“Mas Eshan, kamu ngapain?” tanya Dzurriya yang tanpa sengaja melihat suaminya itu tengah menciumi perutnya.“Aku berharap proses IVf kemarin berhasil dan ada benihku di dalam perutmu ini.”Dzurriya begitu kaget mendengar pernyataan suaminya itu. ‘Apakah ini alasanmu Mas, sampai kau begitu baik padaku akhir-akhir ini’ pikir Dzurriya yang langsung bangkit dengan agak kesal hingga lelaki itu hampir saja terjungkal jatuh.“Apa kau marah?” tanya lelaki itu sambil berdiri menatapnya dalam-dalam.“Untuk apa aku marah?” elak Dzurriya sambil memalingkan muka ke arah lain. Namun setelah beberapa saat lelaki itu malah menikmati udara di taman itu dan tak kunjung membujuknya.Ia menjadi sangat kesal bagaimana suaminya itu begitu tidak peka.“Apa aku bagimu hanya mesin pembuat anak, Mas. Berarti selama ini aku tak berarti apa-apa, Begitu mas?” ucapnya marah sambil meneteskan air mata. Lelaki itu tampak menatapnya iba dan mulai merasa bersalah dan mencoba untuk memegang tangannya, namun Dzurriya
Eshan terlihat menyelimutinya dan hendak keluar.Dzurriya yang masih ketakutan dan tak bisa menguasai dirinya yang terus gemetar, segera meraih tangan suaminya itu kembali dan menariknya.Ia menggelengkan kepala dengan matanya yang berkaca-kaca kembali.Bayangan nakal paman Braha yang terus menggodanya, membuatnya begitu jijik dan cemas.Suaminya itu tampak menoleh, kemudian membalikkan badannya kembali ke arah Dzurriya.Dia kemudian menepuk punggung tangan Dzurriya yang sedang memegang erat tangannya itu seraya berkata, “aku tak akan meninggalkanmu, aku cuma mau menutup pintu sebentar.”Namun Dzurriya yang terlanjur takut, tetap memegangnya.“Tidak apa,” ujar lelaki itu sambil mengerjapkan matanya dan mengangguk pelan, kemudian melepaskan tangan Dzurriya yang mulai melemas dengan tangan lainnya.Lelaki itu tampak berjalan menuju pintu kamar, kemudian menutup dan menguncinya.Setelah itu, dia kembali membalikkan badan ke arah Dzurriya dan menghampirinya. Wajahnya terlihat tersenyum ha
Dzurriya segera menutup perutnya dengan gugup. Ia bingung harus ngomong apa.“Apakah kamu sedang hamil?” tanya Ehsan dengan mata berbinar-binar sambil mendekati istri keduanya tersebut.‘jangan sekali-kali kau membiarkan dia tahu tentang kehamilanmu!’Ucapan Alexa tersebut kembali bergema dalam pikiran Dzurriya.‘Allah, Apa yang harus kulakukan?” pikir Dzurriya semakin gugup.Lelaki itu semakin dekat, bahkan langkah kakinya yang berat itu terdengar menghentak lantai semakin keras di telinga Dzurriya.“Ini karena aku gendutan aja, Mas,” ujarnya sambil memaksa dirinya tersenyum untuk menyembunyikan kecemasannya, karena begitu gupuh.Lelaki itu terlihat terhenti melangkah dengan wajah tak percaya, ia menatap mata Dzurriya bergantian.“Setelah hampir setengah tahun aku menikah denganmu, jangan kira kau semakin mahir membodohiku, Dzurriyatul Jannah. Perut itu nyata-nyata terlihat buncit, bukan seperti perut wanita yang gendutan, kau hamil, kan? tanya lelaki itu marah, wajahnya berubah din
