Beranda / Pendekar / Pendekar Tanpa Wajah / 453 - Ibu Kota Kekaisaran Xian Agung

Share

453 - Ibu Kota Kekaisaran Xian Agung

Penulis: Gauche Diablo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Lihat saja nanti!” geram Sima Honglian sebelum dia pergi kembali ke kamarnya.

Setelah itu, Sima Honglian terus berusaha keras mencari bukti yang bisa menjerat Dongfeng Yan, tetapi semua usahanya menemui jalan buntu.

Meskipun yakin bahwa Dongfeng Yan pelaku di balik racun yang hampir membunuh Yao Chen, tidak ada jejak yang bisa dia bawa sebagai bukti nyata.

Yao Chen yang masih dalam kondisi lemah meski mulai pulih, hanya bisa duduk diam.

Dia menatap wajah tegang istrinya yang penuh amarah dan kekecewaan. “Lian, biarkan saja untuk saat ini. Yang penting, kita tau siapa yang melakukannya, meski tak bisa bertindak gegabah karena tanpa bukti. Kesempatan lain pasti akan datang.”

Sima Honglian menatap Yao Chen dengan mata berkilat. “Aku tidak bisa membiarkan dia lepas begitu saja, Chen. Tapi aku paham. Kita harus sabar, untuk sekarang.”

Yao Chen mengangguk. “Benar. Aku juga ingin membalas dendam pada Dongfeng Yan, tapi kita harus pintar dan bersabar. Suatu hari nanti dia akan membuat kesala
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Tanpa Wajah   454 - Gerombolan Kentut Tua

    “Astaga, masih saja seperti ini yang aku dapat,” bisik Yao Chen ke dirinya sendiri.Sudah pasti Yao Chen mendengar sindiran-sindiran itu, tetapi dia tetap tenang. Meski merasa sedikit tersinggung, dia tau bahwa konfrontasi sekarang hanya akan membuatnya terlihat lebih lemah.Dia menundukkan kepalanya sedikit, berpura-pura tak mendengar apa-apa, dan berjalan ke rumah yang telah disediakan untuknya. Di dalam hatinya, Yao Chen berjanji untuk tidak membiarkan mereka meremehkannya.“Aku di sini bukan untuk mencari masalah,” gumam Yao Chen pelan. “Tapi kalau mereka terus mencoba menjatuhkanku, mereka akan menyesal.”Yao Chen berusaha keras menahan dirinya dari ejekan dan cemoohan yang terus dilontarkan oleh para alkemis senior di Pondok Murni.Sejak tiba, hampir setiap kali dia melintas, selalu saja ada sindiran atau komentar meremehkan yang ditujukan padanya. Beberapa dari mereka bahkan terang-terangan membandingkannya dengan Dongfeng Yan.“Lihatlah pemuda ini,” kata salah satu alkemis tua

  • Pendekar Tanpa Wajah   455 - Meredakan Amarah Istri dengan Kasih Sayang

    “Ayo, Chen! Kita tinggalkan saja gerombolan kentut tua ini!” tegas Sima Honglian sambil menatap tajam ke para alkemis tua.Sima Honglian menarik tangan Yao Chen, mengajaknya masuk ke pondok pemuda itu dengan langkah cepat dan penuh emosi.Pintu tertutup keras di belakang mereka, dan Sima Honglian segera berbalik, wajahnya masih memerah karena marah."Apa yang si tua itu pikirkan? Memisahkan kita seperti ini dan malah menempatkanmu di sini dengan gerombolan kentut tua tak tau malu!" seru Sima Honglian, nadanya penuh kejengkelan. "Mereka memperlakukanmu dengan sangat tidak hormat! Dan aku hanya bisa mendengarkan mereka merendahkanmu. Tanganku sudah gatal ingin menghajar mereka satu per satu!"Yao Chen yang duduk di kursi kayu sederhana, menatap istrinya dengan penuh kasih sayang. Dia tau betapa besar kemarahan yang dirasakan Sima Honglian, namun dia juga sadar bahwa emosi yang berlebihan hanya akan memperburuk situasi mereka di Paviliun Obat.“Lian, tenanglah,” kata Yao Chen lembut, men

