Demi karirnya, Naomi akhirnya menuruti keinginan Ivy. Esok harinya, Naomi mengadakan konferensi pers untuk mengakui perbutannya yang menjadi dalang utama penyebar berita. "Hari ini saya duduk di sini untuk mengakui sesuatu di hadapan semua orang. Beberapa hari yang lalu, saya menyuruh seorang wartawan untuk menyebar berita palsu mengenai Ivy. Saya minta maaf untuk perbuatan saya itu. Dan saya sangat menyesali perbuatan saya karena berita itu, Ivy sangat dirugikan. Karena itu, saya berada di sini dan meminta maaf pada semuanya. Terutama untuk Ivy. Saya minta maaf!" "Anda begitu jahat Nona Naomi. Apa Anda melakukan hal jahat itu pada Nona Ivy karena iri dengan prestasi dan pencapaiannya?" Salah satu wartawan menyahut dengan pertanyaan yang membuat Naomi tiba-tiba terkejut. Namun Naomi tetap berusaha untuk tenang karena dia duduk di sana untuk memperbaiki karirnya yang terancam akan diberhentikan oleh Jonathan. Dia pun tersenyum menatap wartawan itu. "Anda salah. Saya berbuat begitu b
Hari ini Ivy memulai aktivitasnya di lokasi syuting. Orang-orang di sana, menyambut baik Ivy ketika baru saja turun dari mobil. Bahkan penggemar Ivy menunggu di lokasi syuting itu untuk menyemangati Ivy serta memberikan dukungan mereka agar Ivy tetap sukses dalam dramanya. "Ivy, kami mencintaimu!" "Kami menyayangimu Ivy!" "Kau harus kuat demi kami Ivy!" Para penggemar itu berteriak, memberikan semangat mereka masing-masing untuk Ivy yang baru keluar dari mobilnya. Dukungan mereka tentu membuat Ivy sangat senang. Dia tersenyum lembar sembari melambaikan tangannya pada puluhan penggemar yang berbaris di pintu masuk. "Aku juga mencintai kalian semua! Kalian semua adalah semangatku!" Sebagai artis baik, Ivy tentu harus merespon baik dukungan mereka.Lalu dia masuk ke dalam. Di sana, sudah ada Naomi. Dia datang lebih awal dari biasanya untuk mengambil hati semua orang di sana. Bahkan dia membelikan makanan dan minuman untuk semua kru film.Naomi melihat kedatangan Ivy. Dia yang sedang
Naomi mengirim pesan pada Jonathan menggunakan ponsel Ivy. Dia mengajak Jonathan bertemu di sebuah hotel. Jonathan membalas pesan itu dan mengiyakan ajakan itu tanpa tahu bahwa orang yang mengirim pesan itu bukanlah istrinya. Setelah mendapat balasan dari Jonathan, Naomi mengakhirinya lalu menghapus pesan tersebut agar Ivy tidak membacanya. "Kembalikan ponsel Ivy sebelum dia menyadarinya!" Naomi memberikan ponsel itu pada Susi untuk dikembalikan ke tempatnya. Susi pun melakukannya. Saat itu, Naomi tersenyum puas karena dia berhasil mengajak Jonathan bertemu di hotel. "Kali ini aku harus berhasil menggait Jonathan. Aku tidak percaya pria itu tidak tergoda olehku. Apalagi dibandingkan dengan Ivy, aku jauh lebih seksi." Selesai syuting, Naomi datang ke hotel dan memesan kamar untuknya nanti bersama Jonathan. Dia merencanakan aksinya untuk menggait Jonathan dengan memesan anggur termahal di hotel itu dengan menggunakan uang terakhirnya. "Ini semua demi masa depan yang cerah. Tak masala