Dzurriya tengah menyantap makanannya di taman, saat tiba-tiba suara sepatu high heels madunya terdengar berjalan ke arahnya. Ia tak ingin emosinya tersulut, itu kenapa Ia memutuskan untuk bangkit dari tempat duduknya, dan beranjak masuk sambil membawa senampan makan siang berisi sepiring nasi dan segelas susu. Namun tiba-tiba wanita itu terhenti sambil tersenyum sinis. “Jangan menghindariku!” ucap wanita itu dengan suara rendahnya, membuat Dzurriya sontak berhenti melangkah. Sebenarnya ia sangat malas mendengar apapun dari wanita itu, karena setiap ucapannya terdengar manipulatif. “Apa kau tidak tahu kalau aku Nyonya di rumah ini?” ucap wanita itu sinis. ‘Terserah’ pikir Dzurriya. Sepertinya wanita itu memang sengaja menegaskan kepada Dzurriya bahwa ia bukanlah siapa-siapa di rumah itu. Dzurriya berusaha untuk tidak menghiraukannya dan berjalan berlalu masuk. Namun wanita itu sepertinya tidak terima, ia menarik lengan Dzurriya dan mulai berkata rendah, “Aku tidak akan
Dzurriya menunduk menatap suaminya yang tengah mencium perutnya itu dalam-dalam.TapTerdengar high heels Alexa kembali mengetuk lantai di belakang mereka.Eshan terlihat bangkit dengan tatapan mata yang dingin di balik kacamata rectanglenya.“Aku menciumnya karena dia adalah anakku, jangan berpikir macam-macam, apalagi berpikir aku menyukaimu,” ucap suaminya itu dengan sinis sambil menatap tajam ke arah Dzurriya.“Kau yang menciumnya, aku tidak pernah memintanya, lalu dari segi mananya kau bisa berpikir bahwa aku menyukaimu, TUAN ESHAN YANG TERHORMAT?” Jawab Dzurriya sambil menatap tajam ke arah suaminya .Bahkan ia sengaja menekan nada suaranya saat memanggil nama lelaki itu untuk menutupi rasa tertekannya.‘Terima kasih untuk rasa sakit yang terus kau berikan, akan aku ingat benar-benar’ pikir Dzurriya sambil menatap tajam ke arah lelaki itu.Ia kemudian berjalan melewatinya, juga istri pertama suaminya itu dengan tegar.“Dasar wanita tak tahu diri! kau harusnya membentaknya tadi
“Berhenti!” perintah Eshan pada sopirnya itu yang kemudian menepikan mobilnya di sisi jalan tol.Lelaki itu kemudian memerintahkan sopirnya tersebut untuk keluar dan berganti dia yang masuk untuk menyetir.‘Apa dia cemburu pada Ryan?’ pikir Dzurriya seraya menatap suaminya yang bersikap sungguh dingin itu, kemudian menghela nafas panjang.Sedari menggendongnya masuk ke mobil itu tadi, tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut lelaki itu.Tanpa sengaja, Dzurriya bertatapan dengan suaminya yang tengah menilik dirinya dari balik kaca spion depan sekilas. Tampak lelaki itu terlihat kesal dan marah. “Tidak dia pasti sangat kesal dengan apa yang aku ucapkan tadi. Jangan terlalu berharap Dzurriya, baginya kau tidak lebih dari pengganti rahim istrinya,” lanjut Dzurriya bergumam dalam hati, berusaha mengingatkan dirinya sendiri.Tiba-tiba saja, dia langsung menyalakan mesin mobil itu dan keluar dari bahu jalan dengan cepat.Dzurriya mencengkeram sisi jok mobil tempatnya duduk karena lela
Air mata Dzurriya menetes dalam senyap, urat-urat di wajahnya terlihat menegang marah, ia begitu kesal dengan suaminya tersebut.Ditatapnya dingin wajah sang suami yang terlihat begitu liar menikmati ciuman bibirnya yang kemudian turun ke lehernya dan mulai beraksi dengan menciumi leher tersebut dengan bibirnya.Tiba-tiba lelaki itu menarik wajahnya perlahan, dan menatap wajah Dzurriya yang menangis dalam senyap untuk beberapa saat.Terlihat jakun lelaki itu naik turun.Dia kemudian mundur ke belakang, dan turun dari ranjang itu kemudian bangkit berdiri sambil membelakanginya Untuk beberapa saat, ruangan itu terasa hening. Sampai akhirnya terdengar suara dari suaminya tersebut yang tak sedikitpun menoleh padanya.“Kau jangan khawatir, aku belum melakukan apa-apa padamu, apalagi menyentuhmu walaupun sedikit.”Dzurriya membelalak kaget, Ia antara percaya dan tidak percaya dengan ucapan lelaki itu.“Aku hanya membuka bajumu yang tadi terkena muntahanmu itu, harusnya kau ingat! di tenga
