Home / Pendekar / Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis / Bab 4 Latihan Jurus Iblis

Share

Bab 4 Latihan Jurus Iblis

Author: J Shara
last update Last Updated: 2025-01-28 08:51:40

Delapan tahun lebih telah berlalu dan kini Jing Wu sudah beranjak remaja, selama itu pula Jing Wu belajar jurus-jurus dari para iblis. Begitu pula dengan Yang Zi, ia kini menguasai level empat tapak penghancur.

Yang Zi memperlihatkan jurus tapak penghancurnya di hadapan Yang Zhao, ayahnya. Ia tampak puas dengan hasilnya begitu pun dengan ibunya, Shu Zuu.

Sementara Yang Zhao tampak kurang senang melihat perkembangan putranya yang sebenarnya tidak begitu cepat karena ini sudah delapan tahun berlalu. Bukan hanya itu, Yang Zi juga memiliki attitude yang arogan dan cepat puas dengan pencapaiannya.

Yang Zhao kembali masuk ke dalam kamar, ia merenung, memikirkan bagaimana nasib Jing Wu saat ini. Pria itu bahkan tampak kurus karena merasa bersalah tak bisa mendidik Jing Wu dengan benar sehingga anak itu melukai Yang Zi.

Shu Zuu masuk ke kamar, ia prihatin melihat kegundahan Yang Zhao. "Kau tidak perlu merasa bersalah," kata Shu Zuu berusaha menghibur Yang Zhao.

"Bagaimana aku tidak merasa bersalah sementara aku tidak tahu di mana Jing Wu sekarang," sesal Yang Zhao.

"Anak itu pergi karena keinginannya sendiri," kata Shu Zuu, "lagi pula, dia sudah mencelakai Yang Zi, anak kita."

"Kau tidak mengerti!" sergah Yang Zhao, "aku sudah berjanji pada Jing Huei untuk menjaga Jing Wu, tapi apa yang aku lakukan? Aku malah membuatnya pergi dari rumah!"

"Sayang, kamu kira aku tidak peduli dengan anak itu?" balas Shu Zuu, "Xiao Ling adalah sahabatku dan aku sangat sayang Jing Wu, tapi ... aku tidak bisa memaafkan dia yang sudah mencelakai Yang Zi."

Shu Zuu meneteskan air matanya. Yang Zhao mendadak merasa bersalah pada istrinya. "Aku hanya bisa merasakan Jing Wu pasti ketakutan saat mencelakai Yang Zi, aku yakin dia tidak mungkin berniat mencelakai anak kita."

Terdengar suara derek pintu kamar, mereka menoleh dan Yang Zi berada di ambang pintu, menatap tajam ke arah orang tuanya.

"Kenapa ayah selalu saja memikirkan Jing Wu!" sergah Yang Zi menggertak, "apa sih kelebihan anak itu?"

"Jaga mulutmu!" balas Yang Zhao, "dia itu kakakmu!"

"Kakak? Aku tidak punya kakak!" Yang Zi menekankan ucapannya, "ingat, dia sudah mencelakaiku sampai aku terluka parah!"

Yang Zhao hanya diam, sejak kejadian itu dia selalu saja beradu mulut dengan istri dan anaknya. Yang Zhao merasa tak ada yang mengerti akan dirinya yang memiliki janji pada mendiang sahabatnya.

Yang Zi lalu meninggalkan kedua orang tuanya, menuju ke kamarnya. "Jing Wu, awas kau kalau kita bertemu! Kau akan kubunuh!"

***

Sementara di lembah iblis, Jing Wu duduk bermain catur bersama Kanibal.

"Yeiy, aku menang!" Jing Wu berloncat-loncat ria karena mengalahkan Kanibal.

"Cih, kenapa bocah itu begitu cerdas?" keluh Kanibal, "aku bahkan tidak pernah menang melawannya main catur."

"Jing Wu!" panggil seseorang.

"Wah, paman Assasin memanggilku," gumam Jing Wu, "pasti ... dia mau menyiksaku lagi."

"Ayo ke sana!" Kata Kanibal sambil mendorong jauh Jing Wu.