  • Pendekar Tanpa Wajah   456 - Menyerang Ayah Sendiri

    “Diam dan pergi saja!” hardik Sima Honglian.Api Phoenix kembali menyambar ke Sima Ye.Terpaksa Sima Ye mengeluarkan pusakanya untuk mengadang Api Phoenix yang hendak menyambarnya.Pusaka berbentuk kipas bulu unta itu dikibaskan sehingga Api Phoenix segera lenyap di udara.“Haiyaa … Lian’er … kenapa kamu tega sekali pada ayahmu yang sudah tua ini.” Wajah berwibawa Sima Ye kini berubah menjadi memelas.Sima Honglian semakin kesal karena ayahnya menggunakan pusaka andalannya untuk meredam Api Phoenix-nya.“Kalau sudah sadar tua itu jangan banyak bertingkah!” seru Sima Honglian.Kali ini dia maju dan menerjang Sima Ye menggunakan teknik kultivasinya. Elemen api dan angin dikeluarkan menjadi badai api untuk sang ayah.Mata Sima Ye membelalak dan berusaha menghindar, terbang dari satu sudut ke sudut lain, mengibaskan kipas bulu onta, pusakanya untuk menghalau api milik sang putri.“Lian’er … tidakkah kamu ingin mengasihani ayahmu ini?” Suara Sima Ye bergetar, memohon dan mengiba.Dhuarr!B

  • Pendekar Tanpa Wajah   457 - Daripada Membunuh Ayah

    “Sima tua! Kau cari mati!” seru Sima Honglian dengan mata membara karena marah.Dia kembali mengumpulkan Api Phoenix di telapak tangannya.Melihat kesungguhan putrinya untuk melemparkan Api Phoenix, Sima Ye bergegas berlindung di balik salah satu pilar kayu besar di aula itu.“Lian’er! Tunggu dulu! Jangan buru-buru marah pada Ayah!” teriak panik Sima Ye.Dia mengintip dari balik pilar kayu berdiamater 2,5 meter. Wajahnya terkesan takut dan tubuhnya gemetaran.Bisa dilihat, dia tipe pria takut istri dan sekarang menjadi takut anak. Itu karena rasa cintanya yang terlalu besar terhadap ibu Sima Honglian, sehingga ketika istrinya meninggal, rasa segan itu dipindahkan ke putrinya.Hanya saja, terkadang dia masih melakukan pemaksaan egois pada Sima Honglian, meski tak sampai menggunakan kekerasan.“Tak usah sembunyi, Sima tua!” hardik Sima Honglian.Dia mengejar ayahnya yang bersembunyi. Api Phoenix dilepaskan dan menghantam pilar kayu, menyebabkan Sima Ye harus melesat ke pilar kayu lainny

  • Pendekar Tanpa Wajah   458 - Karena Kamu Belum Mencobanya

    "Lian Lian, ada apa? Kenapa bicara begitu?" heran Yao Chen setelah mempersilakan Sima Honglian masuk.Mereka lekas duduk di aula tengah yang tak begitu luas. Itu merupakan tempat menerima tamu."Selain dijodohkan dengan Dongfeng Yan si gila itu, ayahku bisa-bisanya tidak menolak ketika utusan kekaisaran datang atas nama Pangeran Ketiga, Raja Qing." Sima Honglian bersungut-sungut, marah.Yao Chen terkejut. Oleh karena itu, Sima Honglian mau tak mau menceritakan apa yang terjadi, sesuai yang disampaikan ayahnya."Jangan minta aku kembali ke rumahku atau aku bisa membunuh ayahku." Sima Honglian menatap tajam suaminya.Yao Chen tersenyum penuh pengertian. Dia merangkum tangan istrinya di atas meja."Kalau kamu tidak ingin kembali, tak usah kembali, tak mengapa," ucap Yao Chen dengan suara lembut meneduhkan hati Sima Honglian.Pemuda ini memahami istrinya sedang diliputi emosi yang meledak-ledak.Kalau dia jadi Sima Honglian, mungkin dia juga akan bereaksi sama ketika orang tuanya dengan

