"Saudaramu itu mencoba menjebakku. Dia mengirim pesan padaku menggunakan nomormu. Aku kira kau yang kirim pesan untuk bertemu di hotel itu. Karena itu aku datang ke sana tapi sampai di hotel itu, aku malah ditipu olehnya. Bahkan dia pakai baju tidak pantas dan berusaha menggodaku dengan tindakan rendahannya itu." Tadinya Jonathan tidak ingin bicara pada Ivy ataupun menjelaskan masalah Naomi. Namun sikap Ivy yang tiba-tiba merajuk, membuatnya tiba-tiba menjawab rasa penasaran Ivy.Ivy menoleh kembali melihat Jonathan. "Dia pakai nomorku kirim pesan padamu? Kok bisa?"Jonathan tidak ingin disangka berbohong hingga dia menunjukkan pesan Naomi pada Ivy. "Lihat sendiri!"Ivy membaca pesan itu dan terkejut. "Astaga, ini bukan pesan dariku. Aku tidak pernah mengirim pesan padamu.""Itu dari Naomi. Dia mengakuinya sendiri. Aku benar-benar marah pada saudaramu itu. Dia sampai berpakaian terbuka di depanku. Seperti pelacur saja," ujar Jonathan."Astaga, perempuan ini. Dia benar-benar sudah kele
"Masalah gaun tidak perlu kau pikirkan. Aku pasti akan memakai gaun yang pantas untuk pestamu tapi mungkin tidak seindah bayanganmu. Jadi jangan terlalu banyak berharap pada penampilanku!" kata Ivy dengan santai. Jonathan yang baru saja melepaskan atasannya, memutar tubuhnya berhadapan dengan Ivy. Dia berjalan pelan mendekati Ivy tanpa mengatakan apapun. Ivy sedikit takut melihat Jonathan tiba-tiba mendekatinya tanpa mengatakan apapun, hanya tatapan datar yang ditunjukkan pria itu. "A-ada apa?" Jonathan menarik Ivy sampai berada dalam pelukannya. Matanya menatap lekat perempuan itu hingga membuat Ivy berdebar gugup melihat Jonathan yang tiba-tiba seperti itu. Apalagi melihat Jonathan yang bertelanjang dada. Otot perut dan dada suaminya membuat Ivy terpesona dan menjadi tegang sampai dia seketika menelan salivanya. "Hadiah yang kuinginkan adalah tubuhmu. Apa kau bersedia memberikannya malam ini?" tanya Jonathan kemudian. "Berhubungan denganmu bukanlah perbuatan zina, tentu saja ak
Jonathan terlihat berjalan cepat di lorong Rumah Sakit. Dia mendatangi Danny yang sedang berdiri di depan kamar Tavisa."Danny!"Danny menoleh dan langsung membungkuk hormat di depan Jonathan."Bagaimana dengan Tavisa? Kau bilang dia sudah sadar." Jonathan kembali menyahut dengan menanyakan Tavisa untuk memastikan keadaan Tavisa."Nona Tavisa ada di dalam tuan. Dia sedang diperiksa oleh dokter."Tanpa mengatakan apapun, Jonathan membuka pintu kamar inap dan masuk ke dalam. Di sana sudah ada dokter yang baru saja memeriksa Tavisa yang dalam posisi berbaring dengan ranjang yang sedikit naik. Alat pernapasan sudah dilepas tapi infus masih ada.Tavisa seketika tersenyum lebar melihat Jonathan. "Jo!"Tavisa bahkan mengulurkan kedua tangannya dan Jonathan segera meraihnya."Aku merindukanmu!" Perempuan itu bangun dan duduk memeluk Jonathan dengan sangat erat seolah tak ingin melepaskan Jonathan."Bagaimana perasaanmu sayang?" Jonathan bertanya sambil mengusap punggung Tavisa."Selain tubuhk
Dini hari, Jonathan kembali ke rumah. Dirinya sangat lelah. Bahkan kakinya yang melangkah masuk rumah, terasa berat. Semalaman dia menjaga Tavisa di rumah sakit dan tidak pernah tidur lalu dia meninggalkan rumah sakit dengan mengendarai mobil sendiri. Tentu saja hal itu membuatnya lelah. Dia pun masuk ke kamarnya dengan tampang lelahnya itu. Namun entah kenapa, dia tersenyum kala matanya tertuju pada Ivy yang sedang tertidur pulas di kasur dalam posisi terlentang. Tangan dan kakinya yang membentang di kasur membuat posisinya menguasai tempat tidur itu. Jonathan ingin melihat posisi Ivy lebih dekat hingga dia melangkah ke arah kasurnya dan berdiri di samping tempat tidur sembari memandang Ivy. Dia tercengan kala melihat mulut Ivy yang menganga. Hal itu pun membuat Jonathan tiba-tiba tertawa kecil. "Setiap malam, dia selalu tidur di pinggir dengan gaya anggunnya. Ternyata saat aku tidak ada, dia selalu bebas seperti ini. Kau memang selalu membuatku terkejut!" Jonathan masih memperhati
