“Ayo, Chen! Kita tinggalkan saja gerombolan kentut tua ini!” tegas Sima Honglian sambil menatap tajam ke para alkemis tua.Sima Honglian menarik tangan Yao Chen, mengajaknya masuk ke pondok pemuda itu dengan langkah cepat dan penuh emosi.Pintu tertutup keras di belakang mereka, dan Sima Honglian segera berbalik, wajahnya masih memerah karena marah."Apa yang si tua itu pikirkan? Memisahkan kita seperti ini dan malah menempatkanmu di sini dengan gerombolan kentut tua tak tau malu!" seru Sima Honglian, nadanya penuh kejengkelan. "Mereka memperlakukanmu dengan sangat tidak hormat! Dan aku hanya bisa mendengarkan mereka merendahkanmu. Tanganku sudah gatal ingin menghajar mereka satu per satu!"Yao Chen yang duduk di kursi kayu sederhana, menatap istrinya dengan penuh kasih sayang. Dia tau betapa besar kemarahan yang dirasakan Sima Honglian, namun dia juga sadar bahwa emosi yang berlebihan hanya akan memperburuk situasi mereka di Paviliun Obat.“Lian, tenanglah,” kata Yao Chen lembut, men
“Diam dan pergi saja!” hardik Sima Honglian.Api Phoenix kembali menyambar ke Sima Ye.Terpaksa Sima Ye mengeluarkan pusakanya untuk mengadang Api Phoenix yang hendak menyambarnya.Pusaka berbentuk kipas bulu unta itu dikibaskan sehingga Api Phoenix segera lenyap di udara.“Haiyaa … Lian’er … kenapa kamu tega sekali pada ayahmu yang sudah tua ini.” Wajah berwibawa Sima Ye kini berubah menjadi memelas.Sima Honglian semakin kesal karena ayahnya menggunakan pusaka andalannya untuk meredam Api Phoenix-nya.“Kalau sudah sadar tua itu jangan banyak bertingkah!” seru Sima Honglian.Kali ini dia maju dan menerjang Sima Ye menggunakan teknik kultivasinya. Elemen api dan angin dikeluarkan menjadi badai api untuk sang ayah.Mata Sima Ye membelalak dan berusaha menghindar, terbang dari satu sudut ke sudut lain, mengibaskan kipas bulu onta, pusakanya untuk menghalau api milik sang putri.“Lian’er … tidakkah kamu ingin mengasihani ayahmu ini?” Suara Sima Ye bergetar, memohon dan mengiba.Dhuarr!B
“Sima tua! Kau cari mati!” seru Sima Honglian dengan mata membara karena marah.Dia kembali mengumpulkan Api Phoenix di telapak tangannya.Melihat kesungguhan putrinya untuk melemparkan Api Phoenix, Sima Ye bergegas berlindung di balik salah satu pilar kayu besar di aula itu.“Lian’er! Tunggu dulu! Jangan buru-buru marah pada Ayah!” teriak panik Sima Ye.Dia mengintip dari balik pilar kayu berdiamater 2,5 meter. Wajahnya terkesan takut dan tubuhnya gemetaran.Bisa dilihat, dia tipe pria takut istri dan sekarang menjadi takut anak. Itu karena rasa cintanya yang terlalu besar terhadap ibu Sima Honglian, sehingga ketika istrinya meninggal, rasa segan itu dipindahkan ke putrinya.Hanya saja, terkadang dia masih melakukan pemaksaan egois pada Sima Honglian, meski tak sampai menggunakan kekerasan.“Tak usah sembunyi, Sima tua!” hardik Sima Honglian.Dia mengejar ayahnya yang bersembunyi. Api Phoenix dilepaskan dan menghantam pilar kayu, menyebabkan Sima Ye harus melesat ke pilar kayu lainny