Jing Wu kini berada di depan pondok milik Assasin. Di sana, Assasin berdiri bersandar di samping pintu sambil memegang pisau.

"Paman, hari ini kita latihan ya?" tanya Jing Wu polos.

"Um ... tidak juga sih."

"Terus?"

"Bagaimana kalau kita melakukan permainan?"

Mata Jing Wu berkilau, permainan? Jarang sekali Assasin mengajaknya bermain. Tapi, apa pun itu Jing Wu sangat suka permainan apalagi beradu otak. Kanibal bahkan tak pernah menang bermain catur melawannya.

"Oke, Paman, bagaimana peraturannya?"

Assasin melempar pisau itu dan dengan sigap ditangkap oleh Jing Wu. "Kau hanya memerlukan pisau itu dan masuk ke dalam pondok ini, kalau kau bisa keluar kau akan diberi ayam bakar untuk makan malam nanti."

"Ayam bakar? Asyik!"

Jing Wu tampak sangat bersemangat. Sambil mengayung-ngayungkan pisau, ia pun masuk ke pondok itu dan tiba-tiba pondok itu terkunci.

"Eh, terkunci, oh iya ... aku cuma harus keluar dari sini kemudian aku dapat ayam bakar."

Tiba-tiba Jing Wu merasa ada sesuatu yang bergerak di belakangnya dan saat Jing Wu menoleh, sosok harimau kelaparan sedang berdiri dan siap menerkamnya."

Jing Wu tiba-tiba panik dan memukul-mukul pintu. "Paman Assasin, buka pintu! Ada harimau!"

"Kalau aku membuka pintu kau tidak dapat makan malam nanti!" ujar Assasin dengan santainya.

"Paman buka pintunya!"

Tiba-tiba harimau itu menerkam Jing Wu tapi dengan gesit Jing Wu menghindarinya tapi pisau dari genggamannya terlempar jauh darinya.

"Sial, aku harus membunuh harimau itu kalau ingin selamat," batin Jing Wu. Ia melirik pisau itu, "aku harus mengambil pisau itu dulu."

Lagi-lagi harimau buas itu mencoba menerkamnya. "Sial!" umpatnya, "ia lalu berlari ke arah dinding dan dengan menggunakan jurus gerakan angin ia mampu bergerak menuju ke arah pisau itu dan meraihnya.

"Bagus, jurus paman Assasin sangat ampuh di saat seperti ini," ucapnya.

Sore telah tiba dan tidak ada suara pertempuran di dalam pondok lagi. Sayangnya, pintu tak jua terbuka.

"Huh, sayang sekali ...," kata Assasin. Ia hendak melangkah pergi dari sana tapi tiba-tiba pintu pondok itu terlempar dan Assasin menoleh ke belakang.

Tampak Jing Wu berlumuran darah sambil memegang pisau. "Malam ini aku dapat ayam bakar, kan?"

"Huh, dasar Bocah!"

Setelah makan malam, Tangan Beracun mengajak Jing Wu ke halaman pondok iblis. Ia mencoba mengajari Jing Wu sesuatu mengenai racun.

"Jing Wu, Paman sudah mengajarimu berbagai jenis racun dan bagaimana cara menanganinya dengan herbal dan tenaga dalam."

"Ya, Paman."

"Hanya saja, ada satu racun yang sangat sulit dinetralisir dengan herbal yang mudah kau dapatkan dan juga dengan menyalurkan tenaga dalam sekalipun."

Jing Wu berusaha menyimak apa yang Tangan Beracun ucapkan.

"Jika kau berhadapan dengan Racun Gaib, berhati-hatilah jika terkena racunnya."

"Lalu, kalau aku terkena racunnya, apa yang harus kulakukan?" tanya Jing Wu.

"Untuk sementara kau harus menggunakan tenaga dalammu agar racun tidak cepat menyebar tapi ini sementara saja, setelah itu kau harus mencari bunga penjaga jiwa yang berada di telaga suci."

"Telaga suci? Di mana itu?"

"Itu ada di kuil utara dan satu-satunya yang bisa meramu bunga penjaga jiwa menjadi penawar racun gaib, adalah biksu bernama Tangan Baja."