Jonathan mendorong Naomi dengan sangat keras untuk menjauh darinya hingga Naomi terjatuh ke lantai. Lalu dia mengusap jas luarnya yang disentuh tangan Naomi seolah jasnya itu terkena debu. “Berani sekali perempuan kotor sepertimu menyentuhku.” Naomi terkejut melihat sikap kasar Jonathan kepadanya. Pria itu tidak terpengaruh oleh godaannya. Malah semakin marah. Itu membuat Naomi menjadi takut hingga menundukkan wajahnya di sana. Bahkan tidak berani berdiri di hadapan Jonathan. Jonathan tidak bisa menahan emosinya hingga dia menghubungi Ivy. “Ivy, kau tidak bisa mengurus saudarimu dengan baik sampai dia berani menjebakku di hotel. Jadi, biarkan aku yang membereskannya.” Saking marahnya, Jonathan sampai tak berbasa-basi pada istrinya dan langsung mengatakan intinya. Bahkan setelah bicara, Jonathan mematikan ponselnya tanpa mendengar suara Ivy. Lalu dia menghubungi Danny untuk datang ke kamar hotel yang dia sebutkan. Dengan cepat, Danny datang ke kamar itu. Dia masuk tanpa mengetuk pi
"Saudaramu itu mencoba menjebakku. Dia mengirim pesan padaku menggunakan nomormu. Aku kira kau yang kirim pesan untuk bertemu di hotel itu. Karena itu aku datang ke sana tapi sampai di hotel itu, aku malah ditipu olehnya. Bahkan dia pakai baju tidak pantas dan berusaha menggodaku dengan tindakan rendahannya itu." Tadinya Jonathan tidak ingin bicara pada Ivy ataupun menjelaskan masalah Naomi. Namun sikap Ivy yang tiba-tiba merajuk, membuatnya tiba-tiba menjawab rasa penasaran Ivy.Ivy menoleh kembali melihat Jonathan. "Dia pakai nomorku kirim pesan padamu? Kok bisa?"Jonathan tidak ingin disangka berbohong hingga dia menunjukkan pesan Naomi pada Ivy. "Lihat sendiri!"Ivy membaca pesan itu dan terkejut. "Astaga, ini bukan pesan dariku. Aku tidak pernah mengirim pesan padamu.""Itu dari Naomi. Dia mengakuinya sendiri. Aku benar-benar marah pada saudaramu itu. Dia sampai berpakaian terbuka di depanku. Seperti pelacur saja," ujar Jonathan."Astaga, perempuan ini. Dia benar-benar sudah kele
"Masalah gaun tidak perlu kau pikirkan. Aku pasti akan memakai gaun yang pantas untuk pestamu tapi mungkin tidak seindah bayanganmu. Jadi jangan terlalu banyak berharap pada penampilanku!" kata Ivy dengan santai. Jonathan yang baru saja melepaskan atasannya, memutar tubuhnya berhadapan dengan Ivy. Dia berjalan pelan mendekati Ivy tanpa mengatakan apapun. Ivy sedikit takut melihat Jonathan tiba-tiba mendekatinya tanpa mengatakan apapun, hanya tatapan datar yang ditunjukkan pria itu. "A-ada apa?" Jonathan menarik Ivy sampai berada dalam pelukannya. Matanya menatap lekat perempuan itu hingga membuat Ivy berdebar gugup melihat Jonathan yang tiba-tiba seperti itu. Apalagi melihat Jonathan yang bertelanjang dada. Otot perut dan dada suaminya membuat Ivy terpesona dan menjadi tegang sampai dia seketika menelan salivanya. "Hadiah yang kuinginkan adalah tubuhmu. Apa kau bersedia memberikannya malam ini?" tanya Jonathan kemudian. "Berhubungan denganmu bukanlah perbuatan zina, tentu saja ak
Jonathan terlihat berjalan cepat di lorong Rumah Sakit. Dia mendatangi Danny yang sedang berdiri di depan kamar Tavisa."Danny!"Danny menoleh dan langsung membungkuk hormat di depan Jonathan."Bagaimana dengan Tavisa? Kau bilang dia sudah sadar." Jonathan kembali menyahut dengan menanyakan Tavisa untuk memastikan keadaan Tavisa."Nona Tavisa ada di dalam tuan. Dia sedang diperiksa oleh dokter."Tanpa mengatakan apapun, Jonathan membuka pintu kamar inap dan masuk ke dalam. Di sana sudah ada dokter yang baru saja memeriksa Tavisa yang dalam posisi berbaring dengan ranjang yang sedikit naik. Alat pernapasan sudah dilepas tapi infus masih ada.Tavisa seketika tersenyum lebar melihat Jonathan. "Jo!"Tavisa bahkan mengulurkan kedua tangannya dan Jonathan segera meraihnya."Aku merindukanmu!" Perempuan itu bangun dan duduk memeluk Jonathan dengan sangat erat seolah tak ingin melepaskan Jonathan."Bagaimana perasaanmu sayang?" Jonathan bertanya sambil mengusap punggung Tavisa."Selain tubuhk