"Lian Lian, ada apa? Kenapa bicara begitu?" heran Yao Chen setelah mempersilakan Sima Honglian masuk.Mereka lekas duduk di aula tengah yang tak begitu luas. Itu merupakan tempat menerima tamu."Selain dijodohkan dengan Dongfeng Yan si gila itu, ayahku bisa-bisanya tidak menolak ketika utusan kekaisaran datang atas nama Pangeran Ketiga, Raja Qing." Sima Honglian bersungut-sungut, marah.Yao Chen terkejut. Oleh karena itu, Sima Honglian mau tak mau menceritakan apa yang terjadi, sesuai yang disampaikan ayahnya."Jangan minta aku kembali ke rumahku atau aku bisa membunuh ayahku." Sima Honglian menatap tajam suaminya.Yao Chen tersenyum penuh pengertian. Dia merangkum tangan istrinya di atas meja."Kalau kamu tidak ingin kembali, tak usah kembali, tak mengapa," ucap Yao Chen dengan suara lembut meneduhkan hati Sima Honglian.Pemuda ini memahami istrinya sedang diliputi emosi yang meledak-ledak.Kalau dia jadi Sima Honglian, mungkin dia juga akan bereaksi sama ketika orang tuanya dengan
“Tuan Sima!” Yao Chen terkesiap.Sedangkan Sima Honglian mendesis, “Si tua sialan itu!”Mereka lekas membereskan pakaian dan penampilan mereka, lalu pergi membukakan pintu untuk Sima Ye.Melihat sikap canggung pasangan di depannya, kening Sima Ye berkerut curiga. “Jangan katakan—““Mau apa ke sini, Pak Tua?” sambar Sima Honglian, tidak memberi kesempatan ayahnya melengkapi kalimatnya. “Kami sudah hendak tidur dan kamu malah mengganggu.”Yao Chen menyentuh lengan istrinya, berusaha meredam sikap emosional Sima Honglian. Dia tak ingin ayah dan anak bertengkar, apalagi karena dia.“Salam untuk Anda, Tuan Sima.” Yao Chen lekas menangkupkan tangan, memberikan salam soja terbaiknya sembari sedikit membungkukkan tubuh.“Hm.” Sima Ye beralih menatap Yao Chen.Yao Chen mempersilakan Sima Ye masuk sebelum para kentut tua di sekitar rumahnya keluar untuk mencuri dengar.Tiba di aula utama yang tidak seberapa luas, Sima Ye duduk di salah satu kursi, sedangkan Yao Chen menghidangkan teh untuknya.
“Apakah kau memilih putriku karena dia anakku dan berlatar belakang bagus?” tanya Sima Ye ke Yao Chen.“Pak Tua!” Sima Honglian sudah memekik lebih dulu.Dia bersiap memarahi ayahnya atas pertanyaan yang terlalu tendensius ke Yao Chen.“Saya memilih Master Sima karena saya mencintainya.” Yao Chen menjawab. “Saya tidak mengetahui mengenai latar belakangnya. Bahkan jika Master Sima tidak memiliki latar belakang pun saya tetap mencintainya, karena yang saya cintai adalah dirinya, bukan dia anak siapa atau dia sehebat apa.”Jawaban dari Yao Chen, sedikit banyak membuat Sima Ye terkejut. Antara rasa haru dan kagum atas ucapan Yao Chen.Di hatinya, Sima Ye bisa tenang ketika putrinya dicintai bukan karena latar belakangnya. Tapi cinta saja masih belum cukup menenangkan baginya.“Kau tau, pemuda Yao, bahwa yang menginginkan putriku ada banyak dan mereka bukan orang sembarangan. Sebut saja seperti Dongfeng Yan. Dia tuan muda utama dari keluarga Dongfeng yang besar dan ternama di ibu kota keka
Kening Yao Chen berkerut mendengar tantangan dari Dongfeng Yan. “Kamu belum kapok dengan yang kekalahanmu kemarin?”Sementara itu, Murong Xuan yang bertugas mengantar Yao Chen ke hunian baru hanya melirik, tidak mengatakan apa pun.“Kali ini kita bertanding bela diri. Kenapa? Kamu tidak berani mengambilnya? Terlalu pengecut?” provokasi Dongfeng Yan.Sebagai pria, Yao Chen tak mungkin diam membiarkan dirinya direndahkan sedemikian rupa.“Sebut saja tempatnya.” Setelah itu, Yao Chen kembali melangkah.