Jonathan terlihat berjalan cepat di lorong Rumah Sakit. Dia mendatangi Danny yang sedang berdiri di depan kamar Tavisa."Danny!"Danny menoleh dan langsung membungkuk hormat di depan Jonathan."Bagaimana dengan Tavisa? Kau bilang dia sudah sadar." Jonathan kembali menyahut dengan menanyakan Tavisa untuk memastikan keadaan Tavisa."Nona Tavisa ada di dalam tuan. Dia sedang diperiksa oleh dokter."Tanpa mengatakan apapun, Jonathan membuka pintu kamar inap dan masuk ke dalam. Di sana sudah ada dokter yang baru saja memeriksa Tavisa yang dalam posisi berbaring dengan ranjang yang sedikit naik. Alat pernapasan sudah dilepas tapi infus masih ada.Tavisa seketika tersenyum lebar melihat Jonathan. "Jo!"Tavisa bahkan mengulurkan kedua tangannya dan Jonathan segera meraihnya."Aku merindukanmu!" Perempuan itu bangun dan duduk memeluk Jonathan dengan sangat erat seolah tak ingin melepaskan Jonathan."Bagaimana perasaanmu sayang?" Jonathan bertanya sambil mengusap punggung Tavisa."Selain tubuhk
Dini hari, Jonathan kembali ke rumah. Dirinya sangat lelah. Bahkan kakinya yang melangkah masuk rumah, terasa berat. Semalaman dia menjaga Tavisa di rumah sakit dan tidak pernah tidur lalu dia meninggalkan rumah sakit dengan mengendarai mobil sendiri. Tentu saja hal itu membuatnya lelah. Dia pun masuk ke kamarnya dengan tampang lelahnya itu. Namun entah kenapa, dia tersenyum kala matanya tertuju pada Ivy yang sedang tertidur pulas di kasur dalam posisi terlentang. Tangan dan kakinya yang membentang di kasur membuat posisinya menguasai tempat tidur itu. Jonathan ingin melihat posisi Ivy lebih dekat hingga dia melangkah ke arah kasurnya dan berdiri di samping tempat tidur sembari memandang Ivy. Dia tercengan kala melihat mulut Ivy yang menganga. Hal itu pun membuat Jonathan tiba-tiba tertawa kecil. "Setiap malam, dia selalu tidur di pinggir dengan gaya anggunnya. Ternyata saat aku tidak ada, dia selalu bebas seperti ini. Kau memang selalu membuatku terkejut!" Jonathan masih memperhati
Semua orang baru saja selesai sarapan. Jonathan buru-buru meninggalkan meja makan. Ivy menyusul karena penasaran dengan ajakan Jonathan semalam."Jo!"Jonathan menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Ivy. Dia menoleh. "Ada apa?""Semalam kamu bilang mau temani aku pagi ini coba gaun pesta. Untuk apa gaunnya?""Untuk pesta ulang tahunku nanti malam," jawab Jonathan."Oh jadi pestanya nanti malam." Kemudian Ivy melihat sekelilingnya. Tidak ada pelayan yang terlihat di sana. Rumah itu seperti biasanya. Seharusnya jika ada pesta, para pelayan akan mulai sibuk dari kemarin. "tapi kenapa para pelayan tidak mulai dekorasi pestanya?""Biasanya nenek bayar puluhan pelayan dan mereka akan datang agak siang. Dan masalah gaun, aku tetap temani tapi agak sorean, soalnya aku sibuk sampai siang," ujar Jonathan. "Jonathan, aku tahu kalau kamu sibuk sampai malam karena pekerjaan, bahkan kamu kadang nggak punya waktu luang. Jadi lain kali, nggak usah ngajak atau janji untuk temani aku. Apalagi j
"Aku tidak marah padamu," bantah Jonathan dengan tegas."Lalu kenapa kamu mengabaikan ku?" desak Ivy."Siapa yang mengabaikan mu? Aku tidak begitu tapi kalau kau merasa aku mengabaikan mu. Itu berarti kau berlebihan karena aku tetap meresponmu walau tidak memperhatikan mu saat bicara!" Jonathan merasa tidak mengabaikan Ivy hingga dia bicara seperti itu. Bahkan dia menjadi kesal karena Ivy menuduhnya mengabaikan dirinya."Oke, sepertinya aku memang sensitif sampai mengira kamu mengabaikan ku. Maafkan aku karena sikapku itu!" Meski Ivy meminta maaf tapi wajahnya tampak kesal. Bahkan perasaannya menjadi buruk untuk melanjutkan kegiatannya itu."Jadi bagaimana dengan gaunnya? Kau sudah memilih yang kau sukai?" tanya Jonathan penasaran karena sejak tadi, dia memang tak memperhatikan Ivy tapi tetap tak ingin disalahkan oleh Ivy."Sudah. Aku pakai ini saja." Sebenarnya Ivy ingin memakai gaun pilihan Jonathan tapi lelaki itu saja tidak meresponnya dengan baik hingga dia pun malas untuk memint
