Beranda / Pendekar / Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis / Bab 6 Si Cantik Pandai Pedang

Share

Bab 6 Si Cantik Pandai Pedang

Penulis: J Shara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-25 18:12:24

"Hajar dia!" perintah pria paruh baya itu pada ketiga pria bertubuh besar.

Salah satu pria itu pun maju menyerang Jing Wu namun Jing dengan gesit mampu menghindari serangan. Pria itu pun malah menambrak pohon besar. Kali ini satu pria maju dan hendak menyergap Jing Wu, tapi lagi-lagi Jing Wu mampu menghindari serangan pria itu.

"Hehehe, anak muda kau mungkin bisa menghindari serangan kedua temanku tapi kau tidak mungkin menghindari serangan pisau bisa kobraku ini."

"Itu beracun?" tanya Jing Wu.

Pria itu tidak menjawab Jing Wu, namun ia tiba-tiba maju dengan gerakan yang gesit. Jing Wu menghindari setiap serangan pria itu dan tiba-tiba ia menotok pergelangan tangan pria itu sehingga menjadi kaku dan pisau itu pun jatuh.

Jing Wu lalu berbalik menatap pria paruh baya itu. "Kau mau juga?"

pria itu tampak ketakutan lalu ia berbalik dan berlari terbirit-birit. Jing Wu lalu meninggalkan ketiga pria itu dan sampai ke suatu pondok, ia istirahat sebentar, memakan bakpao yang ia beli di kota dan minum secukupnya. Ia pun tertidur hingga tak terasa malam tiba.

Sriiiing.

Tiba-tiba Jing Wu terbangun karena mendengar suara dari arah luar. Ia pun mengintip ke arah jandela dan dari kejauhan ia melihat seseorang sedang berlatih dengan kedua pedangnya.

Jing Wu penasaran dengan jurus orang tersebut. Ia pun keluar dari pondok itu dan berjalan mengendap-ngendap. Alangkah terkesimaknya saat ia melihat gerangan yang sedang bermain dua pedangnya dengan gerakan yang indah di bawah bulan purnama.

Ternyata seorang gadis muda yang cantik dengan pakaian serba putih dan tampak bagus.

Jing Wu terus memandang permainan pedang gadis itu hingga tiba-tiba saja gadis itu melempar salah satu pedangnya ke arah Jing Wu.

Jing Wu terkejut bukan main sampai tak bersuara. Untung saja pedang gadis itu hanya menancap ke pohon yang berada di samping belakang Jing Wu. Gadis itu lalu berloncat dengan cepat dan kini ia duduk setengah jongkok di batu besar, tempat Jing Wu bersembunyi, sambil mengacungkan pedangnya ke leher Jing Wu.

"Sedang apa bocah sepertimu main-main di sini?" tanyanya tajam sambil melemparkan tatapan dingin.

Gadis itu cantik tapi ia terlihat dingin dan kejam.

"A-aku ...."

"Ho ... kelihatannya kau dari daerah lain," kata gadis itu setelah memperhatikan penampilan Jing Wu yang hanya memakai pakaian dengan kain yang sangat sederhana bahkan kain yang sudah tak dijual di mana-mana.

"Ya, aku dari lembah iblis, kebetulan aku sedang ...."

"Kau dari lembah iblis?"

Gadis itu tampak tiba-tiba murka begitu mendengar lembah iblis dan Jing Wu langsung bergerak dengan jurus gerakan angin ke belakang dengan cepat. Hampir saja pedang gadis itu menusuk kerongkongan Jing Wu.

"Hei, tunggu dulu!" seru Jing Wu, "kau tidak perlu marah begitu!"

Gadis itu mengambil satu pedangnya yang tertancap di pohon kemudian dengan cepat ia bergerak menyerang Jing Wu. Jing Wu kesulitan menghindari gadis itu karena gerakan gadis itu begitu lincah.

"Kau adalah bagian dari sepuluh iblis dan harus kubunuh!" kata gadis itu. Ia lalu berloncat dan terus menyerang Jing Wu, bahkan ia mengeluarkan jurus seribu mata pedang ke arah Jing Wu.