"Tangan Baja?"

"Ya. Intinya kau harus berhati-hati saat bertemu Racun Gaib, dia juga menggunakan tangan kirinya sebagai senjata racunnya."

"Baik, Paman," ucap Jing Wu, "aku akan selalu mengingat pelajaran ini."

Setelah meninggalkan Tangan Beracun, Jing Wu masuk ke kamarnya namun di sana ada Kanibal.

"Paman Kan, tumben Paman ke kamarku," kata Jing Wu, "kangen ya?"

"Jing Wu, mungkin inilah saatnya." Kanibal tampak begitu serius.

"Saatnya apa, Paman?"

"Saatnya untuk keluar dari lembah Sepuluh Iblis ini dan melihat dunia luar."

Related chapters

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 5 Pertemuan Sang Dewa Iblis

    "Tapi ... aku belum siap, Paman," sahut Jing Wu agak panik. "Siap atau belum, kau harus keluar dari sini," kata Kanibal, "kurasa kau sudah banyak mempelajari jurus iblis dan kau bisa dengan cepat menguasainya, hanya saja itu tidak cukup!" Jing Wu terdiam. "Jika kau ingin menjadi orang yang hebat, kau harus keluar dan hadapi dunia, bertemu dengan orang-orang hebat dan belajar jurus-jurus hebat seperti tapak penghancur milik Yang Zhao." "Di mana aku bisa mempelajari jurus-jurus hebat sementara aku yakin Paman Yang tidak akan menerimaku lagi?" "Jing Wu, orang hebat di dunia ini bukan hanya Yang Zhao," kata Kanibal, "kau pasti pernah mendengar si Tangan Baja dari Tangan Beracun kan?" "Ya, dia adalah biksu di kuil utara." "Benar, kau bisa menemuinya dan banyak belajar jurus-jurus hebat darinya selain belajar meramu penawar Racun Gaib." Jing Wu menyimak dengan seksama ucapan Kanibal. "Selain jurus tapak penghancur, ada beberapa jurus hebat lainnya. Tapi, kau harus tahu Jing Wu, jur

    Last Updated : 2025-01-28
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 6 Si Cantik Pandai Pedang

    "Hajar dia!" perintah pria paruh baya itu pada ketiga pria bertubuh besar. Salah satu pria itu pun maju menyerang Jing Wu namun Jing dengan gesit mampu menghindari serangan. Pria itu pun malah menambrak pohon besar. Kali ini satu pria maju dan hendak menyergap Jing Wu, tapi lagi-lagi Jing Wu mampu menghindari serangan pria itu. "Hehehe, anak muda kau mungkin bisa menghindari serangan kedua temanku tapi kau tidak mungkin menghindari serangan pisau bisa kobraku ini." "Itu beracun?" tanya Jing Wu. Pria itu tidak menjawab Jing Wu, namun ia tiba-tiba maju dengan gerakan yang gesit. Jing Wu menghindari setiap serangan pria itu dan tiba-tiba ia menotok pergelangan tangan pria itu sehingga menjadi kaku dan pisau itu pun jatuh. Jing Wu lalu berbalik menatap pria paruh baya itu. "Kau mau juga?" pria itu tampak ketakutan lalu ia berbalik dan berlari terbirit-birit. Jing Wu lalu meninggalkan ketiga pria itu dan sampai ke suatu pondok, ia istirahat sebentar, memakan bakpao yang ia beli di ko

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 7 Guru Han

    Entah sudah berapa lama Jing Wu terbaring, pria itu akhirnya sadar. Saat ia membuka matanya, pandangannya agak kabur karena masih brradaptasi. Namun, perlahan penglihatannya makin jelas dan ia berada di suatu ruangan, di atas futon sederhana. Tiba-tiba Jing Wu merasa nyeri di bagian dadanya. Ia kemudian mengingat kejadian ia diserang seorang pria bertubuh kekar di halaman kuil. Jing Wu meraba dadanya, memang masih nyeri tapi rasa sakitnya berkurang drastis, seperti ada yang telah menyalurkan tenaga dalam yang dahsyat di tubuhnya. "Kau sudah siuman?" Jing Wu langsung menoleh ke arah pintu dan kakek pemabuk bersuara cempreng itu berdiri di sana. Jing Wu hendak bangkit dari futon namun dadanya lebih terasa nyeri saat ia bangun. "Hati-hati anak muda, lukamu belum sembuh betul!" kata kakek itu. "Pria itu ...," ucap Jing Wu dengan bibir bergetar, "siapa dia?" tanyanya, "dia mencari Guru Han." "Hadeuh ... anak itu memang keras kepala," kata sang kakek, "padahal aku sudah lama mengusir

