Hari ini Ivy memulai aktivitasnya di lokasi syuting. Orang-orang di sana, menyambut baik Ivy ketika baru saja turun dari mobil. Bahkan penggemar Ivy menunggu di lokasi syuting itu untuk menyemangati Ivy serta memberikan dukungan mereka agar Ivy tetap sukses dalam dramanya. "Ivy, kami mencintaimu!" "Kami menyayangimu Ivy!" "Kau harus kuat demi kami Ivy!" Para penggemar itu berteriak, memberikan semangat mereka masing-masing untuk Ivy yang baru keluar dari mobilnya. Dukungan mereka tentu membuat Ivy sangat senang. Dia tersenyum lembar sembari melambaikan tangannya pada puluhan penggemar yang berbaris di pintu masuk. "Aku juga mencintai kalian semua! Kalian semua adalah semangatku!" Sebagai artis baik, Ivy tentu harus merespon baik dukungan mereka.Lalu dia masuk ke dalam. Di sana, sudah ada Naomi. Dia datang lebih awal dari biasanya untuk mengambil hati semua orang di sana. Bahkan dia membelikan makanan dan minuman untuk semua kru film.Naomi melihat kedatangan Ivy. Dia yang sedang
Naomi mengirim pesan pada Jonathan menggunakan ponsel Ivy. Dia mengajak Jonathan bertemu di sebuah hotel. Jonathan membalas pesan itu dan mengiyakan ajakan itu tanpa tahu bahwa orang yang mengirim pesan itu bukanlah istrinya. Setelah mendapat balasan dari Jonathan, Naomi mengakhirinya lalu menghapus pesan tersebut agar Ivy tidak membacanya. "Kembalikan ponsel Ivy sebelum dia menyadarinya!" Naomi memberikan ponsel itu pada Susi untuk dikembalikan ke tempatnya. Susi pun melakukannya. Saat itu, Naomi tersenyum puas karena dia berhasil mengajak Jonathan bertemu di hotel. "Kali ini aku harus berhasil menggait Jonathan. Aku tidak percaya pria itu tidak tergoda olehku. Apalagi dibandingkan dengan Ivy, aku jauh lebih seksi." Selesai syuting, Naomi datang ke hotel dan memesan kamar untuknya nanti bersama Jonathan. Dia merencanakan aksinya untuk menggait Jonathan dengan memesan anggur termahal di hotel itu dengan menggunakan uang terakhirnya. "Ini semua demi masa depan yang cerah. Tak masala
Jonathan mendorong Naomi dengan sangat keras untuk menjauh darinya hingga Naomi terjatuh ke lantai. Lalu dia mengusap jas luarnya yang disentuh tangan Naomi seolah jasnya itu terkena debu. “Berani sekali perempuan kotor sepertimu menyentuhku.” Naomi terkejut melihat sikap kasar Jonathan kepadanya. Pria itu tidak terpengaruh oleh godaannya. Malah semakin marah. Itu membuat Naomi menjadi takut hingga menundukkan wajahnya di sana. Bahkan tidak berani berdiri di hadapan Jonathan. Jonathan tidak bisa menahan emosinya hingga dia menghubungi Ivy. “Ivy, kau tidak bisa mengurus saudarimu dengan baik sampai dia berani menjebakku di hotel. Jadi, biarkan aku yang membereskannya.” Saking marahnya, Jonathan sampai tak berbasa-basi pada istrinya dan langsung mengatakan intinya. Bahkan setelah bicara, Jonathan mematikan ponselnya tanpa mendengar suara Ivy. Lalu dia menghubungi Danny untuk datang ke kamar hotel yang dia sebutkan. Dengan cepat, Danny datang ke kamar itu. Dia masuk tanpa mengetuk pi
"Saudaramu itu mencoba menjebakku. Dia mengirim pesan padaku menggunakan nomormu. Aku kira kau yang kirim pesan untuk bertemu di hotel itu. Karena itu aku datang ke sana tapi sampai di hotel itu, aku malah ditipu olehnya. Bahkan dia pakai baju tidak pantas dan berusaha menggodaku dengan tindakan rendahannya itu." Tadinya Jonathan tidak ingin bicara pada Ivy ataupun menjelaskan masalah Naomi. Namun sikap Ivy yang tiba-tiba merajuk, membuatnya tiba-tiba menjawab rasa penasaran Ivy.Ivy menoleh kembali melihat Jonathan. "Dia pakai nomorku kirim pesan padamu? Kok bisa?"Jonathan tidak ingin disangka berbohong hingga dia menunjukkan pesan Naomi pada Ivy. "Lihat sendiri!"Ivy membaca pesan itu dan terkejut. "Astaga, ini bukan pesan dariku. Aku tidak pernah mengirim pesan padamu.""Itu dari Naomi. Dia mengakuinya sendiri. Aku benar-benar marah pada saudaramu itu. Dia sampai berpakaian terbuka di depanku. Seperti pelacur saja," ujar Jonathan."Astaga, perempuan ini. Dia benar-benar sudah kele