Dini hari, Jonathan kembali ke rumah. Dirinya sangat lelah. Bahkan kakinya yang melangkah masuk rumah, terasa berat. Semalaman dia menjaga Tavisa di rumah sakit dan tidak pernah tidur lalu dia meninggalkan rumah sakit dengan mengendarai mobil sendiri. Tentu saja hal itu membuatnya lelah. Dia pun masuk ke kamarnya dengan tampang lelahnya itu. Namun entah kenapa, dia tersenyum kala matanya tertuju pada Ivy yang sedang tertidur pulas di kasur dalam posisi terlentang. Tangan dan kakinya yang membentang di kasur membuat posisinya menguasai tempat tidur itu. Jonathan ingin melihat posisi Ivy lebih dekat hingga dia melangkah ke arah kasurnya dan berdiri di samping tempat tidur sembari memandang Ivy. Dia tercengan kala melihat mulut Ivy yang menganga. Hal itu pun membuat Jonathan tiba-tiba tertawa kecil. "Setiap malam, dia selalu tidur di pinggir dengan gaya anggunnya. Ternyata saat aku tidak ada, dia selalu bebas seperti ini. Kau memang selalu membuatku terkejut!" Jonathan masih memperhati
“Selamat untuk Nona Ivy! Penerima penghargaan pemeran utama terbaik di drama Putri Terakhir dan penghargaan untuk artis pendatang baru.”Sudah dua tahun berlalu sejak kejadian mengerikan menimpa Ivy. Dia koma selama setahun dan baru pulih setahun belakangan ini. Dia kembali ke dunia hiburan enam bulan lalu untuk menyelesaikan drama yang tertunda karena dirinya.Dua tahun lalu ketika dia berbaring koma, Jonathan melakukan konfrensi pers dan menjelaskan pada semua orang bahwa Ivy adalah istrinya. Jadi semua orang yang dulu menghujatnya, kembali memujanya seperti dewi. Oleh sebab itu, Ivy tidak merasa tertekan ketika kembali ke dunia hiburan. Dia langsung mendapat dukungan dari banyak orang.Hari ini, Ivy mendapat penghargaan karena kerja kerasnya selama ini. Ada Jonathan yang menemaninya datang ke acara penghargaan itu. Namun Ivy merasa sedikit sedih karena saudari tirinya, Naomi tidak hadir dalam acara ini. Padahal Naomi sangat mendambakannya. Meski tidak akur dengan Naomi tapi Ivy tet
Jonathan sedang duduk di samping ranjang rumah sakit di mana Ivy berbaring koma. Sudah dua hari sejak Ivy masuk rumah sakit. Tidak ada tanda-tanda bahwa Ivy akan sadar kembali. Bahkan masker oksigen masih menempel menutupi hidung dan mulut Ivy. Serta ada monitor tanda vital untuk memantau perkembangan Ivy di Ruang ICU. Kondisinya memang kritis hingga membutuhkan perawatan mendalam.Selama dua hari ini, Jonathan dan keluarganya bergantian menjaga Ivy. Termasuk Nyonya Selfia yang merasa kasihan melihat kondisi Ivy. Wanita paruh baya itu sering menemani ibu mertuanya yang bergantian dengan Jonathan untuk menjaga Ivy. Jonathan tidak bisa menemani Ivy selama dua puluh empat jam meski dia ingin terus berada di sisi Ivy untuk bisa melihat langsung Ivy sadar. Dia disibukkan dengan penyelidikan kecelakaan yang dialami Ivy karena dia yakin bahwa ada orang yang sengaja membunuh Ivy meski mobil yang ditemukan di tempat kejadian, dibeli atas nama Ivy.“Ivy, kau harus bangun dan menatapku langsung.