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 8 Jurus Satu Jari

    Guru Han memandang prihatin dengan luka di punggung Jing Wu. Jika saja Jing Wu telat bergerak sedikit saja, mungkin punggungnya habis tercabik habis oleh beruang itu. Guru Han terus menyalurkan tenaga dalamnya hingga luka itu terasa lebih mendingan. Tapi, sepertinya Jing Wu mulai demam. "Xiao Wu, kau perlu istirahat malam ini!" kata guru Han, "besok kita mulai latihan jurus satu jari!" Jing Wu yang mendengar ucapan terakhir guru Han langsung terkejut. "Besok, kita bela- aduh ...." Saking semangatnya, Jing Wu sampai lupa akan lukanya. "Jangan terlalu banyak bergerak! Lukamu belum sembuh betul." Jing Wu tampak amat senang. "Baik, Guru!" Guru Han tersenyum tipis sebelum keluar dari kamar Jing Wu. *** Pagi-pagi buta, Jing Wu bangun dan ia langsung membereskan semuanya. Ia mencuci piring dan baju kotor serta membersihkan kuil dan halamannya. Dengan semangat ia lalu mendatangi guru Han yang tampak sedang bermeditasi di dalam kuil. "Guru, ayo kita latihan jurus satu jari!" Jing Wu

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   BAB 1 Iblis Bermata Merah

    "Ahahaha!" Tawa para anak-anak itu menggema saat mereka memborongi seorang anak laki-laki tampan yang tak berdaya. "Dasar Jing Wu bodoh!" seru salah satu anak di sana, "ini akibatnya kau terus mencari muka ke guru! Apa kau berani melapor ke pamanmu yang pendekar hebat itu?" Jing Wu hanya bisa pasrah. Dia bukan anak bodoh yang harus melakukan perlawanan sia-sia. Dipukul oleh teman-temannya sudah menjadi makanan sehari-harinya. Setelah kejadian itu, Jing Wu pulang ke rumah paman dan bibinya. "Bibi Zuu!" panggilnya sambil mengetuk pintu agak keras. Tidak lama kemudian wanita cantik bernama Shu Zuu itu membuka pintu dan alangkah kagetnya ia melihat Jing Wu dalam keadaan babak belur. "Apa kau habis berkelahi lagi?" tanya Shu Zuu agak keras. Jing Wu langsung masuk tanpa merespon bibi Zuu, ia sudah terbiasa pulang dalam keadaan babak belur namun ia malah dituduh berkelahi. "Xiao Jing Wu, jawab Bibi!" "Ada apa ini?" Suara bariton pria milik Yang Zhao tiba-tiba muncul. Jing Wu tampak

    Last Updated : 2025-01-28
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 2 Bujukan Sang Iblis

    Pria besar bermata merah itu memandang Jing Wu yang memasang kuda-kuda sambil melemparkan tatapannya yang begitu berani tanpa ada rasa takut sama sekali. Pria itu mengedipkan matanya sekali, Jing Wu menguatkan kuda-kudanya, bersiap untuk membalas jika pria itu menyerangnya. "Buahahahaha!" Tiba-tiba tawa pria itu meledak terpingkal-pingkal yang membuat Jing Wu keheranan. "Bocah ini beraninya mau melawan salah satu iblis terkuat di jagat ini!" ucap iblis itu sambil tertawa. "Huh, jangan anggap remeh aku, Paman!" cecar Jing Wu, "lihat ini!" Jing Wu maju dan menendang iblis itu namun sang iblis makin terpingkal-pingkal karena baginya tendangan anak itu tak berasa sama sekali. "Sudah sudah, aku tidak punya waktu untuk bermain-main dengan bocah sepertimu." Akhirnya, iblis itu bisa menguasai dirinya. "Hm ... bagaimana kalau kau jadi santapanku saja?" mata Iblis itu menyala dan terlihat amat mengerikan. Jing Wu menggertakkan giginya, ia tahu bahwa Iblis di depannya itu tak main-main. Tapi