Dzurriya menatap suaminya itu dalam-dalam, lelaki itu terlihat marah dengan wajahnya yang begitu tegang.Meski begitu, lelaki itu tampak melajukan mobilnya tersebut dengan pelan, hingga tiba-tiba sebuah sepeda motor mengikuti mereka dan memotong jalan.Dia segera mengerem mobil tersebut kemudian beranjak keluar.“Mas!” Panggil Dzurriya yang merasa cemas.“Tetap stay di dalam!” perintah suaminya itu sambil menatapnya dengan wajah serius.Dzurriya sudah begitu was was melihat suaminya itu keluar dengan wajahnya yang bertambah tegang, sampai akhirnya pengendara sepeda motor itu turun dan membuka helmnya.‘Tikno?’Dzurriya begitu kaget ketika menyadari ternyata pengendara tersebut adalah kepala pelayan di rumahnya.Untuk beberapa saat, terlihat suaminya itu sedang berbicara dengannya.“Apa yang sedang mereka bicarakan? Kenapa mereka terlihat begitu serius dan tegang seperti itu?” pikir Dzurriya begitu penasaran.Setelah itu, ia melihat Tikno masuk ke dalam mobilnya sementara suaminya mena
“Lepaskan dia!” Sayup-sayup terdengar teriakan begitu kera, setelah suara pintu yang terdengar digebrak dan dibanting tiba-tiba. Diikuti kemudian oleh suara langkah kaki yang berlari dan berderap begitu berat, tampak tubuh Alexa tertarik ke belakang. Dzurriya langsung terbatuk-batuk, nafasnya yang tertahan begitu lama langsung tersengal-sengal keluar. ‘Apa dia benar-benar sudah gila?’ pikir Dzurriya sembari memegang lehernya dan melirik ke arah istri pertama suaminya itu. “Kamu nggak pa-pa?” tanya suaminya yang tengah berdiri di hadapannya dengan wajah begitu khawatir, sambil memegang kedua lengan atasnya. “Sayang, aku bisa jelaskan,” sela Alexa yang baru saja bangkit dan menghampiri suaminya itu, terdengar begitu gupuh. Jakun Ehsan tampak naik turun mendengar ucapan wanita itu yang kelihatan terus berusaha berkilah, sedang giginya tampak mencengkeram dengan kuat sambil membuang muka ke atas. Lelaki itu tampak begitu kesal, namun sepertinya masih berusaha untuk menahannya. “T
BrakTerdengar suara benturan dari bagian belakang kursi roda yang dinaiki Dzurriya karena menabrak dinding. Kursi roda itu tiba-tiba saja ditarik ke dalam sebuah ruangan oleh seseorang, kemudian kerangka sandarannya didorong ke belakang dengan cepat.Kejadian yang begitu cepat itu spontan membuat Dzurriya tersentak dengan tarikan nafasnya yang terjeda yang kemudian terengah-engah.Pria segera berusaha menguasai dirinya yang berdebar hebat dengan menelan ludahnya, kemudian perlahan mendongakkan kepalanya ke atas, menatap siapa yang sudah menariknya ke dalam ruangan tersebut.‘Mas!’Tampak wajah sang suami terlihat merah padam, sepertinya laki-laki itu sedang kesal.“Apa sebenarnya yang kau inginkan?” ucap suaminya itu terdengar begitu sinis dan dingin.“Yang kuinginkan? Apa maksudmu?” tanya Dzurriya tak mengerti dengan apa yang diucapkan lelaki itu padanya.“Jangan pura-pura lugu kau sedang memanfaatkan kami berdua, kan?” tuduh Eshan tampak menatapnya semakin dekat dan semakin dingin.