Ivy sedang istirahat di kamarnya dan tiba-tiba ponselnya berdering. Panggilan itu dari Tavisa. Ivy segera mengangkatnya karena penasaran pada Tavisa yang tiba-tiba menghubunginya. Padahal, mereka belum pernah saling menyapa dengan benar. "Hal penting apa yang ingin dikatakan Tavisa sampai mengajakku bertemu? Apa dia berpikir aku akan menggagalkan pernikahan nya dengan Jonathan?" Ivy bicara sendiri dengan penuh rasa penasaran setelah dia dan Tavisa baru selesai bicara. Tavisa tak banyak basa-basi ketika bicara dengan Ivy. Dia langsung meminta Ivy ke sebuah cafe yang dekat dari Kediaman Graham untuk bertemu dengan alasan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting."Sepertinya aku memang harus bicara berdua dengan Tavisa untuk menjelaskan padanya bahwa aku tidak punya niat jahat padanya. Perceraianku dengan Jonathan tetap dilakukan meski aku mengandung anaknya." Ivy merasa iba pada Tavisa yang pasti sedih dan sakit hati gara-gara kekasihnya malah menghamili wanita lain. Dia
Tavisa marah ketika tahu bahwa Ivy sudah kembali lagi ke Kediaman Graham. Dia mendatangi Jonathan di kantor untuk mengatakan langsung pada Jonathan tentang masalah itu.Perempuan itu berjalan masuk melewati meja resepsionis dengan angkuhnya. Dia tak menoleh sekalipun dan hanya menatap lurus ke depan dengan raut wajah angkuhnya itu."Nona, Nona! Tunggu sebentar!" seru seorang pegawai resepsionis yang berusaha menghentikan Tavisa. Bahkan dia keluar dari meja resepsionis dan berlari menghampiri Tavisa yang kini berdiri di depan lift khusus untuk para atasan tertinggi di perusahaan itu.Tavisa yang sudah menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang melihat sang pegawai itu. "Ada apa?" tanyanya kemudian."Anda ingin ke mana?" tanya si pegawai resepsionis dengan sikapnya yang tetap sopan."Saya mau bertemu dengan tunangan saya." Ekspresi Tavisa tampak tidak senang karena pegawai itu menghalangi jalannya, bahkan bertanya padanya seolah pegawai itu tidak tahu siapa dirinya. Padahal dulu dia s
Ivy terpaksa ikut pulang bersama Nyonya Rukmana meski dia merasa malu pada semua orang di rumah itu. Terutama pada Jonathan dan kekasihnya karena kembali lagi tinggal di Kediaman Graham, padahal dia bukan siapa-siapa selain wanita bayaran.Keduanya kini berada di mobil yang dikendarai supir pribadi Nyonya Rukmana. Ivy hanya diam menatap jalanan di depan. Nyonya Rukmana menoleh dan penasaran dengan diamnya Ivy. Itu bukanlah sifat cucu menantunya jika sedang bersama dengannya. Ivy akan selalu mencari topik pembicaraan jika bersamanya dan suasananya pun akan langsung berubah ceria. Tidak seperti sekarang ini. Sepi dan Ivy tak mengatakan apapun sejak naik ke mobil atau memang itu adalah sifat asli cucu menantunya dan selama ini, Ivy hanya menunjukkan kepura-puraan. Namun, Nyonya Rukmana tidak melihat dimata Ivy yang pura-pura padanya. Tidak seperti ketika berhadapan dengan Aneska dan Tavisa. Keduanya tersenyum serta lembut jika bicara padanya tapi dia bisa merasakan bahwa mereka hanya pur