    Last Updated : 2025-01-28
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 3 Lembah Sepuluh Iblis

    Napas Jing Wu terdengar tersengal-sengal, entah sudah sejauh mana ia berlari yang pasti ia sudah tak ingat jalan pulang lagi. Langit sudah mulai gelap dan hutan cukup mengerikan untuk anak seumur Jing Wu.Jing Wu berjongkok di bawah pohon. Perutnya mulai lapar dan ia pun menangis menyesali perbuatannya yang telah melukai Yang Zi, anak dari Yang Zhao."Bagaimana kalau Paman Yang dan Bibi Shu tidak memaafkanku?" gumam Jing Wu gamang.Ia mengingat kembali apa yang Yang Zi ucapkan, benarkan ayahnya seorang pembunuh? Tiba-tiba terdengar suara tawa iblis di atas pohon.Jing Wu langsung berdiri dan melihat sang iblis. Anak itu panik karena ia tersesat dan sudah pasti tak akan ada orang yang bisa menolongnya. Iblis itu loncat dan kini berdiri di hadapan Jing Wu.Jing Wu menyeka air matanya sebelum memasang kuda-kuda perlawanan."Ku akui, kau benar-benar pemberani, Bocah!" puji iblis itu. "Tapi, anak laki-laki tidak seharusnya menangis!" Iblis itu tampak tertawa mengejek ke arah Jing Wu.Jing

    Last Updated : 2025-01-28

Latest chapter

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 8 Jurus Satu Jari

    Guru Han memandang prihatin dengan luka di punggung Jing Wu. Jika saja Jing Wu telat bergerak sedikit saja, mungkin punggungnya habis tercabik habis oleh beruang itu. Guru Han terus menyalurkan tenaga dalamnya hingga luka itu terasa lebih mendingan. Tapi, sepertinya Jing Wu mulai demam. "Xiao Wu, kau perlu istirahat malam ini!" kata guru Han, "besok kita mulai latihan jurus satu jari!" Jing Wu yang mendengar ucapan terakhir guru Han langsung terkejut. "Besok, kita bela- aduh ...." Saking semangatnya, Jing Wu sampai lupa akan lukanya. "Jangan terlalu banyak bergerak! Lukamu belum sembuh betul." Jing Wu tampak amat senang. "Baik, Guru!" Guru Han tersenyum tipis sebelum keluar dari kamar Jing Wu. *** Pagi-pagi buta, Jing Wu bangun dan ia langsung membereskan semuanya. Ia mencuci piring dan baju kotor serta membersihkan kuil dan halamannya. Dengan semangat ia lalu mendatangi guru Han yang tampak sedang bermeditasi di dalam kuil. "Guru, ayo kita latihan jurus satu jari!" Jing Wu

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 7 Guru Han

    Entah sudah berapa lama Jing Wu terbaring, pria itu akhirnya sadar. Saat ia membuka matanya, pandangannya agak kabur karena masih brradaptasi. Namun, perlahan penglihatannya makin jelas dan ia berada di suatu ruangan, di atas futon sederhana. Tiba-tiba Jing Wu merasa nyeri di bagian dadanya. Ia kemudian mengingat kejadian ia diserang seorang pria bertubuh kekar di halaman kuil. Jing Wu meraba dadanya, memang masih nyeri tapi rasa sakitnya berkurang drastis, seperti ada yang telah menyalurkan tenaga dalam yang dahsyat di tubuhnya. "Kau sudah siuman?" Jing Wu langsung menoleh ke arah pintu dan kakek pemabuk bersuara cempreng itu berdiri di sana. Jing Wu hendak bangkit dari futon namun dadanya lebih terasa nyeri saat ia bangun. "Hati-hati anak muda, lukamu belum sembuh betul!" kata kakek itu. "Pria itu ...," ucap Jing Wu dengan bibir bergetar, "siapa dia?" tanyanya, "dia mencari Guru Han." "Hadeuh ... anak itu memang keras kepala," kata sang kakek, "padahal aku sudah lama mengusir