Jing Wu mulai kewalahan menghadapi gadis itu. "Cih, kalau begini terus tak ada jalan lain!"

Jing Wu kemudian berloncat dan menepuk bahu gadis itu dan tiba-tiba gadis itu tercekat kemudian berteriak histeris, seperti melihat sesuatu hal yang begitu menyeramkan dalam hidupnya. Gadis itu pun rubuh ke tanah.

"Sepertinya hipnotis bibi Hermi berhasil," gumam Jing Wu, "tapi maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk mencelakaimu tapi aku harus pergi!"

Jing Wu mengangkat gadis itu dan mengamankannya di dalam pondok. Jing Wu lalu berlari cepat meninggalkan gadis itu tergeletak di sana.

***

Tidak terasa Jing Wu kini sampai di suatu kota kecil, tapi sepertinya aura kota itu cukup mencekam. Ia berjalan dan tempat paling ramai di sana adalah kedai minum tuak.

Jing Wu singgah di suatu kedai yang cukup sederhana. Ia masih punya banyak uang untuk membeli makanan beberapa hari ke depan. Ia lalu singgah ke kedai itu.

"Tuan, mau pesan apa?" tanya pelayan itu.

"Semangkuk sup, nasi dan air putih biasa," jawab Jing Wu.

"Tuaknya, Tuan? Kami punya tuak terbaik di kota ini."

"Tidak," sahut Jing Wu cepat.

Setelah makanannya datang, Jing Wu pun menyantap makanannya dengan lahap. Perjalanan seharian benar-benar membuatnya sangat kelaparan.

"Dasar Kakek-kakek! Kau sudah semalaman di sini, masih tidak mau pulang?" teriak seorang pria kepada seorang kakek yang tersungkur mabuk di meja.

"Aku masih mau minum ... hik," ucap kakek itu.

"Aku sudah sabar memberimu minuman gratis di sini!" teriaknya sambil mencengkeram bagian depan kerah baju sang kakek yang tampak lusuh.

Jing Wu sepertinya tak tega melihat kakek tua itu diperlakukan seperti demikian. Ia pun bangkit dan mengeluarkan beberapa koin uang.

"Maaf, Tuan. Biar aku yang bayar minuman kakek ini," kata Jing Wu.

Pria bertubuh tinggi yang ternyata pemilik kedai itu pun mengambil koin itu dengan cemberut. "Huh, asal kau tahu saja anak muda, kakek ini sering seperti ini!" Ia lalu berbalik dan kembali ke dalam.

Jing Wu lalu memperhatikan sang kakek, kasihan juga karena kakek itu mabuk sampai ambruk tak bisa bangun. Jing Wu lalu memopoh kakek tua itu.

"Kakek, biar aku antar ke pondokmu!" kata Jing Wu pada kakek itu namun kakek itu hanya diam, seperti tertidur.

Jing Wu lalu berjalan sambil memapah sang kakek. "Kakek di mana rumah Kakek?"

"Di kuil ...."

Jing Wu pun bertanya-tanya ke beberapa warga letak kuil di kota itu. Berdasarkan petunjuk dari warga, Jing Wu pun menuju kuil. Alangkah terkejutnya Jing Wu melihat kondisi kuil yang tampaknya tak layak untuk dipakai beribadah.

Saat Jing Wu memasuki kuil itu, lantainya amat berdebu. Jing Wu lalu membawa kakek itu di suatu ruangan dan menggeletakkannya di sana. Setelah itu, Jing Wu membereskan kotoran di kuil itu.

Setelah beres-beres, Jing Wu keluar dan tiba-tiba muncul seorang pria bertubuh besar, dengan rambut sebahu yang disisir rapi ke belakang, bersama kedua harimaunya. Pria itu tampak begitu marah.

"Apa kau murid Guru Han?" tanya pria itu begitu lancang.

"Guru Han?" Jing Wu malah balik bertanya, tidak mengenali siapa yang dimaksud pria itu.