  • Pendekar Tanpa Wajah   459 - Interogasi Ayah Mertua

    “Tuan Sima!” Yao Chen terkesiap.Sedangkan Sima Honglian mendesis, “Si tua sialan itu!”Mereka lekas membereskan pakaian dan penampilan mereka, lalu pergi membukakan pintu untuk Sima Ye.Melihat sikap canggung pasangan di depannya, kening Sima Ye berkerut curiga. “Jangan katakan—““Mau apa ke sini, Pak Tua?” sambar Sima Honglian, tidak memberi kesempatan ayahnya melengkapi kalimatnya. “Kami sudah hendak tidur dan kamu malah mengganggu.”Yao Chen menyentuh lengan istrinya, berusaha meredam sikap emosional Sima Honglian. Dia tak ingin ayah dan anak bertengkar, apalagi karena dia.“Salam untuk Anda, Tuan Sima.” Yao Chen lekas menangkupkan tangan, memberikan salam soja terbaiknya sembari sedikit membungkukkan tubuh.“Hm.” Sima Ye beralih menatap Yao Chen.Yao Chen mempersilakan Sima Ye masuk sebelum para kentut tua di sekitar rumahnya keluar untuk mencuri dengar.Tiba di aula utama yang tidak seberapa luas, Sima Ye duduk di salah satu kursi, sedangkan Yao Chen menghidangkan teh untuknya.

  • Pendekar Tanpa Wajah   460 - Pindah Hunian

    “Apakah kau memilih putriku karena dia anakku dan berlatar belakang bagus?” tanya Sima Ye ke Yao Chen.“Pak Tua!” Sima Honglian sudah memekik lebih dulu.Dia bersiap memarahi ayahnya atas pertanyaan yang terlalu tendensius ke Yao Chen.“Saya memilih Master Sima karena saya mencintainya.” Yao Chen menjawab. “Saya tidak mengetahui mengenai latar belakangnya. Bahkan jika Master Sima tidak memiliki latar belakang pun saya tetap mencintainya, karena yang saya cintai adalah dirinya, bukan dia anak siapa atau dia sehebat apa.”Jawaban dari Yao Chen, sedikit banyak membuat Sima Ye terkejut. Antara rasa haru dan kagum atas ucapan Yao Chen.Di hatinya, Sima Ye bisa tenang ketika putrinya dicintai bukan karena latar belakangnya. Tapi cinta saja masih belum cukup menenangkan baginya.“Kau tau, pemuda Yao, bahwa yang menginginkan putriku ada banyak dan mereka bukan orang sembarangan. Sebut saja seperti Dongfeng Yan. Dia tuan muda utama dari keluarga Dongfeng yang besar dan ternama di ibu kota keka

  • Pendekar Tanpa Wajah   461 - Tantangan Lain untuk Yao Chen

    Kening Yao Chen berkerut mendengar tantangan dari Dongfeng Yan. “Kamu belum kapok dengan yang kekalahanmu kemarin?”Sementara itu, Murong Xuan yang bertugas mengantar Yao Chen ke hunian baru hanya melirik, tidak mengatakan apa pun.“Kali ini kita bertanding bela diri. Kenapa? Kamu tidak berani mengambilnya? Terlalu pengecut?” provokasi Dongfeng Yan.Sebagai pria, Yao Chen tak mungkin diam membiarkan dirinya direndahkan sedemikian rupa.“Sebut saja tempatnya.” Setelah itu, Yao Chen kembali melangkah.“Aula besar bela diri Balai Kota!” seru Dongfeng Yan mengenai lokasinya.Kali ini, akhirnya Murong Xuan berhenti dan menoleh ke belakang, menatap Dongfeng Yan.“Tuan Muda Dongfeng, bukankah sebaiknya tidak di sana?” Murong Xuan berkata sembari menghadapkan tubuhnya ke Dongfeng Yan.Yao Chen mau tak mau ikut berhenti, tapi tidak menoleh.“Biarkan saja dia yang menentukan tempatnya, Tuan Murong. Ayo, segera antar saya ke tempat tinggal baru saya.”Dia seolah tak ingin terganggu, apalagi dian

Bab terbaru

  • Pendekar Tanpa Wajah   499 - Putri Suci Kerasukan?

