kos dari luar daerah seperti ini. “Apakah kamu masuk kategori keduanya?” “Nggak, sih?” Iya juga ya. “Nah, itu dia, Can. Lama banget bikin kamu paham situasi gini. Duh, gemes diri ini Ya Allah. Untung sepupu sendiri.” Bener, kan, beliau ini masih anggap aku sepupu. Tidak pernah lebih. Catat, ya, para kuntiku semuanya. Pembicaraan aku anggap selesai. Terus aku ngapain.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Pengantin Dadakan    Yang Mulia

    Susah payah aku lepas dari kejaran Kayla yang menuntut bantuan uang tunai 150 juta dariku. Ini adalah permintaan tergila darinya. Nggak bisa, nggak boleh, uang ini untuk Cantika. Sampai akhirnya aku minta bantuan satpam biar Kayla nggak ikut masuk ke dalam bank. Untung aku dapat nomor antrian terakhir. Selesai, sudah lunas hutangku sama Cantika. Aku nggak kirim pesan apa-apa, karena harus segera kembali ke hotel, dan lagi-lagi aku belum sempat makan selain roti bakar tadi pagi dan potongan kentang goreng pemberian teman. “Tega kamu, Jim. Harusnya uang itu buat aku bukan buat dia.” Kayla ngambek dan pergi. Terserah! hidup dia bukan urusan aku. Lagian dia terlibat masalah apa sampai butuh uang banyak? Ada yang mengancam katanya. Bukan aku nggak mau peduli, tapi aku harus menjaga hatiku sendiri. Pernikahan bukan ikatan yang bisa dipermainkan. Sampai di hotel, aku menyelesaikan pekerjaanku. Berpacu dengan waktu sambil curi-curi kesempatan makan dan terpaksa sambil berdiri. Istirahat

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Pengantin Dadakan    Kesurupan

    Dia masuk ke kamar, habis itu dia membawa selembar surat yang dikasih sama aku. Berisikan pernyataan. Surat izin dari wali untuk kepergian atlet taekwondo yang ke Korea Selatan beberapa minggu lagi. “Kamu mau ke sana?” tanyaku sambil menatap corak sponge bob di bajunya. Absurd. Udah besar kelaukan bocah. Udah jadi istri tapi masih takut suami. Pernikahan dadakan yang memang mengguncang kesehatan mental kami berdua. “Iya, Mas, terpilih. Sayang, donk, kalau nggak pergi,” jawabnya dengan mata berkedip-kedip lagiii. “Emang udah minta izin sama Mas?” Seingatku dia belum bilang apa-apa sama sekali. Oh, tentu harus aku persulit kepergiannya. Biar apa? Biar Can nggak terlalu independent dan bergantung padaku. “Ini, kan lagi minta izin.” Memelas sekali wajahnya. Sepertinya Can bener-bener pengen pergi ke Seoul. Mungkin momen ini bisa aku jadikan kesempatan untuk merebut hatinya. Coba saja dulu, kalau gagal tolong aku jangan ditendang sampai ke Seoul. “Kalau Mas nggak ngasih? Kamu mau

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Pengantin Dadakan    Cium Tangan

    Satu jam kemudian aku pulang dari masjid. Can aku tinggalkan di dalam rumah. Aku takutnya dia melakukan yang aneh-aneh, tapi melihat kepribadian gandanya, nggak mungkin dia mikir macam-macam. Aku membuka pintu rumah. Can nggak ada di ruang tamu, dapur bahkan sampai ke dalam mesin cuci baju. Eh, aku lihat bajuku sudah diurus dengannya. Baik juga anak ini. Sempat aku berpikir dia akan cuek saja denganku. Hanya satu tempat yang tersisa. Yaitu, kamar Can. Kunci cadangan tergantung di sana. Aku buka pelan-pelan. Gadis bergigi taring satu ini sedang terlelap di kamar dengan kondisi laptop menyala. Layar itu baru tertulis ‘BAB 1’ dan tidak ada apa-apa lagi. Aku pindahkan laptopnya ke meja dan sempatkan memandang wajah Can sejenak. Semua agar bayangan Kayla terhapus perlahan-lahan. Aku sadar beberapa kali memanggil Can dengan nama mantanku, tapi murni kelepasan. Next time aku akan lebih menjaga mulutku. Kemudian aku berpaling. Takut terbawa suasana. Kecupan ringan tadi masih sangat jelas