“Kenapa kau membiarkannya pergi?” tanya Ryan tampak menatap Dzurriya dengan heran, setelah kepergian Eshan yang terlihat kesal, saat mendapati dirinya dan Ryan bersama.“Bukankah kau juga menginginkannya?” ucap Dzurriya bertanya balik padanyaLelaki itu tampak memicingkan matanya sembari melirik ke arahnya, “jangan berbohong padaku! bahkan kau melakukannya bukan untukku, apa kau cemburu karena Alexa tadi tiba-tiba datang dan menciumnya?”“Jangan bicara omong kosong! untuk apa aku cemburu pada wanita murahan seperti dia? cepat dorong aku!” ujar Dzurriya berusaha mengalihkan pembicaraan.Ryan tampak terkesiap mendengar penuturannya tersebut.“A–apa maksudmu? Kenapa kau menyebutnya murahan?” tanya lelaki itu terdengar terbata-bata dan berhati-hati.Dzurriya kembali menoleh ke belakang dan menatap lelaki itu dalam-dalam.‘Apa kau benar-benar yakin mau mendengarnya dariku?’ pikir Dzurriya kemudian menelan ludahnya.“Apa kau benar-benar tidak ingin membawaku untuk keluar? aku begitu penat b
“Apa?” Tampak Eshan berusaha memastikan apa yang barusan ia dengar tersebut, dengan alisnya yang tampak saling mendekat dan hampir menyatu.“Jadi jangan sia-siakan dia! atau aku akan segera merebutnya darimu,” ujar Ryan tiba-tiba menarik kerah Eshan, sambil menatap begitu tajam ke arah kakak sepupunya tersebut.‘Hah!” desah Dzurriya penuh sesal, Iya begitu terkesiap sekaligus tak menyangka kalau mantan kekasihnya itu bakal bicara sembarangan seperti itu.Sementara Alexa terlihat nyengir kegirangan, Ia bahkan terlihat sangat menikmati pemandangan itu.Berbeda dengan dirinya yang mulai was-was, apalagi melihat suaminya itu memegang tangan Ryan yang tengah mencengkeram kuat kerah bajunya, kemudian perlahan menurunkan tangan adik sepupunya itu, dan mulai menatapnya dengan tajam.‘Jangan-jangan mereka akan berkelahi!’ pikir Dzurriya.Tapi apa yang akan terjadi melampaui perkiraannya.“Kalau kau sangat menyukainya…”‘Apa yang mau kau katakan, Mas?’ pikir Dzurriya sambil menatap mata suamin
BekTerdengar suara pukulan begitu keras, diikuti cairan yang terasa memancar di pipi kiri Dzurriya, tapi anehnya Dzurriya tak merasakan apa-apa.“Apa yang terjadi?” pikirnya.Dengan heran dibukanya matanya perlahan penuh was-was.Tampak tubuh tua bangka itu tergolek lemah di sampingnya dengan sisa-sisa bercak di tepi mulutnya, sepertinya itu adalah darah.Seketika Dzurriya langsung tersentak, sembari kembali menutup mulutnya yang mendesah singkat.Dialihkannya kemudian pandangannya ke arah seseorang berkemeja putih yang tampak memukul satu persatu para pengawal itu dengan membabi buta di depannya.“Mas!” Panggil Dzurriya lirih, begitu mendapati wajah lelaki yang tadi membelakanginya itu tiba-tiba menendang kepala seorang pengawal hinggap badannya memutar menghadap ke arah Dzurriya.Sementara itu tiba-tiba terlihat tangan Braha yang tersungkur di sebelahnya meraba-raba, seperti tengah hendak meraihnya. Dzurriya yang terperanjat kaget langsung menyeret tubuhnya mundur.Namun badan le
Dzurriya hendak menjelaskan kalau dia benar-benar amnesia, dan baru ingat semuanya, namun tiba-tiba tubuh Ryan tersentak hebat bersamaan dengan darah yang tiba-tiba memancar keluar dari dalam mulut mantan tunangannya itu.Sontak Eshan begitu terperanjat kaget dan terlihat langsung menghampiri sepupunya itu, kemudian menggendongnya.Dzurriya yang begitu syok hanya bisa menoleh sambil mendesah cepat, dan seketika menutup mulutnya dengan kedua tangannya, matanya sendiri langsung berkaca-kaca.Ia lalu mengikuti suaminya yang setengah berlari dengan panik itu.Namun tiba-tiba tangan kanan Alexa menjulur dan menghalangi jalannya.Dzurriya menoleh ke arah wanita itu dengan heran, namun wanita tak punya hati itu malah tersenyum nyengir ke hadapannya, dan segera melirik ke arah pengawalnya tadi, yang sepertinya terlupakan oleh suaminya.Dia kemudian menggerakkan bola matanya melirik ke arah Dzurriya dengan cepat.Alhasil dalam sepersekian detik saja, para pengawal itu langsung membungkam mulut