Sebagai Nyonya Graham yang mengurus Kediaman Graham, Nyonya Selfia yang mengatur pesta ulang tahun anaknya. Namun tentunya dia dapat bantuan dari pelayan rumah yang berjumlah lima belas orang.Keluarga yang lain, termasuk Ivy tengah berdandan di salah satu ruangan yang biasa digunakan para wanita merias diri saat ada pesta . Nyonya Rukmana hanya mengundang penata rias ke rumah itu."Gaun kakak ipar cantik sekali. Itu pasti gaun pilihan Kak Jonathan." Mata Selena langsung tertuju pada Ivy yang baru saja keluar dari ruang ganti dengan gaun indahnya. Matanya berbinar-binar karena tertarik dengan gaun yang dikenakan Ivy. Ditambah Ivy yang Cantik dan anggun dengan gaun biru dominan putih ditubuhnya, bak seorang putri.Ivy yang berdiri di depan ruang ganti, merespon pujian Selena dengan tersenyum lembut. Lalu dia berjalan mendekati Selena yang sedang duduk sambil dirias oleh penata riasnya."Kau juga cantik Selena!"Selena tiba-tiba cemberut melihat Ivy. "Tapi aku tidak secantik dirimu Kak
Ivy kini bergabung dengan Keluarga Besar Graham yang tengah mengobrol santai di sebuah ruang keluarga. Ada sepupu-sepupu Jonathan dari pihak ayah kandung Jonathan dan ada keluarga Nyonya Selfia. Dulu mereka semua hadir dalam pernikahan Jonathan jadi mereka sama sekali tak heran melihat Ivy. Mereka tahu siapa Ivy. Meski begitu, mereka tak banyak mengobrol dengan Ivy. Selain saling menyapa, Ivy hanya memperhatikan mereka. Namun dia sama sekali tak fokus karena pikirannya hanya untuk Jonathan. Sejak tadi, dia memikirkan keberadaan suaminya karena heran pada Jonathan yang tak kunjung datang sampai sekarang padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Nyonya Rukmana dan Nyonya Selfia pun sedang mencari Jonathan. Mereka bahkan sudah bertanya pada Ivy yang tidak tahu apapun."Jadi kamu benar tidak tahu suamimu di mana Ivy?" Nyonya Rukmana kembali bertanya hal yang sama pada Ivy karena gelisah memikirkan cucunya itu."Saya cuma tahu kalau Jonathan sibuk mengurus sesuatu dan mungkin i
Jonathan mengendarai mobil sendiri dengan kecepatan tinggi untuk mengejar waktu. Sambil menyetir, dia mencoba menghubungi istrinya kembali tapi Ivy tidak mengangkatnya meski Jonathan berulang kali menghubungi Ivy. "Apa dia marah padaku karena aku tidak mengangkat panggilannya?" gumam Jonathan yang entah kenapa merasa takut dengan amarah Ivy seolah amarah Ivy adalah masalah untuknya, dan itupun pertama kalinya dia merasakan itu. Jonathan kembali menghubungi Ivy tapi Ivy masih tidak mengangkatnya. "Astaga perempuan ini! Apa dia tidak memahamiku sekarang? Dasar, dia menjadi seenaknya saja padaku! Mau marah, tinggal marah tanpa menghormatiku lagi sebagai atasannya." Tak lama mobil Jonathan berhenti di Kediaman Graham. Dia segera turun dan berlari masuk sembari melempar kunci mobilnya pada seorang pelayan yang berjaga di depan. "Danny, di mana Ivy?" Jonathan sungguh khawatir dengan suasana hati Ivy hingga dia langsung bertanya ketika bertemu Danny yang masih berdiri di depan pintu masuk
Seperti dugaan Jonathan, Ivy memang diculik seseorang. Dalang penculikan itu adalah Aneska. Dia menyuruh orang suruhannya menyamar jadi pelayan di pesta ulang tahun Jonathan untuk melancarkan rencana penculikannya. Kini Ivy berada di sebuah rumah kosong milik Aneska. Tangan dan kakinya diikat di gudang rumah itu. Gudang itu gelap dan pengap hingga Ivy terasa sesak. Ditambah mulutnya dibekap kain hingga Ivy tidak bisa mengeluarkan teriakannya meski dia berusaha keras untuk minta tolong."Mmm, mmm!" Suara itu hanya didengar olehnya saja di ruangan itu tapi Ivy tetap mengeluarkan suaranya.Seseorang tiba-tiba membuka pintu itu. Mata Ivy langsung tertuju ke orang itu sambil mengeluarkan suaranya, berharap pria itu mau membuka mulutnya. "Mmm, mmm!"Pria berbadan besar dan bertato itu, membuka kain dimulut Ivy. Ivy langsung mengambil nafas. Dia tampak takut tapi tetap melihat pria itu dengan jelas. "Aku tidak mengenalmu. Kenapa kau sampai menculikku? Apa kau musuh Jonathan?"Selain Naomi da