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • Pengantin Dadakan    Profile WA Istriku

    “Boboiboy petir,” katanya, dan aku nggak paham apa yang dia bilang barusan. Dasar istri bocil. Jujur aku ingin mencium keningnya biar romantis. Ah, nggak jadi. Masih ingat aku gimana dia menendang angin habis memutar. Bisa rontok beneran gigiku. Padahal semakin banyak sentuhan yang aku berikan padanya, semakin akan membuatku akrab pada Cantika yang masih kekanakan. Tapi aku memang harus bersabar. Setidaknya ini lebih baik daripada mengkhawatirkan Kayla yang suka dengan gemerlap dunia malam dan pergaulan bebas. Bahkan dulu aku pernah mengabiskan uang belasan juta hasil menang lomba demi menutupi gaya hedon luar biasanya. Cinta kadang memang memupus logika. *** Hari ini di dapur pekerjaan kami dua kali lipat lebih banyak. Sepertinya ada moment spesial yang aku lewatkan. Bahkan pesanan yang datang bertubi-tubi. Sampai-sampai untuk minum saja aku diambilkan oleh asisten dapur. Aku lihat arloji, pantas saja semakin ramai, ternyata sudah jam makan siang. Semua sibuk masing-masing term

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • Pengantin Dadakan    Aneh Memang

    Gusti Allah. Maafkan hambamu yang tak lagi suci ini. Mas Park Jimmi(n) berani-beraninya kau merenggut kesucian bibirku. Hadeeh, banyak dosa hamba, Ya Allah. Sampai harus dapat ujian berat seperti ini. Aku beneran nangis di dalam kamar. Tutup badan pakai selimut, terkejut dengan kejadian super cepat seperti halnya saat Boboiboy petir keluarin jurus kilat pedang halilintarnya. Aku yang nota benenya atlet taekwondo dengan julukan tendangan super maut. Jadi nggak sempat menghindar, Ukhtiiie. Gimana, donk, ini. Huaah, aku kecolongan. Kadang bikin aku kezel memang Mas Park Jimmi(n). Sabar, Can, sabar. Orang sabar saldonya nambah. Hari ini kamu dapat 50 juta dari si Mamas, eh 53 juta bonus uang jajan. Mana tahu besok dikasihnya 100 juta lagi. Bisa aja, berdoa. Asal uangnya halal. Eh, iya, ya, aku, kan, udah jadi istrinya si Mamas. Jadi kenapa aku harus menggigil gini, cobak? Aneh memang si aku jadi orang. Dulu aku diputusin sama mantan yang mukanya kayak ikan asin, karena dulu dia berkali

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Pengantin Dadakan    Ciuman Pertama

    Kata Mama kalau Mamas mau makan aku harus ambilkan sepiring nasi juga air putih. Aku diajarin gitu di telepon. Ya, aku ikut aja. Lagian udah biasa sama mamasku yang empat orang di rumah. Dia ngeliatin aku kayak yang aneh gitu. Apaan, sih? Perkara ambilin nasi aja harus gini. Aneh! Kuculek biji matanya baru tahu rasak. Aku lihat si Mamas narik napas panjang lagi sebelum mencoba sayuran sederhana dari aku. Aku jamin kali ini rasanya enak Mas Park Jimmi(n). Dia ambil satu sendok tauge dengan campuran enam saus. Pas masukin ke mulut, haaap, akhirnya. Eh, kok, si Mamas memejamkan mata sambil geleng-geleng kepala. Terus senyum-senyum sendiri lagi. Agak lain, ya, suami orang ini nyobain makanan istrinya. “Enak, kan, Mas?” Aku penasaran. Dia kayak menghayati gitu. “Kamu pakai saus, apa, Can?” Dia masih kedip-kedip mata. Keenakan kali, ya? “Semua saus di meja dicampurin. Tadi siang coba satu saus aja enak banget, kok. Apalagi enam, Mas.” Masuk akal, kan, cara berpikirku? Si Mamas minum