Dzurriya segera mencari sesuatu di badan Ryan. Kalau perkiraannya benar, dan lelaki itu datang ke sana untuk menyelamatkannya, pasti dia membawa sesuatu untuk membela diri, dan benar saja itu yang menemukan senjata api di bagian dalam saku jaketnya.Dzurriya segera mengambil senjata itu dan berlari ke belakang pintu. Namun na’as, pintu itu tiba-tiba terbuka begitu saja, mata Dzurriya langsung membelalak lebar, tubuhnya pun yang tadinya condong kedepan karena buru-buru berlari ke belakang pintu, sontak menegak bersamaan dengan matanya yang menoleh ke arah pintu tersebut.Dengan panik, ia segera mengokang pistolnya, dan mengarahkan pistol itu pada seseorang yang masuk pertama, yang tak lain adalah paman istri pertama suaminya itu.Tapi karena Ia tidak mahir sama sekali juga begitu gugup, peluru pistol itu malah meluncur ke arah daun pintu tadi dan menyebabkan suara dentuman yang begitu keras. Alhasil Alexa dan Braha berhasil mundur dan menghindar.“Kurang ajar! berani sekali dia melaku
“Hi, Sayang! Apa kau sudah tertidur?” Mata Dzurriya langsung tersentak bangun mendengar suara yang mendesah berat tersebut, Ia langsung seketika berusaha mengangkat dirinya yang terikat kuat tersebut sampai-sampai kursi itu terangkat dan bergeser sedikit, kemudian terantuk ke lantai begitu keras.“Apa maumu, jangan coba-coba menyentuhku!” ancam Dzurriya dengan matanya yang membulat sempurna menoleh ke arah Tua bangka, Braha sialan itu, yang tengah memandangnya dengan dengan tatapan yang begitu menjijikan.“Kamu kira kamu bisa menghindar dariku sekarang?” ujar lelaki itu sambil meringis, belum lagi tangannya yang kotor dan keriput itu mengusap pipinya, membuat Dzurriya benar-benar muak dan segera menolehkan wajahnya ke arah lelaki itu, kemudian….“Akh!”Terdengar jeritan kesakitan yang begitu keras dan panjang dari lelaki itu, karena Dzurriya sengaja menggigit jemari tangannya yang barusan menyentuhnya sembarangan tersebut.Lelaki yang tampak kesakitan itu berusaha memukul badan dan k
“Apa? Kurang Ajar!” seru Eshan naik pitam, sambil menggebrak meja dengan keras, membuat Tikno yang baru saja masuk ke ruang kerjanya itu ikut tersentak kaget, dan langsung mengangkat kepala menatapnya.“Bagaimana kalian bisa dikecoh oleh seorang wanita seperti itu? Dasar Bodoh! Aku tidak mau tahu, cari dia sampai ketemu, atau kepala kalian taruhannya!” lanjutnya sembari langsung menutup teleponnya dengan nafas yang terengah-engah marah.“Beraninya dia bermain-main denganku?” gumamnya sambil menundukkan punggungnya dan menyandarkan tangannya di atas meja kerjanya.“Ada apa, apa dia menghilang?”Eshan mengangkat bola mata dan alisnya bersamaan ke arah Tikno.“Sepertinya tak ada cara lain, Tuan harus memasang penyadap di mobil Nyonya, ini pasti ada hubungannya dengan lelaki itu,” saran Tikno.“Kita bicarakan itu nanti,” ujar Eshan sembari menegakkan badannya berdiri. Selama ini dia berusaha tidak memata-matai dan percaya pada istrinya, sebagaimana janjinya dulu pada wanita itu sebelum me