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 6 Si Cantik Pandai Pedang

    "Hajar dia!" perintah pria paruh baya itu pada ketiga pria bertubuh besar. Salah satu pria itu pun maju menyerang Jing Wu namun Jing dengan gesit mampu menghindari serangan. Pria itu pun malah menambrak pohon besar. Kali ini satu pria maju dan hendak menyergap Jing Wu, tapi lagi-lagi Jing Wu mampu menghindari serangan pria itu. "Hehehe, anak muda kau mungkin bisa menghindari serangan kedua temanku tapi kau tidak mungkin menghindari serangan pisau bisa kobraku ini." "Itu beracun?" tanya Jing Wu. Pria itu tidak menjawab Jing Wu, namun ia tiba-tiba maju dengan gerakan yang gesit. Jing Wu menghindari setiap serangan pria itu dan tiba-tiba ia menotok pergelangan tangan pria itu sehingga menjadi kaku dan pisau itu pun jatuh. Jing Wu lalu berbalik menatap pria paruh baya itu. "Kau mau juga?" pria itu tampak ketakutan lalu ia berbalik dan berlari terbirit-birit. Jing Wu lalu meninggalkan ketiga pria itu dan sampai ke suatu pondok, ia istirahat sebentar, memakan bakpao yang ia beli di ko

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 5 Pertemuan Sang Dewa Iblis

    "Tapi ... aku belum siap, Paman," sahut Jing Wu agak panik. "Siap atau belum, kau harus keluar dari sini," kata Kanibal, "kurasa kau sudah banyak mempelajari jurus iblis dan kau bisa dengan cepat menguasainya, hanya saja itu tidak cukup!" Jing Wu terdiam. "Jika kau ingin menjadi orang yang hebat, kau harus keluar dan hadapi dunia, bertemu dengan orang-orang hebat dan belajar jurus-jurus hebat seperti tapak penghancur milik Yang Zhao." "Di mana aku bisa mempelajari jurus-jurus hebat sementara aku yakin Paman Yang tidak akan menerimaku lagi?" "Jing Wu, orang hebat di dunia ini bukan hanya Yang Zhao," kata Kanibal, "kau pasti pernah mendengar si Tangan Baja dari Tangan Beracun kan?" "Ya, dia adalah biksu di kuil utara." "Benar, kau bisa menemuinya dan banyak belajar jurus-jurus hebat darinya selain belajar meramu penawar Racun Gaib." Jing Wu menyimak dengan seksama ucapan Kanibal. "Selain jurus tapak penghancur, ada beberapa jurus hebat lainnya. Tapi, kau harus tahu Jing Wu, jur

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 4 Latihan Jurus Iblis

    Delapan tahun lebih telah berlalu dan kini Jing Wu sudah beranjak remaja, selama itu pula Jing Wu belajar jurus-jurus dari para iblis. Begitu pula dengan Yang Zi, ia kini menguasai level empat tapak penghancur.Yang Zi memperlihatkan jurus tapak penghancurnya di hadapan Yang Zhao, ayahnya. Ia tampak puas dengan hasilnya begitu pun dengan ibunya, Shu Zuu.Sementara Yang Zhao tampak kurang senang melihat perkembangan putranya yang sebenarnya tidak begitu cepat karena ini sudah delapan tahun berlalu. Bukan hanya itu, Yang Zi juga memiliki attitude yang arogan dan cepat puas dengan pencapaiannya.Yang Zhao kembali masuk ke dalam kamar, ia merenung, memikirkan bagaimana nasib Jing Wu saat ini. Pria itu bahkan tampak kurus karena merasa bersalah tak bisa mendidik Jing Wu dengan benar sehingga anak itu melukai Yang Zi.Shu Zuu masuk ke kamar, ia prihatin melihat kegundahan Yang Zhao. "Kau tidak perlu merasa bersalah," kata Shu Zuu berusaha menghibur Yang Zhao."Bagaimana aku tidak merasa ber