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Pengantin Dadakan    Trauma

    Mo nangis, weeee. Si Mamas buat perkara baru aja tiap hari. Apaan, tadi? Dia ngapain? Astogeee. Kesucianku ternodah. Ini sangat tidack adil buatku. Aku membeku dibuatnya. Nggak bisa ngapa-ngapain. Cuman bisa pejam mata. Ngapain juga pakai acara pejam mata, ya? Harusnya aku culek dua matanya pakai telunjuk, seperti yang aku pelajari di doojang. Selalu saja teori dan praktek nggak sejalan. Kenapa harus grogi. Padahal dulu aku sama dia udah biasa berantem. Kenapa harus dia main nyosor aja, nggak bisa minta izin dulu. Iih, aku kulitin baru tahu rasa si mamas. Atau aku sunat aja dia kedua kalia. Eh, masak aku buka celana orang? Sepanjang perjalanan Mas Park Jimmi(n) senyum-senyum sendiri. Aku? Cocok jadi duta sampho lain. Gerah, pengen berendem. Ahahahahahhaa, akhirnya aku tertawa sendiri. Si Mamas sampai kaget dan megang kening aku persis meriksa orang lagi demam. “Apa, sih!” gertakku. “Lah, kenapa? Kan, sudah suami istri,” jawab Mamas santai banget dia ngomong. Huaah, bisa dilapori

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05

Bab terbaru

  • Pengantin Dadakan    Bulan Madu

    Beneran ternyata gaes aku udah nikah. Buktinya aku sekarang duduk di pelaminan barengan dia setelah tadi melewati barisan pedang pora. Seragam kami kali ini hijau muda. Jangan dibayangin seperti lontong, pokoknya aku cantik, kata dia gitu. “Kamu cantik, deh, Sayang.” Entah udah keberapa kali buaya di sebelah aku bilang gini. Mual, terlalu manis kata-katanya, heeem.“Makasih, nggak ada uang kecil.” “Nggak perlu bayar pakai uang, cukup pakai—” “Udahlah. Ya Allah, kenapa itu terus dibahas dari tadi.” Hu hu huuu, ketahuan juga sifat asli Bang Ale sejak tadi kami sudah jadi suami istri. Takut sebenernya, tapi nggak mungkin juga minta cere, kan. Nggak lucu deh. “Ya, kan, salah satu tujuan nikah untuk itu, Istriku.” “Hueek!” Mendadak ingin muntah aku tu. “Belum juga diapa-apain udah hamil duluan, tenang aja Abang akan tanggung jawab atas perbuatan kita di atas bukit.” “Hoi, bisa diem, nggak? Makin lama makin ngadi-ngadi isi kepala Abang. Di atas bukit itu dua tahun lalu juga keles. Ka

  • Pengantin Dadakan    Beneran?

    Ya, malam ini aku dandan cantik sekali. Aku nggak kelihatan seperti chef lagi, melainkan seorang putri yang akan menerima lamaran dari seorang pangeran. Setengah jam lagi seharusnya mereka tiba di sini. Setelah segala drama dan begini begitunya, akhirya kami memutuskan untuk menikah. Sempat hampir berantem dan biasalah aku minta udahan aja, tapi akhirnya lanjut lagi. Soalnya pengajuan nikah militer, ampuuu cyiiiiiin, mumet ndasku mikirnya. “Ayo, Nak, semangat, udah cantik itu jangan mandang cermin melulu,” mamaku masih sambil menggedong adekku tersayang. Segala sesuatu telah kami siapkan. Makanan, dekorasi, termasuk pihak keluarga perempuan, kecuali kamera paparazzi. Aku lagi males diliput wartawan sebisa mungkin aku rahasiakan aja dari khalayak ramai.Satu demi satu tamu mulai datang. Suara Bang Ale udah mulai kedengeran. Diandra masuk dan memberikanku segelas kopi hangat racikan tangannya sendiri. Aku minum pakai sedotan biar nggak rusak lipstik. Baru aja aku mau melangkah, eh,