Pria itu tiba-tiba menyerang Jing Wu dengan tapaknya dengan gerakan yang cepat. Jing Wu yang kalah gesit pun terkena jurus pria itu secara telak hingga ia terlempar dan menubruk dahan pohon besar. Darah kemudian keluar dari mulut Jing Wu.

"Huh, Guru Han ternyata mempunyai murid yang payah ternyata!" teriak pria itu kemudian pria itu berbalik dan pergi dari sana.

Jing Wu sendiri kondisinya cukup parah. Ia merasakan tulang dadanya remuk karena jurus tapak pria itu dan pandangannya kabur. Ia tidak salah lagi, jurus itu adalah tapak penghancur!

-TBC-

Bab terkait

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 7 Guru Han

    Entah sudah berapa lama Jing Wu terbaring, pria itu akhirnya sadar. Saat ia membuka matanya, pandangannya agak kabur karena masih brradaptasi. Namun, perlahan penglihatannya makin jelas dan ia berada di suatu ruangan, di atas futon sederhana. Tiba-tiba Jing Wu merasa nyeri di bagian dadanya. Ia kemudian mengingat kejadian ia diserang seorang pria bertubuh kekar di halaman kuil. Jing Wu meraba dadanya, memang masih nyeri tapi rasa sakitnya berkurang drastis, seperti ada yang telah menyalurkan tenaga dalam yang dahsyat di tubuhnya. "Kau sudah siuman?" Jing Wu langsung menoleh ke arah pintu dan kakek pemabuk bersuara cempreng itu berdiri di sana. Jing Wu hendak bangkit dari futon namun dadanya lebih terasa nyeri saat ia bangun. "Hati-hati anak muda, lukamu belum sembuh betul!" kata kakek itu. "Pria itu ...," ucap Jing Wu dengan bibir bergetar, "siapa dia?" tanyanya, "dia mencari Guru Han." "Hadeuh ... anak itu memang keras kepala," kata sang kakek, "padahal aku sudah lama mengusir

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 8 Jurus Satu Jari

    Guru Han memandang prihatin dengan luka di punggung Jing Wu. Jika saja Jing Wu telat bergerak sedikit saja, mungkin punggungnya habis tercabik habis oleh beruang itu. Guru Han terus menyalurkan tenaga dalamnya hingga luka itu terasa lebih mendingan. Tapi, sepertinya Jing Wu mulai demam. "Xiao Wu, kau perlu istirahat malam ini!" kata guru Han, "besok kita mulai latihan jurus satu jari!" Jing Wu yang mendengar ucapan terakhir guru Han langsung terkejut. "Besok, kita bela- aduh ...." Saking semangatnya, Jing Wu sampai lupa akan lukanya. "Jangan terlalu banyak bergerak! Lukamu belum sembuh betul." Jing Wu tampak amat senang. "Baik, Guru!" Guru Han tersenyum tipis sebelum keluar dari kamar Jing Wu. *** Pagi-pagi buta, Jing Wu bangun dan ia langsung membereskan semuanya. Ia mencuci piring dan baju kotor serta membersihkan kuil dan halamannya. Dengan semangat ia lalu mendatangi guru Han yang tampak sedang bermeditasi di dalam kuil. "Guru, ayo kita latihan jurus satu jari!" Jing Wu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   BAB 1 Iblis Bermata Merah

    "Ahahaha!" Tawa para anak-anak itu menggema saat mereka memborongi seorang anak laki-laki tampan yang tak berdaya. "Dasar Jing Wu bodoh!" seru salah satu anak di sana, "ini akibatnya kau terus mencari muka ke guru! Apa kau berani melapor ke pamanmu yang pendekar hebat itu?" Jing Wu hanya bisa pasrah. Dia bukan anak bodoh yang harus melakukan perlawanan sia-sia. Dipukul oleh teman-temannya sudah menjadi makanan sehari-harinya. Setelah kejadian itu, Jing Wu pulang ke rumah paman dan bibinya. "Bibi Zuu!" panggilnya sambil mengetuk pintu agak keras. Tidak lama kemudian wanita cantik bernama Shu Zuu itu membuka pintu dan alangkah kagetnya ia melihat Jing Wu dalam keadaan babak belur. "Apa kau habis berkelahi lagi?" tanya Shu Zuu agak keras. Jing Wu langsung masuk tanpa merespon bibi Zuu, ia sudah terbiasa pulang dalam keadaan babak belur namun ia malah dituduh berkelahi. "Xiao Jing Wu, jawab Bibi!" "Ada apa ini?" Suara bariton pria milik Yang Zhao tiba-tiba muncul. Jing Wu tampak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 2 Bujukan Sang Iblis