“Aula besar bela diri Balai Kota!” seru Dongfeng Yan mengenai lokasinya.Kali ini, akhirnya Murong Xuan berhenti dan menoleh ke belakang, menatap Dongfeng Yan.“Tuan Muda Dongfeng, bukankah sebaiknya tidak di sana?” Murong Xuan berkata sembari menghadapkan tubuhnya ke Dongfeng Yan.Yao Chen mau tak mau ikut berhenti, tapi tidak menoleh.“Biarkan saja dia yang menentukan tempatnya, Tuan Murong. Ayo, segera antar saya ke tempat tinggal baru saya.”Dia seolah tak ingin terganggu, apalagi dian
“Rupanya itu pria milik Nona Besar Sima!” seru seseorang.Yao Chen hanya bisa menghela napas ketika kalimat itu tertangkap telinganya. Dia hanya dianggap prianya Sima Honglian, tidak diakui sebagai suami.“Abaikan ocehan tak penting orang-orang, Chen.” Sima Honglian di sampingnya berkata dengan suara rendah.Yao Chen tersenyum ketika menautkan pandangan ke istrinya dan tangannya diremas lebih erat oleh Sima Honglian, membuat hatinya menghangat akan rasa nyaman.“Itu dia! Prianya Nona Sima! Ternyata wajahnya tidak buruk!”“Mungkin dia pria penghibur?”Kerumunan berdesakan di aula besar balai kota, penuh dengan penduduk yang penasaran dan para kultivator muda yang ingin menyaksikan pertarungan antara Yao Chen dan Dongfeng Yan.Sorak-sorai dan bisikan tak henti-hentinya terdengar, membicarakan siapa Yao Chen secara seenaknya dan mengapa dia berani menghadapi Dongfeng Yan yang berasal dari keluarga terhormat.‘Hanya karena aku bukan dari kota kekaisaran ini, mereka bisa seenaknya merendah
"Silakan!" sahut Yao Chen sambil membungkus tubuhnya dengan energi Qi. Meski dia kalah dari tingkat kultivasi, dia mengimbangi dengan kekuatan mutlak. Dhuaarr! Aura ketiga orang itu meledak saat bertemu dalam sebuah serangan. Tuan Muda Ketiga dan Tuan Muda Keempat sama-sama terlempar ke belakang. Sedangkan Yao Chen hanya terdorong mundur beberapa langkah kecil. "Chen'er," Suara berat Gongsun Huojun terdengar dari kursi kehormatan. "Kau yang memutuskan untuk melawan mereka berdua sekaligus. Buktikan bahwa pilihanku atas dirimu tidaklah keliru." Ada sorot bangga di mata Gongsun Huojun ketika putra kebanggaan berhasil mengirim terbang kedua kakaknya sementara dirinya hanya terdorong kecil. Sedangkan si kakek, Gongsun Weiyan menggertakkan gerahamnya menahan kesal. Banyak orang yang menonton hanya bisa melongo ketika menyaksikan bagaimana gabungan dua tuan muda berbakat seperti Gongsun Yihang dan Gongsun Yilou masih tak mampu menggoyahkan Yao Chen. Justru keduanya yang ter
"Apa?!" Yao Chen melotot. Apakah ayahnya sudah gila? Kenapa justru akan ada pertandingan antar saudara? Kakak ketiganya memiliki tingkatan kultivasi yang cukup jauh darinya! Dan masih harus melawan kakak keempat yang sudah terpulihkan kultivasinya. "Kenapa, Chen'er? Kau gentar?" Gongsun Huojun menoleh ke putra kebanggaannya, Yao Chen. Dari tatapan yang diberikan Gongsun Huojun, Yao Chen bisa merasakan tekanan dan harapan sekaligus. Terlebih, mata ayahnya seakan sedang bertanya padanya apakah dia masih menginginkan Sima Honglian datang ke benua atas. "Baiklah!" Yao Chen terpacu oleh bayangan sang istri yang sudah sangat dia rindukan. Gongsun Huojun beralih ke ayahnya, Gongsun Weiyan. Lalu dia berkata, "Bagaimana, Ayah? Kau setuju? Pertandingan mereka anggap saja untuk menentukan siapa yang layak menjadi Putra Suci." Ekspresi Gongsun Weiyan terlihat puas meski raut wajahnya masih menyiratkan kegeraman. "Baiklah kalau itu pengaturan darimu." Gongsun Weiyan menga