  • Pengantin Dadakan    Persiapan

    Sekilas aku melihat ternyata Iqis ikut juga jadi chef di pertemuan internasional antara negara timur tengah dan Indonesia. Aku kenal dia, tapi dia nggak kenal aku. Hiiih anak itu, es batunya luar biasa. Hampir empat harian di sini, kami nggak sempat saling menyapa. Iqis harus on point di dapur dan aku pada bagian keamanan. Kemeja hitam dan jas putih senantiasa aku kenakan agar terlihat rapi. Sebenarnya letih setelah dari luar negeri tugas lagi, tapi memang mengawal orang penting perlu orang-orang berpengalaman. Ajaibnya lagi aku jumpa sama Abu Lahab. Dia ngaku baru putus sama pacarnya satu, masih ada cadangan dua lagi. Astaghfirullah, buaya arab memang beda. “That girl, my girlfriend,” tunjukku sama Iqis yang lagi jalan membawa nampan berisi makanan. Abu Lahab bilang jamilah jamilah. “May be she is boring with you,” katanya. “No, no.” Aku tegaskan tidak. Jarang jumpa memang iya, tapi bosan kayaknya nggak. Entar aku buktikan. “You don’t look handsome.” Mulut Abu Jahal emang lain.

  • Pengantin Dadakan    Keringat Dingin

    Habis drama kejar-kejaran di bandara, akhirnya aku dan dia berbaikan. Sengaja aku mengajak Bang Ale makan di restaurant tradisional Indonesia milik salah satu rekanku. Tebak apa? Dia makan banyak banget sampai tambah. “Kangen makanan Indonesia, ya?” tanyaku ketika dia tambah nasi. Bang Ale nggak menjawab hanya mengangguk saja. Ada sih, beberapa orang yang melihat kami, tapi ya, bodo amat bukan urusanku juga. “Kalau sama aku kangen, nggak?” Tsaaah, tumben aku nanyain ginian. Hatiku, kenapa kamu tidack bisa diajak kompromi sama sekali. Bang Ale berhenti makan dan menatapku sekilas. Tatapan yang membuatku ingin menyiram minyak panas ke wajahnya. Habis itu dia makan lagi. Dasar, nggak dijawabnya pertanyaan aku. “Petenya enak,” katanya, serah lo deh. “Sama kayak kamu.” Maksudnya apa, ya?“Jadi aku dan pete itu sama?” “Sama, sama-sama bauk.” Santai aja dia ngomong itu, loh, nggak ada rasa bersalah sama sekali. Refleks aku cium ketek, nggak ada bauk sama sekali. Aku udah pakai deodor

  • Pengantin Dadakan    Gadis Terasi

    Aku senang dia udah membaik keadaannya di sana. Ya, meski harus menderita beberapa luka-luka ringan. Ada satu hal yang aku sadari. Aku bukan Iqis yang dulu, ada seseorang di hati, ahaaay. Ya, gimana, ya, namaya manusia bisa jatuh cinta. Aku, kan bukan patung. Hari-hariku LDR sama dia terasa begitu cepat. Aku masih jadi juri, sekaligus influencer yang mengusung nilai-nilai kebaikan dalam setiap makanan. Sloganku jangan biarkan bahan terbuang percuma. Aku diundang memasak di istana negara ketika ada tamu dari timur tengah. Dengan senang hati aku mengerjakan semuanya. Semua rupiahku yang hilang akibat membayar kompensansi tergantikan dalam waktu setahun lebih. Nggak terasa juga lama kami LDR. Dan kalian tahu apa, Bestieh, apa yang aku dapat lagi dalam setahun. Ya, agak gimana ya, umur udah 24 tahun dapat adek bayi lagi. Ewekwekwek, Mama hamil lagi. Katanya iseng, apaan, cobak? Aku sama Diandra berasa jadi mama muda. Adek kami laki-laki, namanya Adam tanpa Smith. Adam Devano Zolla.

  • Pengantin Dadakan    Ikan Asin

    “Bang Ale, sini kamu jangan lari.” Eeh, kenapa tiba-tiba Iqis marah sama aku. Padahal aku cuman bercanda soal udah kawin lagi. Emang, sih, gadis Lebanon cakep, mata biru ada juga yang hijau ada juga yang putih semua, tapi tetap aja dia yang paling memikat hati. “Hiat.” Iqis serius lagi marah dan dia menghantam pundakku sampai jatuh di pasir. Punggungku ditekan pakai siku dia, sangat kuat sampai aku jejeritan. Gusti Allah tolooong, kenapa dia jadi liar seperti peserta MMA yang pakai kutangan sama kolor doank. “Mati kamu, hiiiiat!” Astaghfirullah. Aku bangun terkesiap ketika Iqis hampir duduk di kepalaku. Aku kucek mata dan masih berada di dalam jeep. Otewe ke desa lagi untuk bagi makanan dan membantu evakuasi warga apabila diperlukan. “What’s wrong, ya, akhi?” tanya temenku yang tadi ponselnya aku pinjam buat telpon Iqis. Itu pun pulsanya masih ngutang, nanti pas udah membaik semuanya aku bayar deh. “My girl friend, she comes in my dream, almost kiliing me.” Aku mengusap dadaku