    Pria besar bermata merah itu memandang Jing Wu yang memasang kuda-kuda sambil melemparkan tatapannya yang begitu berani tanpa ada rasa takut sama sekali. Pria itu mengedipkan matanya sekali, Jing Wu menguatkan kuda-kudanya, bersiap untuk membalas jika pria itu menyerangnya. "Buahahahaha!" Tiba-tiba tawa pria itu meledak terpingkal-pingkal yang membuat Jing Wu keheranan. "Bocah ini beraninya mau melawan salah satu iblis terkuat di jagat ini!" ucap iblis itu sambil tertawa. "Huh, jangan anggap remeh aku, Paman!" cecar Jing Wu, "lihat ini!" Jing Wu maju dan menendang iblis itu namun sang iblis makin terpingkal-pingkal karena baginya tendangan anak itu tak berasa sama sekali. "Sudah sudah, aku tidak punya waktu untuk bermain-main dengan bocah sepertimu." Akhirnya, iblis itu bisa menguasai dirinya. "Hm ... bagaimana kalau kau jadi santapanku saja?" mata Iblis itu menyala dan terlihat amat mengerikan. Jing Wu menggertakkan giginya, ia tahu bahwa Iblis di depannya itu tak main-main. Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 3 Lembah Sepuluh Iblis

    Napas Jing Wu terdengar tersengal-sengal, entah sudah sejauh mana ia berlari yang pasti ia sudah tak ingat jalan pulang lagi. Langit sudah mulai gelap dan hutan cukup mengerikan untuk anak seumur Jing Wu.Jing Wu berjongkok di bawah pohon. Perutnya mulai lapar dan ia pun menangis menyesali perbuatannya yang telah melukai Yang Zi, anak dari Yang Zhao."Bagaimana kalau Paman Yang dan Bibi Shu tidak memaafkanku?" gumam Jing Wu gamang.Ia mengingat kembali apa yang Yang Zi ucapkan, benarkan ayahnya seorang pembunuh? Tiba-tiba terdengar suara tawa iblis di atas pohon.Jing Wu langsung berdiri dan melihat sang iblis. Anak itu panik karena ia tersesat dan sudah pasti tak akan ada orang yang bisa menolongnya. Iblis itu loncat dan kini berdiri di hadapan Jing Wu.Jing Wu menyeka air matanya sebelum memasang kuda-kuda perlawanan."Ku akui, kau benar-benar pemberani, Bocah!" puji iblis itu. "Tapi, anak laki-laki tidak seharusnya menangis!" Iblis itu tampak tertawa mengejek ke arah Jing Wu.Jing

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 4 Latihan Jurus Iblis

    Delapan tahun lebih telah berlalu dan kini Jing Wu sudah beranjak remaja, selama itu pula Jing Wu belajar jurus-jurus dari para iblis. Begitu pula dengan Yang Zi, ia kini menguasai level empat tapak penghancur.Yang Zi memperlihatkan jurus tapak penghancurnya di hadapan Yang Zhao, ayahnya. Ia tampak puas dengan hasilnya begitu pun dengan ibunya, Shu Zuu.Sementara Yang Zhao tampak kurang senang melihat perkembangan putranya yang sebenarnya tidak begitu cepat karena ini sudah delapan tahun berlalu. Bukan hanya itu, Yang Zi juga memiliki attitude yang arogan dan cepat puas dengan pencapaiannya.Yang Zhao kembali masuk ke dalam kamar, ia merenung, memikirkan bagaimana nasib Jing Wu saat ini. Pria itu bahkan tampak kurus karena merasa bersalah tak bisa mendidik Jing Wu dengan benar sehingga anak itu melukai Yang Zi.Shu Zuu masuk ke kamar, ia prihatin melihat kegundahan Yang Zhao. "Kau tidak perlu merasa bersalah," kata Shu Zuu berusaha menghibur Yang Zhao."Bagaimana aku tidak merasa ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 5 Pertemuan Sang Dewa Iblis