"Masalah gaun tidak perlu kau pikirkan. Aku pasti akan memakai gaun yang pantas untuk pestamu tapi mungkin tidak seindah bayanganmu. Jadi jangan terlalu banyak berharap pada penampilanku!" kata Ivy dengan santai. Jonathan yang baru saja melepaskan atasannya, memutar tubuhnya berhadapan dengan Ivy. Dia berjalan pelan mendekati Ivy tanpa mengatakan apapun. Ivy sedikit takut melihat Jonathan tiba-tiba mendekatinya tanpa mengatakan apapun, hanya tatapan datar yang ditunjukkan pria itu. "A-ada apa?" Jonathan menarik Ivy sampai berada dalam pelukannya. Matanya menatap lekat perempuan itu hingga membuat Ivy berdebar gugup melihat Jonathan yang tiba-tiba seperti itu. Apalagi melihat Jonathan yang bertelanjang dada. Otot perut dan dada suaminya membuat Ivy terpesona dan menjadi tegang sampai dia seketika menelan salivanya. "Hadiah yang kuinginkan adalah tubuhmu. Apa kau bersedia memberikannya malam ini?" tanya Jonathan kemudian. "Berhubungan denganmu bukanlah perbuatan zina, tentu saja ak
Jonathan terlihat berjalan cepat di lorong Rumah Sakit. Dia mendatangi Danny yang sedang berdiri di depan kamar Tavisa."Danny!"Danny menoleh dan langsung membungkuk hormat di depan Jonathan."Bagaimana dengan Tavisa? Kau bilang dia sudah sadar." Jonathan kembali menyahut dengan menanyakan Tavisa untuk memastikan keadaan Tavisa."Nona Tavisa ada di dalam tuan. Dia sedang diperiksa oleh dokter."Tanpa mengatakan apapun, Jonathan membuka pintu kamar inap dan masuk ke dalam. Di sana sudah ada dokter yang baru saja memeriksa Tavisa yang dalam posisi berbaring dengan ranjang yang sedikit naik. Alat pernapasan sudah dilepas tapi infus masih ada.Tavisa seketika tersenyum lebar melihat Jonathan. "Jo!"Tavisa bahkan mengulurkan kedua tangannya dan Jonathan segera meraihnya."Aku merindukanmu!" Perempuan itu bangun dan duduk memeluk Jonathan dengan sangat erat seolah tak ingin melepaskan Jonathan."Bagaimana perasaanmu sayang?" Jonathan bertanya sambil mengusap punggung Tavisa."Selain tubuhk
Dini hari, Jonathan kembali ke rumah. Dirinya sangat lelah. Bahkan kakinya yang melangkah masuk rumah, terasa berat. Semalaman dia menjaga Tavisa di rumah sakit dan tidak pernah tidur lalu dia meninggalkan rumah sakit dengan mengendarai mobil sendiri. Tentu saja hal itu membuatnya lelah. Dia pun masuk ke kamarnya dengan tampang lelahnya itu. Namun entah kenapa, dia tersenyum kala matanya tertuju pada Ivy yang sedang tertidur pulas di kasur dalam posisi terlentang. Tangan dan kakinya yang membentang di kasur membuat posisinya menguasai tempat tidur itu. Jonathan ingin melihat posisi Ivy lebih dekat hingga dia melangkah ke arah kasurnya dan berdiri di samping tempat tidur sembari memandang Ivy. Dia tercengan kala melihat mulut Ivy yang menganga. Hal itu pun membuat Jonathan tiba-tiba tertawa kecil. "Setiap malam, dia selalu tidur di pinggir dengan gaya anggunnya. Ternyata saat aku tidak ada, dia selalu bebas seperti ini. Kau memang selalu membuatku terkejut!" Jonathan masih memperhati
Semua orang baru saja selesai sarapan. Jonathan buru-buru meninggalkan meja makan. Ivy menyusul karena penasaran dengan ajakan Jonathan semalam."Jo!"Jonathan menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Ivy. Dia menoleh. "Ada apa?""Semalam kamu bilang mau temani aku pagi ini coba gaun pesta. Untuk apa gaunnya?""Untuk pesta ulang tahunku nanti malam," jawab Jonathan."Oh jadi pestanya nanti malam." Kemudian Ivy melihat sekelilingnya. Tidak ada pelayan yang terlihat di sana. Rumah itu seperti biasanya. Seharusnya jika ada pesta, para pelayan akan mulai sibuk dari kemarin. "tapi kenapa para pelayan tidak mulai dekorasi pestanya?""Biasanya nenek bayar puluhan pelayan dan mereka akan datang agak siang. Dan masalah gaun, aku tetap temani tapi agak sorean, soalnya aku sibuk sampai siang," ujar Jonathan. "Jonathan, aku tahu kalau kamu sibuk sampai malam karena pekerjaan, bahkan kamu kadang nggak punya waktu luang. Jadi lain kali, nggak usah ngajak atau janji untuk temani aku. Apalagi j