“Kakek?” Yao Chen mengernyit. Dia tidak pernah mendengar apapun tentang kakek dari pihak ayahnya. Dengan rasa penasaran, dia keluar dari dimensi jiwanya dan melangkah keluar.Ruang kultivasi tertutup yang dipenuhi aura Qi murni mendadak bergemuruh akibat ledakan di depan pintunya. Dari ruang dimensi jiwanya, Yao Chen membuka mata dan menghela napas berat. Teriakan dari luar terdengar jelas.Pintu ruang kultivasi sudah hancur berantakan. Di tengah serpihan batu, berdiri seorang pria tua dengan rambut putih sepenuhnya, tetapi tubuhnya tetap kekar dan tegap, seolah usia 765 tahun bukan apa-apa baginya. Matanya tajam seperti elang, memancarkan aura yang membuat orang biasa akan bertekuk lutut hanya dengan tatapannya.“Kau pasti Gongsun Yichen, atau lebih tepatnya Tuan Muda Kelima,” suara pria tua itu dalam dan berwibawa.“Siapa Anda?” tanya Yao Chen dengan nada hati-hati, meski dia sudah menduga jawabannya.“Aku adalah Gongsun Weiyan, kakekmu.” Meski dipenuhi amarah, dia masih menjawab pe
“Lian Lian?!”Kalimat itu membuat Yao Chen menoleh sepenuhnya, matanya membelalak.“Benar, wanita tercintamu di benua bawah.” Gongsun Huojun mengangguk.Selama ini, Yao Chen mengetahui dengan jelas bahwa Gongsun Huojun tidak peduli dengan apa pun selain kepentingannya sendiri. Inilah kenapa orang tua itu memaksa Yao Chen mengikuti turnamen tersebut.Tetapi dengan menyebut nama Sima Honglian, wanita yang selalu ada dalam pikirannya, jelas merupakan langkah besar yang diambil sang ayah demi dia bersedia menaruh keseriusan pada turnamen mendatang.“Bagaimana kau bisa melakukan itu?” Yao Chen bertanya, suaranya lebih serius dari sebelumnya.Apakah Gongsun Huojun serius dengan ucapannya? Atau itu hanya sekedar ingin perhatian dirinya saja? Karena selama ini dia masih belum bisa sepenuhnya menerima Gongsun Huojun sebagai ayah kandungnya.“Aku memiliki cara untuk membawanya ke sini,” jawab Gongsun Huojun. “Tentu saja, itu semua tergantung padamu. Jika kau gagal, maka aku tidak punya alasan u
Tapi sebelum dia bisa mengambil keputusan, Gongsun Huojun muncul dari aula utama bersama beberapa tetua sekte. “Cukup!” suaranya bergema, penuh wibawa. “Ini bukan tempat untuk menyelesaikan perbedaan. Simpan energimu untuk turnamen.”Semua mata beralih ke arah Gongsun Huojun. Para pemuda itu terdiam, tahu bahwa mereka tidak bisa menentang orang sekuat Gongsun Huojun. Yao Chen menurunkan pedangnya perlahan, tetapi tatapannya tetap tajam.“Aku akan mengingat wajah kalian,” gumam Yao Chen dingin sebelum berbalik, pedangnya menghilang dalam cahaya api yang redup.Gongsun Huojun menatap putranya sejenak, lalu mendekati Nona Sheng. “Nona, kau juga harus mengendalikan emosimu. Situasi ini tidak baik untuk reputasi siapa pun.”Nona Sheng hanya mendengus kecil, menyarungkan pedangnya. Tapi dalam hati, dia tahu, Yao Chen bukan pria biasa. Mungkin inilah yang membuatnya ingin Yao Chen memenangkan turnamen, lebih dari sebelumnya.“Humph!” dengus Yao Chen sambil melirik tajam ke empat pemuda tadi.