    "Tapi ... aku belum siap, Paman," sahut Jing Wu agak panik. "Siap atau belum, kau harus keluar dari sini," kata Kanibal, "kurasa kau sudah banyak mempelajari jurus iblis dan kau bisa dengan cepat menguasainya, hanya saja itu tidak cukup!" Jing Wu terdiam. "Jika kau ingin menjadi orang yang hebat, kau harus keluar dan hadapi dunia, bertemu dengan orang-orang hebat dan belajar jurus-jurus hebat seperti tapak penghancur milik Yang Zhao." "Di mana aku bisa mempelajari jurus-jurus hebat sementara aku yakin Paman Yang tidak akan menerimaku lagi?" "Jing Wu, orang hebat di dunia ini bukan hanya Yang Zhao," kata Kanibal, "kau pasti pernah mendengar si Tangan Baja dari Tangan Beracun kan?" "Ya, dia adalah biksu di kuil utara." "Benar, kau bisa menemuinya dan banyak belajar jurus-jurus hebat darinya selain belajar meramu penawar Racun Gaib." Jing Wu menyimak dengan seksama ucapan Kanibal. "Selain jurus tapak penghancur, ada beberapa jurus hebat lainnya. Tapi, kau harus tahu Jing Wu, jur

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28

Bab terbaru

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 8 Jurus Satu Jari

    Guru Han memandang prihatin dengan luka di punggung Jing Wu. Jika saja Jing Wu telat bergerak sedikit saja, mungkin punggungnya habis tercabik habis oleh beruang itu. Guru Han terus menyalurkan tenaga dalamnya hingga luka itu terasa lebih mendingan. Tapi, sepertinya Jing Wu mulai demam. "Xiao Wu, kau perlu istirahat malam ini!" kata guru Han, "besok kita mulai latihan jurus satu jari!" Jing Wu yang mendengar ucapan terakhir guru Han langsung terkejut. "Besok, kita bela- aduh ...." Saking semangatnya, Jing Wu sampai lupa akan lukanya. "Jangan terlalu banyak bergerak! Lukamu belum sembuh betul." Jing Wu tampak amat senang. "Baik, Guru!" Guru Han tersenyum tipis sebelum keluar dari kamar Jing Wu. *** Pagi-pagi buta, Jing Wu bangun dan ia langsung membereskan semuanya. Ia mencuci piring dan baju kotor serta membersihkan kuil dan halamannya. Dengan semangat ia lalu mendatangi guru Han yang tampak sedang bermeditasi di dalam kuil. "Guru, ayo kita latihan jurus satu jari!" Jing Wu

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 7 Guru Han

    Entah sudah berapa lama Jing Wu terbaring, pria itu akhirnya sadar. Saat ia membuka matanya, pandangannya agak kabur karena masih brradaptasi. Namun, perlahan penglihatannya makin jelas dan ia berada di suatu ruangan, di atas futon sederhana. Tiba-tiba Jing Wu merasa nyeri di bagian dadanya. Ia kemudian mengingat kejadian ia diserang seorang pria bertubuh kekar di halaman kuil. Jing Wu meraba dadanya, memang masih nyeri tapi rasa sakitnya berkurang drastis, seperti ada yang telah menyalurkan tenaga dalam yang dahsyat di tubuhnya. "Kau sudah siuman?" Jing Wu langsung menoleh ke arah pintu dan kakek pemabuk bersuara cempreng itu berdiri di sana. Jing Wu hendak bangkit dari futon namun dadanya lebih terasa nyeri saat ia bangun. "Hati-hati anak muda, lukamu belum sembuh betul!" kata kakek itu. "Pria itu ...," ucap Jing Wu dengan bibir bergetar, "siapa dia?" tanyanya, "dia mencari Guru Han." "Hadeuh ... anak itu memang keras kepala," kata sang kakek, "padahal aku sudah lama mengusir