    “Hah? Kau ini apa-apaan? Apa maksudmu kau adalah Dewi Huan?” Yao Chen menangkis serangan Putri Suci menggunakan kekuatan lima elemennya.Dia terkejut bukan kepalang melihat perbedaan yang terlalu gila di dalam diri Putri Suci yang awalnya lembut, santun, dan tenang. Kini, Putri Suci terlihat sangat aneh.'Apakah dia kerasukan?' Yao Chen malah menyimpulkan demikian, sesuai yang biasa terjadi di Bumi tempatnya berada, ketika terjadi anomali pada seseorang di sekitarnya, maka itu diasumsikan sedang mengalami kerasukan makhluk jahat.Namun, apakah di Planet Qi ini ada terminologi kerasukan?"Tutup mulutmu saja, manusia rendah! Kau tidak layak mempertanyakan Yang Mulia ini!" geram Putri Suci dengan raut wajah beringas.Pertempuran sengit pun terjadi antara Yao Chen dan Putri Suci. Keduanya saling bertukar serangan dengan kekuatan penuh. Yao Chen berusaha sekuat tenaga untuk mengalahkan Putri Suci, namun kekuatan lawannya terlalu besar."Aku tidak akan menyerah!" seru Yao Chen.Dengan sisa

  • Pendekar Tanpa Wajah   498 - Dunia Seribu

    ‘Ini … ke mana ini?’ Yao Chen bertanya dalam hatinya.Dia seperti meluncur di air terjun, tapi mendaratnya bukanlah di tempat awal dia dibawa Bai Yuan.“Oh tidak! Apakah ini adalah Dunia Seribu?” Putri Suci bergumam lirih ketika kakinya sudah menapak di tanah di tempat antah berantah.Lingkungan di sana memang sama asri dan hijaunya seperti yang ada di alam Istana Dewa, hanya saja terasa berbeda.Yao Chen menoleh ke samping. “Dunia Seribu?” Dia belum mengetahui seluk-beluk di Istana Dewa.Bahkan dia tidak mengira akan ‘tergelincir’ ke dunia yang berbeda hanya karena terbang di dekat air terjun.Putri Suci mengangguk. “Konon jika kita tidak sengaja masuk ke alam yang serupa seperti Istana Dewa, itu artinya kita sedang berada di Dunia Seribu.”Meski manggut-manggut, Yao Chen masih bingung dan dia tetap mempertanyakan apa yang dia belum paham, “Lalu, Dunia Seribu, itu dunia macam apa?”Sambil mengobrol, mereka berjalan menyusuri tempat di sekitar.“Dunia Seribu merupakan dunia khusus, du

  • Pendekar Tanpa Wajah   497 - Rasa Penasaran Mendera Hati

    “Dia … ada garis keturunan di Kaisar Manusia?” Yao Chen kini mulai pening memikirkannya.Kenapa cobaan cinta begitu berat untuknya yang seorang amatir asmara? Dia ingin setia saja pada Sima Honglian, tapi kenapa banyak pihak yang tak ingin dia setia?“Bocah! Kalau memang dia memiliki darah keturunan bocah Kaisar Manusia ini, maka dia memang layak kamu perjuangkan!” Ditambah Gao Long yang ikut memanasi suasana.Yao Chen memijit pelipis, berpikir keras mengenai itu.Karena enggan memikirkan hal Putri Suci, maka Yao Chen memilih untuk berbicara mengenai hal lainnya.“Gao Long, kamu kenapa menginginkan pedang bobrok yang kemarin itu?” tanyanya.Gao Long terbang berputar di atas Yao Chen sambil dia berkata, “Bocah, kamu tidak tau apa-apa mengenai itu. Pedang yang kau katakan bobrok itu sebenarnya memiliki jiwa pedang.”Usai mengatakan demikian, Gao Long terkekeh dengan wajah mencurigakan.Yao Chen langsung saja curiga. “Jangan katakan jiwa pedangnya … seekor naga?”Setelah itu, Gao Long te