Meski Ivy menerima kehamilannya itu tapi dia tetap merasa sedih karena karir artis yang menjadi impiannya sejak dulu, terancam hancur. Orang-orang menganggapnya wanita simpanan yang hamil di luar nikah. Beberapa iklan yang bekerja sama dengannya, membatalkan kerja sama mereka. Jika saja drama Putri Terakhir yang dibintanginya saat ini, bukan dari perusahaan agensi milik Jonathan, mungkin pihak agensi sudah memutus kerja sama dengannya. Dia masih tetap menjadi artis dari SN Entertainment namun drama yang dibintanginya itu, ikut berdampak buruk karena berita kehamilannya. Banyak yang memintanya untuk berhenti. Ivy pun tidak bisa melakukan apapun selain pasrah menerima nasibnya itu.“Edy, berapa banyak kerugian perusahaan karena berita ini?” tanya Ivy yang duduk di sofa ruang tengah.Edy berdiri di depan Ivy. Pria itu baru saja tiba dan mengatakan pada Ivy bahwa adegan Putri Terakhir sementara dihentikan. Akan dilanjutkan jika situasi sudah membaik. Berita kehamilan Ivy sungguh mengheboh
Nenek Rukmana baru saja diberitahu oleh asistennya tentang berita kehamilan Ivy. Dia tentu saja menganggap anak dalam kandungan Ivy adalah anak Jonathan. Karena itu, Nyonya Rukmana berencana untuk membawa Ivy meski dia masih benci dan kecewa pada Ivy. Dia harus mengabaikan kekecewaannya pada Ivy demi keturunan Graham."Aku harus membawa Ivy kembali ke rumah ini. Dia sedang mengandung keturunan keluarga ini. Jadi, dia wajib berada di rumah ini dan berhak mendapat sebagian harta warisanku." Nyonya Rukmana berbicara dengan asistennya yang diam di depannya tapi asisten itu tahu jelas keinginan Nyonya Rukmana saat ini."Apa saya bicara dengan pengacara keluarga untuk mengubah surat wasiat Anda, Nyonya?" tanya sang asisten memastikan."Kita bawa Ivy dulu ke rumah.""Baik." Asisten itu mengangguk kemudian mengikuti Nyonya Rukmana yang berjalan keluar dari kamarnya. Nyonya Rukmana dan asistennya kini menuruni tangga. Wanita berusia 69 tahun itu, melihat Tavisa dan Nyonya Selfia mengobrol di
"Aku tidak butuh perhatianmu. Jadi singkirkan tanganmu dariku." Ivy bicara dengan nada suara yang begitu tegas. Bahkan lirikan matanya pada Jonathan, tajam seolah pria yang duduk di sampingnya itu adalah musuhnya.Jonathan sama sekali tak tersinggung dengan ucapan Ivy tapi dia tetap menyingkirkan tangannya yang menyentuh kepala Ivy. "Ivy, aku sudah mendengar dari Danny tentang kehamilanmu …,""Aku tidak akan menggugurkan bayi ini dan juga tidak akan minta kamu untuk bertanggungjawab. Perceraian tetap kita lakukan sesuai rencana kita." Ivy mengira Jonathan memintanya untuk menggugurkan kandungannya. Karena itu, dia memotong ucapan Jonathan dengan keinginan kerasnya untuk mempertahankan janinnya."Aku tidak berencana untuk menyuruhmu mengugurkan bayi itu. Aku malah ingin kamu mempertahankannya karena anak itu tidak berdosa. Lagipula kita menikah sah, Ivy. Jadi tidak ada alasan untuk mengugurkan nya," jelas Jonathan dengan tegas."Lalu kenapa kau datang kemari?" tanya Ivy yang penasaran
Jonathan kini sampai di rumah Ivy. Namun di depan rumah istrinya itu, banyak wartawan hingga Jonathan hanya duduk di dalam mobil."Kita tidak bisa masuk karena banyak wartawan. Kalau kita turun dan menunjukkan diri, mereka pasti akan mencari tahu tentang hubungan Anda dengan Nyonya Ivy. Jadi apa yang harus kita lakukan Tuan?" sahut Danny dengan serius.Jonathan tidak segera menjawab Danny. Dia diam menatap semua wartawan itu. Danny menoleh ke belakang dan khawatir melihat tatapan tajam tuannya yang mengarah ke para wartawan itu."Apa sebaiknya kita kembali saja tuan? Kalau tuan ingin tahu mengenai kehamilan nyonya, sebaiknya kita utusa orang lain saja, tuan." Danny kembali menyahut untuk memberikan solusi pada Jonathan karena mengira tuannya itu bingung harus berbuat apa."Tidak. Aku tidak akan kembali. Kita sudah di sini. Jadi aku harus bertemu langsung dengan Ivy. Itu akan membuatku tenang.""Sekarang berita Nyonya Ivy hamil, diketahui banyak orang. Nama baik nyonya mungkin akan han