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 6 Si Cantik Pandai Pedang

    "Hajar dia!" perintah pria paruh baya itu pada ketiga pria bertubuh besar. Salah satu pria itu pun maju menyerang Jing Wu namun Jing dengan gesit mampu menghindari serangan. Pria itu pun malah menambrak pohon besar. Kali ini satu pria maju dan hendak menyergap Jing Wu, tapi lagi-lagi Jing Wu mampu menghindari serangan pria itu. "Hehehe, anak muda kau mungkin bisa menghindari serangan kedua temanku tapi kau tidak mungkin menghindari serangan pisau bisa kobraku ini." "Itu beracun?" tanya Jing Wu. Pria itu tidak menjawab Jing Wu, namun ia tiba-tiba maju dengan gerakan yang gesit. Jing Wu menghindari setiap serangan pria itu dan tiba-tiba ia menotok pergelangan tangan pria itu sehingga menjadi kaku dan pisau itu pun jatuh. Jing Wu lalu berbalik menatap pria paruh baya itu. "Kau mau juga?" pria itu tampak ketakutan lalu ia berbalik dan berlari terbirit-birit. Jing Wu lalu meninggalkan ketiga pria itu dan sampai ke suatu pondok, ia istirahat sebentar, memakan bakpao yang ia beli di ko

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 5 Pertemuan Sang Dewa Iblis

    "Tapi ... aku belum siap, Paman," sahut Jing Wu agak panik. "Siap atau belum, kau harus keluar dari sini," kata Kanibal, "kurasa kau sudah banyak mempelajari jurus iblis dan kau bisa dengan cepat menguasainya, hanya saja itu tidak cukup!" Jing Wu terdiam. "Jika kau ingin menjadi orang yang hebat, kau harus keluar dan hadapi dunia, bertemu dengan orang-orang hebat dan belajar jurus-jurus hebat seperti tapak penghancur milik Yang Zhao." "Di mana aku bisa mempelajari jurus-jurus hebat sementara aku yakin Paman Yang tidak akan menerimaku lagi?" "Jing Wu, orang hebat di dunia ini bukan hanya Yang Zhao," kata Kanibal, "kau pasti pernah mendengar si Tangan Baja dari Tangan Beracun kan?" "Ya, dia adalah biksu di kuil utara." "Benar, kau bisa menemuinya dan banyak belajar jurus-jurus hebat darinya selain belajar meramu penawar Racun Gaib." Jing Wu menyimak dengan seksama ucapan Kanibal. "Selain jurus tapak penghancur, ada beberapa jurus hebat lainnya. Tapi, kau harus tahu Jing Wu, jur

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 4 Latihan Jurus Iblis

    Delapan tahun lebih telah berlalu dan kini Jing Wu sudah beranjak remaja, selama itu pula Jing Wu belajar jurus-jurus dari para iblis. Begitu pula dengan Yang Zi, ia kini menguasai level empat tapak penghancur.Yang Zi memperlihatkan jurus tapak penghancurnya di hadapan Yang Zhao, ayahnya. Ia tampak puas dengan hasilnya begitu pun dengan ibunya, Shu Zuu.Sementara Yang Zhao tampak kurang senang melihat perkembangan putranya yang sebenarnya tidak begitu cepat karena ini sudah delapan tahun berlalu. Bukan hanya itu, Yang Zi juga memiliki attitude yang arogan dan cepat puas dengan pencapaiannya.Yang Zhao kembali masuk ke dalam kamar, ia merenung, memikirkan bagaimana nasib Jing Wu saat ini. Pria itu bahkan tampak kurus karena merasa bersalah tak bisa mendidik Jing Wu dengan benar sehingga anak itu melukai Yang Zi.Shu Zuu masuk ke kamar, ia prihatin melihat kegundahan Yang Zhao. "Kau tidak perlu merasa bersalah," kata Shu Zuu berusaha menghibur Yang Zhao."Bagaimana aku tidak merasa ber