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 3 Lembah Sepuluh Iblis

    Napas Jing Wu terdengar tersengal-sengal, entah sudah sejauh mana ia berlari yang pasti ia sudah tak ingat jalan pulang lagi. Langit sudah mulai gelap dan hutan cukup mengerikan untuk anak seumur Jing Wu.Jing Wu berjongkok di bawah pohon. Perutnya mulai lapar dan ia pun menangis menyesali perbuatannya yang telah melukai Yang Zi, anak dari Yang Zhao."Bagaimana kalau Paman Yang dan Bibi Shu tidak memaafkanku?" gumam Jing Wu gamang.Ia mengingat kembali apa yang Yang Zi ucapkan, benarkan ayahnya seorang pembunuh? Tiba-tiba terdengar suara tawa iblis di atas pohon.Jing Wu langsung berdiri dan melihat sang iblis. Anak itu panik karena ia tersesat dan sudah pasti tak akan ada orang yang bisa menolongnya. Iblis itu loncat dan kini berdiri di hadapan Jing Wu.Jing Wu menyeka air matanya sebelum memasang kuda-kuda perlawanan."Ku akui, kau benar-benar pemberani, Bocah!" puji iblis itu. "Tapi, anak laki-laki tidak seharusnya menangis!" Iblis itu tampak tertawa mengejek ke arah Jing Wu.Jing

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 2 Bujukan Sang Iblis

    Pria besar bermata merah itu memandang Jing Wu yang memasang kuda-kuda sambil melemparkan tatapannya yang begitu berani tanpa ada rasa takut sama sekali. Pria itu mengedipkan matanya sekali, Jing Wu menguatkan kuda-kudanya, bersiap untuk membalas jika pria itu menyerangnya. "Buahahahaha!" Tiba-tiba tawa pria itu meledak terpingkal-pingkal yang membuat Jing Wu keheranan. "Bocah ini beraninya mau melawan salah satu iblis terkuat di jagat ini!" ucap iblis itu sambil tertawa. "Huh, jangan anggap remeh aku, Paman!" cecar Jing Wu, "lihat ini!" Jing Wu maju dan menendang iblis itu namun sang iblis makin terpingkal-pingkal karena baginya tendangan anak itu tak berasa sama sekali. "Sudah sudah, aku tidak punya waktu untuk bermain-main dengan bocah sepertimu." Akhirnya, iblis itu bisa menguasai dirinya. "Hm ... bagaimana kalau kau jadi santapanku saja?" mata Iblis itu menyala dan terlihat amat mengerikan. Jing Wu menggertakkan giginya, ia tahu bahwa Iblis di depannya itu tak main-main. Tapi

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   BAB 1 Iblis Bermata Merah

    "Ahahaha!" Tawa para anak-anak itu menggema saat mereka memborongi seorang anak laki-laki tampan yang tak berdaya. "Dasar Jing Wu bodoh!" seru salah satu anak di sana, "ini akibatnya kau terus mencari muka ke guru! Apa kau berani melapor ke pamanmu yang pendekar hebat itu?" Jing Wu hanya bisa pasrah. Dia bukan anak bodoh yang harus melakukan perlawanan sia-sia. Dipukul oleh teman-temannya sudah menjadi makanan sehari-harinya. Setelah kejadian itu, Jing Wu pulang ke rumah paman dan bibinya. "Bibi Zuu!" panggilnya sambil mengetuk pintu agak keras. Tidak lama kemudian wanita cantik bernama Shu Zuu itu membuka pintu dan alangkah kagetnya ia melihat Jing Wu dalam keadaan babak belur. "Apa kau habis berkelahi lagi?" tanya Shu Zuu agak keras. Jing Wu langsung masuk tanpa merespon bibi Zuu, ia sudah terbiasa pulang dalam keadaan babak belur namun ia malah dituduh berkelahi. "Xiao Jing Wu, jawab Bibi!" "Ada apa ini?" Suara bariton pria milik Yang Zhao tiba-tiba muncul. Jing Wu tampak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status