  • Pengantin Dadakan    Juara MMA

    Aku harus tetep profesional dalam bekerja. Walau jantung degupnya bukan main lagi dan keringat dingin sudah mengucur deras. Tapi nama pemenang tetap kami umumkan. Gegap gempita dan perayaan dimulai, itu bagi mereka, tidak bagiku. Aku hanya terpaku dan tersenyum palsu tanpa tahu harus bagaimana. Kamera masih menyorotku dan aku nggak bisa pergi. Senyumanku palsu pada semua orang. Sampai ada kira-kira setengah jam perayaan belum juga selesai. Aku minta izin sama papa untuk undur diri. Nyatanya aku nggak kuat dan duduk di kursi sebelah papa. Kakiku lemes. “Kenapa?” tanya papaku yang habis minum air putih. Aku nggak sanggup bicara lagi dan hanya memberikan ponselku pada papa. Beliau juga diam dan mengembalikan benda itu padaku. “Sudah pernah Papa bilang gimana resikonya. Sekarang kamu duduk yang tenang dan tunggu kabar aja, semoga semuanya selamat. Biasanya nanti ada berita resmi atau kalau nggak, ada kabar-kabar burung di sosmed. Jangan mikir untuk buat macem-macem, ya, Nak.” Papa, m

  • Pengantin Dadakan    Melanggar Perjanjian

    Suasana di pinggiran Lebanon sangat mencekam. Udah beberapa kali kami hampir aja bentrok dengan tentara Israel yang mulai kelewat batas. Biasanya aku cuman baca gimana perangai mereka yang suka kelewat batas sama penduduk sipil tak bersenjata pula. Sekarang aku rasakan sendiri. Terbayang olehku wajah perempuan yang lemah dan berlarian demi menyelamatkan harga diri serta kesucian. Pernah aku angkat senjata dan teman-teman karena mereka berkelakuan layaknya binatang. Sudahlah di sini kami tidak bisa kontak dengan keluarga, ditambah beban mental mengayomi para tentara kurang pendidikan. Yang aku dengar di sana ada wamil dan asal comot tentara. Gimana ceritanya banci bisa pegang senjata. Mana dia tahu wilayah yang boleh diserang atau nggak, atau yang diprioritaskan untuk ditolong. Di mata tentara Israel semua yang ada di hadapan mereka adalah kecoak yang boleh diinjak. Keadaan agak tenang sedikit ketika kami memasuki pedesaan yang berbatasan langsung dengan Israel. Warga desanya takut

  • Pengantin Dadakan    Menentukan Sikap

    Di sini aku sekarang, di dalam restaurant di mana seharusnya kami makan malam bersama. Udah nggak kehitung berapa kali kami janjian tapi harus dibatalin. I think our problem is about time. Bukan orang ketiga yang jadi kendala. Karena aku mau sama satu orang aja udah bagus. Setiap hari aku mikirin mending udahan aja, tapi cuman di kepala aja gaes. Aslinya kicep aku, wkwkwkwk, banyak gaya memang. Sesaat kemudian aku v call sama dia. Aku tunjukkin kalau aku juga serius. Ya, jam tangan dan kue tart adalah salah satu bukti kalau aku bukan gadis lugu tapi nggak komitmen. Sebentar aja kami ngobrol soalnya dia bilang mau sampai di markas. Aku kasih dia pesan cinta, awas kawin banyak-banyak di sana. Jangankan banyak, satu aja aku nggak terima. Oke, nggak usah debat aku tahu itu hak laki-laki. Perempuan juga punya hak untuk memilih. Setelah balasan dari pesannya nggak muncul lagi, aku makan sendirian di restaurant. Kue tartnya aku bagiin sama pegawainya aja. Siapa yang mau makan di rumah? U

DMCA.com Protection Status