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 3 Lembah Sepuluh Iblis

    Napas Jing Wu terdengar tersengal-sengal, entah sudah sejauh mana ia berlari yang pasti ia sudah tak ingat jalan pulang lagi. Langit sudah mulai gelap dan hutan cukup mengerikan untuk anak seumur Jing Wu.Jing Wu berjongkok di bawah pohon. Perutnya mulai lapar dan ia pun menangis menyesali perbuatannya yang telah melukai Yang Zi, anak dari Yang Zhao."Bagaimana kalau Paman Yang dan Bibi Shu tidak memaafkanku?" gumam Jing Wu gamang.Ia mengingat kembali apa yang Yang Zi ucapkan, benarkan ayahnya seorang pembunuh? Tiba-tiba terdengar suara tawa iblis di atas pohon.Jing Wu langsung berdiri dan melihat sang iblis. Anak itu panik karena ia tersesat dan sudah pasti tak akan ada orang yang bisa menolongnya. Iblis itu loncat dan kini berdiri di hadapan Jing Wu.Jing Wu menyeka air matanya sebelum memasang kuda-kuda perlawanan."Ku akui, kau benar-benar pemberani, Bocah!" puji iblis itu. "Tapi, anak laki-laki tidak seharusnya menangis!" Iblis itu tampak tertawa mengejek ke arah Jing Wu.Jing

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   Bab 2 Bujukan Sang Iblis

    Pria besar bermata merah itu memandang Jing Wu yang memasang kuda-kuda sambil melemparkan tatapannya yang begitu berani tanpa ada rasa takut sama sekali. Pria itu mengedipkan matanya sekali, Jing Wu menguatkan kuda-kudanya, bersiap untuk membalas jika pria itu menyerangnya. "Buahahahaha!" Tiba-tiba tawa pria itu meledak terpingkal-pingkal yang membuat Jing Wu keheranan. "Bocah ini beraninya mau melawan salah satu iblis terkuat di jagat ini!" ucap iblis itu sambil tertawa. "Huh, jangan anggap remeh aku, Paman!" cecar Jing Wu, "lihat ini!" Jing Wu maju dan menendang iblis itu namun sang iblis makin terpingkal-pingkal karena baginya tendangan anak itu tak berasa sama sekali. "Sudah sudah, aku tidak punya waktu untuk bermain-main dengan bocah sepertimu." Akhirnya, iblis itu bisa menguasai dirinya. "Hm ... bagaimana kalau kau jadi santapanku saja?" mata Iblis itu menyala dan terlihat amat mengerikan. Jing Wu menggertakkan giginya, ia tahu bahwa Iblis di depannya itu tak main-main. Tapi

  • Pendekar dari Lembah Sepuluh Iblis   BAB 1 Iblis Bermata Merah

    "Ahahaha!" Tawa para anak-anak itu menggema saat mereka memborongi seorang anak laki-laki tampan yang tak berdaya. "Dasar Jing Wu bodoh!" seru salah satu anak di sana, "ini akibatnya kau terus mencari muka ke guru! Apa kau berani melapor ke pamanmu yang pendekar hebat itu?" Jing Wu hanya bisa pasrah. Dia bukan anak bodoh yang harus melakukan perlawanan sia-sia. Dipukul oleh teman-temannya sudah menjadi makanan sehari-harinya. Setelah kejadian itu, Jing Wu pulang ke rumah paman dan bibinya. "Bibi Zuu!" panggilnya sambil mengetuk pintu agak keras. Tidak lama kemudian wanita cantik bernama Shu Zuu itu membuka pintu dan alangkah kagetnya ia melihat Jing Wu dalam keadaan babak belur. "Apa kau habis berkelahi lagi?" tanya Shu Zuu agak keras. Jing Wu langsung masuk tanpa merespon bibi Zuu, ia sudah terbiasa pulang dalam keadaan babak belur namun ia malah dituduh berkelahi. "Xiao Jing Wu, jawab Bibi!" "Ada apa ini?" Suara bariton pria milik Yang Zhao tiba-tiba muncul. Jing Wu tampak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status