“Aku bertanya-taya, apa yang membuatmu begitu berambisi ingin aku menikahimu?” tanya Yao Chen lebih lanjut.Yao Chen melontarkan pertanyaan itu dengan nada tenang, tetapi pandangannya tajam.Nona Sheng yang semula penuh percaya diri, terlihat sedikit gugup sebelum akhirnya kemarahannya memuncak. Pipinya memerah, bukan karena malu biasa, tetapi lebih karena harga dirinya yang terusik.“Kau benar-benar kurang ajar!” seru Nona Sheng dengan suara yang tegas.Dia bergerak cepat, menarik pedang putihnya dari balik jubahnya. Udara di sekitar mereka tiba-tiba bergetar ketika elemen angin yang kuat mengalir melalui pedang tersebut. Dengan kilatan tajam di matanya, dia menerjang Yao Chen tanpa ragu.Yao Chen yang sudah menduga serangan itu segera menarik pedang merahnya, mengalirkan api murni dari Gao Long ke bilahnya.Api menyala terang, menciptakan kontras mencolok dengan kilauan pedang putih Nona Sheng.Ketika kedua pedang bertemu, suara dentingan logam yang keras menggema di taman.“Jadi, i
Yao Chen tersenyum kecil, berusaha menjaga ketenangan. “Tentu saja, Tuan Sheng. Saya menghormati acara ini sebagai bagian dari adat dan tradisi Sekte Langit Kudus.”Meski ingin sekali Yao Chen meneriakkan bahwa dia hanya terperangkap di situasi yang tidak dia inginkan bersama Nona Besar Sheng, dia masih menghargai tuan rumah dan berusaha menjaga wibawa Istana Dewa yang dia emban karena dia adalah Putra Suci.Namun, belum sempat Yao Chen melanjutkan, Nona Besar Sheng bersuara dengan nada pedas. “Tradisi atau tidak, Tuan Muda, Anda sudah menyentuhku di hadapan publik. Apakah Anda tidak berpikir untuk bertanggung jawab?”Suasana tiba-tiba menjadi tegang. Beberapa tamu menatap dengan penuh minat, sementara yang lain berbisik-bisik.Yao Chen menahan napas, mengingat kembali insiden di sebuah acara sebelumnya di mana secara tidak sengaja dia menyelamatkan Nona Sheng dari bahaya dengan menariknya ke pelukannya. Itu memang tidak disengaja, tetapi wanita itu terus memanfaatkan situasi.“Saya h
‘Dia memang cantik,’ batin Yao Chen bersuara jujur.Mana ada pria dengan pengelihatan normal dan waras akan mengatakan Putri Suci buruk rupa. Raut wajah seputih pualam dan semulus giok begitu takkan habis untuk dipuji sepanjang hari.Kemudian, Gongsun Huojun mengangkat tangannya, dan seketika kerumunan menjadi sunyi. Suaranya yang tegas menggema di seluruh aula.“Para tamu sekalian yang aku hormati, malam ini adalah malam bersejarah bagi Istana Dewa dan Negara Tianwu. Setelah bertahun-tahun kehilangan salah satu darah dagingku, langit telah berbaik hati mempertemukan kami kembali. Dia adalah Gongsun Yichen, pewaris sah darah keluarga Gongsun!”Ucapan selamat bergemuruh memenuhi aula diiringi salam soja para tamu ke tuan rumah, tetapi Gongsun Huojun belum selesai. Dia melanjutkan, suaranya dipenuhi kebanggaan.“Namun, malam ini bukan hanya tentang penemuan kembali seorang putra. Aku juga akan mengangkatnya sebagai Putra Suci Istana Dewa, berdampingan dengan Putri Suci terpilih kami, un
“Oh! Apa yang ada di pikiranmu, Bai Yuan?” Gongsun Huojun mulai tertarik. “Lekas katakan!”Kemudian, mereka mulai berdiskusi panjang.Di keesokan harinya, Gongsun Huojun kembali memanggil Yao Chen ke ruangan pribadinya.“Apakah masih ada lagi hal lain yang perlu dibicarakan?” tanya Yao Chen agak malas.Dia masih berlatih di ruangan khusus ketika Bai Yuan masuk dan memintanya menemui Gongsun Huojun.Mungkin hanya Yao Chen saja yang begitu berani berucap demikian dengan sikap santai malas seperti itu terhadap Gongsun Huojun. Yah, hendak bagaimana lagi apabila dia belum juga memiliki kedekatan emosional anak dan ayah dengan pria yang membawanya ke dunia atas.“Chen’er, Ayah sudah mendengar mengenai insidenmu dengan Nona Besar Sheng dari Sekte Langit Kudus. Tentu saja mereka tidak ingin putrinya ternodai tanpa pertanggungjawabanmu.”Yao Chen langsung teringat dengan hal itu. Dia menarik napas panjang, hendak bicara.Tapi, Gongsun Huojun lebih dulu berkata, “Ayah ingin kamu mempersiapkan d