Semua orang baru saja selesai sarapan. Jonathan buru-buru meninggalkan meja makan. Ivy menyusul karena penasaran dengan ajakan Jonathan semalam."Jo!"Jonathan menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Ivy. Dia menoleh. "Ada apa?""Semalam kamu bilang mau temani aku pagi ini coba gaun pesta. Untuk apa gaunnya?""Untuk pesta ulang tahunku nanti malam," jawab Jonathan."Oh jadi pestanya nanti malam." Kemudian Ivy melihat sekelilingnya. Tidak ada pelayan yang terlihat di sana. Rumah itu seperti biasanya. Seharusnya jika ada pesta, para pelayan akan mulai sibuk dari kemarin. "tapi kenapa para pelayan tidak mulai dekorasi pestanya?""Biasanya nenek bayar puluhan pelayan dan mereka akan datang agak siang. Dan masalah gaun, aku tetap temani tapi agak sorean, soalnya aku sibuk sampai siang," ujar Jonathan. "Jonathan, aku tahu kalau kamu sibuk sampai malam karena pekerjaan, bahkan kamu kadang nggak punya waktu luang. Jadi lain kali, nggak usah ngajak atau janji untuk temani aku. Apalagi j
"Aku tidak marah padamu," bantah Jonathan dengan tegas."Lalu kenapa kamu mengabaikan ku?" desak Ivy."Siapa yang mengabaikan mu? Aku tidak begitu tapi kalau kau merasa aku mengabaikan mu. Itu berarti kau berlebihan karena aku tetap meresponmu walau tidak memperhatikan mu saat bicara!" Jonathan merasa tidak mengabaikan Ivy hingga dia bicara seperti itu. Bahkan dia menjadi kesal karena Ivy menuduhnya mengabaikan dirinya."Oke, sepertinya aku memang sensitif sampai mengira kamu mengabaikan ku. Maafkan aku karena sikapku itu!" Meski Ivy meminta maaf tapi wajahnya tampak kesal. Bahkan perasaannya menjadi buruk untuk melanjutkan kegiatannya itu."Jadi bagaimana dengan gaunnya? Kau sudah memilih yang kau sukai?" tanya Jonathan penasaran karena sejak tadi, dia memang tak memperhatikan Ivy tapi tetap tak ingin disalahkan oleh Ivy."Sudah. Aku pakai ini saja." Sebenarnya Ivy ingin memakai gaun pilihan Jonathan tapi lelaki itu saja tidak meresponnya dengan baik hingga dia pun malas untuk memint
Sebagai Nyonya Graham yang mengurus Kediaman Graham, Nyonya Selfia yang mengatur pesta ulang tahun anaknya. Namun tentunya dia dapat bantuan dari pelayan rumah yang berjumlah lima belas orang.Keluarga yang lain, termasuk Ivy tengah berdandan di salah satu ruangan yang biasa digunakan para wanita merias diri saat ada pesta . Nyonya Rukmana hanya mengundang penata rias ke rumah itu."Gaun kakak ipar cantik sekali. Itu pasti gaun pilihan Kak Jonathan." Mata Selena langsung tertuju pada Ivy yang baru saja keluar dari ruang ganti dengan gaun indahnya. Matanya berbinar-binar karena tertarik dengan gaun yang dikenakan Ivy. Ditambah Ivy yang Cantik dan anggun dengan gaun biru dominan putih ditubuhnya, bak seorang putri.Ivy yang berdiri di depan ruang ganti, merespon pujian Selena dengan tersenyum lembut. Lalu dia berjalan mendekati Selena yang sedang duduk sambil dirias oleh penata riasnya."Kau juga cantik Selena!"Selena tiba-tiba cemberut melihat Ivy. "Tapi aku tidak secantik dirimu Kak
Ivy kini bergabung dengan Keluarga Besar Graham yang tengah mengobrol santai di sebuah ruang keluarga. Ada sepupu-sepupu Jonathan dari pihak ayah kandung Jonathan dan ada keluarga Nyonya Selfia. Dulu mereka semua hadir dalam pernikahan Jonathan jadi mereka sama sekali tak heran melihat Ivy. Mereka tahu siapa Ivy. Meski begitu, mereka tak banyak mengobrol dengan Ivy. Selain saling menyapa, Ivy hanya memperhatikan mereka. Namun dia sama sekali tak fokus karena pikirannya hanya untuk Jonathan. Sejak tadi, dia memikirkan keberadaan suaminya karena heran pada Jonathan yang tak kunjung datang sampai sekarang padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Nyonya Rukmana dan Nyonya Selfia pun sedang mencari Jonathan. Mereka bahkan sudah bertanya pada Ivy yang tidak tahu apapun."Jadi kamu benar tidak tahu suamimu di mana Ivy?" Nyonya Rukmana kembali bertanya hal yang sama pada Ivy karena gelisah memikirkan cucunya itu."Saya cuma tahu kalau Jonathan sibuk mengurus sesuatu dan mungkin i