  • Pendekar Tanpa Wajah   496 - Putri Suci

    ‘Jadi dia adalah Putri Suci?’ Yao Chen memekik di hatinya.Matanya memindai Putri Suci dari atas hingga bawah. Wanita muda berpenampilan ala gadis 17 tahun.Putri Suci Istana Dewa bagaikan lukisan yang dilahirkan oleh kuas para dewa. Sosoknya yang anggun terlihat bagai bunga lotus yang mekar di atas kolam suci - begitu murni dan mempesona tanpa setitik noda.“Salam untuk Tuan Muda,” ucap Putri Suci sambil menatap sekejap pada Yao Chen sambil menekuk lututnya sedikit dengan gaya anggun seraya menundukkan pandangan.Sepasang matanya yang jernih mengingatkan Yao Chen pada bintang-bintang di langit malam musim gugur, berkilau dengan cahaya lembut yang menenangkan jiwa. Alisnya melengkung bagai bulan sabit tipis, menyempurnakan wajahnya yang oval bagai jade putih.“Ah! Salam untuk Putri Suci!” Yao Chen tersadar dan segera membalas salam itu sambil memberikan salam sojanya.Kulit Putri Suci seputih salju pertama di musim dingin, dengan rona merah alami di pipi yang mengingatkan pada kelopak

  • Pendekar Tanpa Wajah   495 - Hati Berdarah Bai Yuan

    “Sudah, cepat serahkan barangnya ke Tuan Muda kami!” Bai Yuan berkata dengan suara rendah dan terkesan tak sabar.Wajar jika dia merasakan hatinya berdarah-darah, karena keluarga besarnya di rumah membutuhkan uang itu untuk kebutuhan mereka.Hanya karena memandang Yao Chen adalah anak paling dinantikan Gongsun Huojun, maka Bai Yuan menahan rasa pedih di hatinya.“Terima kasih, Tuan Muda! Anda sungguh cerdas dengan berbelanja di kios ini.” Manajer kios menyambar kantong kulit dari Bai Yuan dan malah menoleh ke Yao Chen untuk bicara. “Barang-barang kami bermutu tinggi dan tidak akan mengecewakan. Anda bisa melihat-lihat dulu barang lainnya.”“Tidak perlu!” Bai Yuan terpaksa mengatakan demikian. Uang yang dibawanya terbatas, tak boleh sampai malu di kios seperti ini hanya karena tidak sanggup membayar. “Tidak perlu, terima kasih.”Yao Chen melirik Bai Yuan. Dia bisa berempati dengan apa yang dirasakan Bai Yuan. Tergambar jelas keengganan pengawalnya itu ketika menyodorkan batu kristal ya

  • Pendekar Tanpa Wajah   494 - Barang Antik di Benua Atas Harganya Tidak Masuk Otak!

    “120 kristal tinggi setara dengan 10.000 kristal rendah?” Yao Chen mengulang sembari membelalakkan mata, kehilangan wibawa ketenangan ala tuan muda yang dia tunjukkan.Maka, bukankah dia membutuhkan 1.200.000 batu kristal rendah jika memang ingin membeli pedang itu?Lantas, dia dengan cepat menghitung berapa kekayaan dia saat ini.‘Aku cuma punya …. 27 ribu batu kristal rendah! Manajer sialan ini hendak memerasku? Memangnya harga pedang bobrok itu harus setinggi itu?! Orang-orang di benua atas sudah gila!’ maki Yao Chen dalam benaknya. ‘Padahal dengan hartaku sebanyak itu, aku tergolong orang kaya di benua rendah!’Bai Yuan melirik Yao Chen yang terlihat susah dan ragu. Hatinya meratap, seakan tau apa yang akan terjadi.“Terimalah ini.” Bai Yuan sedikit tak rela ketika dia mengeluarkan kantong kecil dari kulit ke manajer kios.Manajer kios tersenyum lebar menerima kantong kulit tersebut. Dia sudah bisa mendeteksi adanya 120 batu kristal tinggi di dalamnya. Tak kurang dan tak lebih!Ya

  • Pendekar Tanpa Wajah   493 - Privilege Tampan

    ‘Nona Besar Sheng? Sekte Langit Kudus? Aku tak paham dengan itu semua!’ Yao Chen berpikir.Alih-alih dia bertanya, Yao Chen justru berkata, “Pernikahan merupakan hal yang harus disepakati kedua belah pihak yang saling mencintai. Aku dan kamu adalah orang asing, bagaimana mungkin aku menikahi orang yang tidak aku kenal?”Ketika Nona Besar Sheng hendak bicara, Bai Yuan sudah lebih dahulu mengucapkan, “Nona Besar Sheng, mengenai pernikahan, akan kami diskusikan dulu dengan ketua kami. Mohon Anda bersabar menunggu jawabannya.”Bai Yuan membungkuk sambil bersoja ke Nona Besar Sheng. Wanita dengan harga diri setinggi itu pasti tak suka dipermalukan di depan umum. Tak heran dia menuntut pernikahan dari Yao Chen.‘Bukankah biasanya wanita dari klan Sheng, apabila mereka ditolak atau tidak menginginkan pernikahan dengan pria yang menyentuh mereka, tentunya mereka akan langsung membunuh pria tersebut. Tapi … tidak demikian dengan Tuan Muda Chen!’ pikir Bai Yuan.Bahkan Bai Yuan mulai memiliki a

  • Pendekar Tanpa Wajah   492 - Harus Menikahi sebagai Tanggung Jawab Moral

    “Apa maksudmu?” Yao Chen menyeru disertai raut muka bingung.Wanita itu kesal dengan jawaban Yao Chen dan justru memukul dada Yao Chen.Namun, Yao Chen lebih sigap dan bertahan dengan menyilangkan kedua lengan di depan dada, lalu terpental mundur dan ditahan Bai Yuan dari belakang.“Tuan Muda, Anda tidak apa-apa?” tanya Bai Yuan.Meski ucapan itu cukup pelan dari Bai Yuan, tapi rupanya masih terdengar jelas oleh si wanita dan juga beberapa lawannya tadi.Mata mereka membelalak singkat, menyiratkan keterkejutan. Bai Yuan adalah sosok ternama di kota Seribu Dewa. Dia dikenal sebagai tangan kanan Gongsun Huojun paling kuat. Meski tingkat kultivasinya hanya di Tingkat 15, tapi banyak yang meyakini lebih dari itu. Bahkan dia dirumorkan setara kuatnya dengan Gongsun Huojun itu sendiri.Kalau Bai Yuan sampai memanggil seorang pemuda dengan sebutan Tuan Muda, maka apa lagi selain pemuda itu merupakan keturunan keluarga Gongsun yang berharga. Warga Istana Dewa yang sangat dilindungi.“Aku tida

  • Pendekar Tanpa Wajah   491 - Sudah Menyentuh Terlalu Banyak

    “Itu tergantung kemampuanmu!” balas Yao Chen sambil mempersiapkan dirinya.Dalam sekejap, Yao Chen sudah bertarung melawan 10 orang sekaligus. Masing-masing dari mereka berada di Tingkat 10 dan Tingkat 11. Cukup merepotkan karena jumlahnya.“Ha ha! Dia hanya di Tingkat 8!” ejek salah satunya.“Tidak kusangka, Istana Dewa menyimpan murid sampah seperti dia!” balas kawannya.“Mungkin dia hanya tukang kuda di sana, tapi tetap saja dia harus mati di tanganku karena berasal dari Tanah Suci!” pekik yang tadi.Yao Chen menggunakan hukum kekuatan ruang beserta Teknik Langkah Hantu untuk menghindari serangan mereka sekaligus memberikan pukulan menggunakan api Gao Long yang disinkronisasikan dengan kekuatan elemen lainnya.“Arghh!”“Tidak!”“Urghh!”Secara bergantian, para penyerangnya tumbang, berjatuhan di tanah dan dalam keadaan menyedihkan. Mereka tidak mengira, bocah Tingkat 8 bisa mengurus mereka bersepuluh yang tingkat kultivasinya jauh di atas Yao Chen.Kenyataan macam apa ini?!Mereka

DMCA.com Protection Status