Widura Sri Mada mengumpulkan seluruh raja dari kerajaan pendukung bersama dengan para pendekar di wilayah Swarnadwipa dan juga Yawadwipa yang memilih untuk datang membantu kerajaan Swarnabhumi. Para tetua siluman dari Yawadwipa juga datang ke Swarnadwipa untuk turutembantu bersama pasukan silumannya. Tidak lupa juga, Joko Bedul juga akan ikut berperang dengan semua warga siluman yang berhasil selamat dari kehancuran desa para siluman. Ia meminta pertolongan kepada kerajaan siluman di laut barat dari Swarnadwipa. Joko Bedul pun juga meminta tolong kepada ratu laut selatan di wilayah Yawadwipa untuk turut membantu Swarnabhumi memenangi perang ini. Mereka semua sudah berada di sekitar ibukota emas dan sedang mempersiapkan semua. "Apa semua anggota Bhayangkara sudah hadir?" Widura Sri Mada melantangkan suaranya dalam pertemuan besar itu. "Kami semua sudah di sini." Banyu Samudera menjawab perkataan pimpinannya. Ia duduk bersebelahan dengan para anggota Bhayangkara lainnya. "Dari perse
Arya Santanu menemukan ketenangan di dalam batinnya. Ia hanyut dalam posisinya yang sedang bertapa. Tanpa diketahui oleh Aji Sangkala, Arya Santanu melayang ke alam berbeda yang dimensinya jauh berada di alam para dewa. Hanya ada ruang kosong dan gelap gulita. Ia masih bisa melihat dirinya, namun ia tidak bisa melihat sekitarnya selain kegelapan. "Di mana aku sebenarnya? Apa ini alam Dewata?" Arya Santanu merasa bingung. Ia menoleh ke segala arah.Tidak ada apa pun dan siapa pun di alam itu. Semuanya tampak kosong dan Arya Santanu pun tidak mengetahui kenapa ia ada di sana. "Kau datang dengan kekuatanmu sendiri. Ini luar biasa." Tiba-tiba suara serak seperti orang tua menyapanya. Namun tidak ada wujud yang ditampakkan. Arya Santanu menoleh ke sumber suara, namun ia tidak menemukan orang yang berbicara. Sampai ketika ia menoleh kembali ke posisi awal, sebuah tangan menepuk pundaknya dari belakang. Pemuda itu langsung terkejut dan segera menoleh ke arah belakang. "K–Kau…?" Arya San
Seluruh pemanah di atas dinding emas ibukota Swarnabhumi tengah bersiap menarik tali busur mereka. Menunggu perintah langsung dari Singa Putih, orang yang bertanggung jawab di dinding bagian timur ibukota kerajaan Swarnabhumi. Mereka terus menahan tali busur dan melihat ke arah bawah, di mana pasukan dari Nuswapala telah mendekati dinding emas."Tahan anak panah kalian! Biarkan mereka maju lebih dekat!" Singa Putih berteriak dengan lantang. Ketika pasukan gabungan dari persekutuan Nuswapala, Kalamanthana dan Dewatapura telah memasuki jarak tembak dari seluruh busur panah prajurit di atas dinding emas, Singa Putih langsung mengangkat tangannya. Aba-aba untuk bersiap melepaskan tembakan telah diberikan.Ketika para prajurit Nuswapala telah mencapai jarak lima ratus meter, anak panah langsung melesak ke langit. Ada sekitar lima ratus lebih anak panah yang melesak cepat ke atas dan menukik tajam ke bawah. Satu per satu pasukan Nuswapala tertusuk oleh anak panah tersebut. Mereka tumbang l
Maghadasura yang kesal segera memerintahkan seratus pedang emas menghujani Widura Sri Mada. Ia pun melesak cepat mengikuti seluruh pedang emasnya yang menyerang Widura secara bersamaan."Kau pikir semua pedang itu bisa membunuhku?"Seluruh pedang emas berhenti. Di saat Maghadasura ingin mengayunkan pedangnya, Widura menahan gerakan pedang tersebut dengan tangannya yang bahkan belum menyentuh pedang tersebut. "Apa?!""Ia bisa menghentikan serangan pedang emasku?!" Maghadasura merasa ada yang aneh. Widura langsung memerintahkan pedang emas untuk berbalik memburu Maghadasura. Seluruh pedang itu melesak cepat dan menghujani tubuh iblis tersebut. Untungnya, Maghadasura bisa menghindari seluruh serangan tersebut. Ia tidak menyangka bila serangannya bisa dibalikkan begitu cepat."Bagaimana mungkin kau melakukan semua itu?" Maghadasura merasa ada yang aneh dengan Widura."Kau kira aku adalah pengendali pasir?" Widura bicara."Bila kau bukan pengendali elemen pasir, lalu apa yang kau kendali
Di saat Gajah Angin dan Risang Kukang sedang berhadapan dengan para prajurit Nuswapala, Banyu Samudra meladeni undangan dari Raktabija. Ia mengumpulkan energi alam untuk memperkuat dirinya. Banyu Samudra adalah anggota Bhayangkara yang menggunakan elemen air. Namun dirinya tidak bisa mengubah air menjadi es seperti yang dilakukan oleh Dewi Sari Kencana."Kalau begitu, maju dan lawan aku!" Raktabija bicara dengan lantang. Banyu Samudra melapisi kedua tangannya dengan selubung air. Di kedua kakinya tersemat selimut energi berwarna biru yang membuat dirinya bisa mengubah uap udara di sekelilingnya menjadi lapisan air tipis yang bisa diinjak saat dirinya bergerak. "Teknik tinju air; Braja Banyu!"Banyu Samudra bergerak cepat dengan berpijak di lapisan air yang tersebar di udara. Ia mengayunkan tinju miliknya dan membuat tubuh dari Raktabija berlubang hanya dengan sekali pukulan. Darah dari wanita iblis itu berceceran di tanah. Namun anehnya, iblis tersebut justru tertawa dan seperti ti
Ayunan pedang darah milik Raktabija mengenai dada Asura. Namun saat pedang itu menyayat dada sang iblis api, tubuh Asura justru meleleh menjadi cairan lahar yang panas. "Apa?!""Ia menipuku?" Raktabija langsung menoleh ke sana kemari. Ia mencari keberadaan Asura di mana. "Kau mencariku?" Asura berada jauh di belakang Raktabija. Sosoknya yang menjadi seorang pria tampan dengan rambut pendek dan pupil mata berwarna merah tua serta mengenakan pakaian seperti jubah berwarna merah tua, membuat dirinya begitu mempesona. Ia terlihat begitu santai menghadapi adiknya."Kau tidak memiliki niat sama sekali untuk melawanku?!" Raktabija menunjuk Asura dengan pedangnya. "Tidak ada. Sebenarnya aku sama sekali tidak ingin melawan kalian semua, kecuali Indrajit Maghanada. Ia harus dikasih pelajaran serius mengenai keterlibatan bodohnya dengan dunia manusia." Asura menatap Raktabija dengan mata sayup ke bawah. "Kenapa?! Apa kau mengasihani kami?!" Raktabija mulai jengkel dengan gaya sok keren mil
Para Buto milik Raktabija berhasil mengacaukan formasi dan membunuh para prajurit di garis depan. Macan Ireng bahkan harus mundur ketika mereka berhasil menerobos tebalnya dinding emas. Bersama dengan beberapa prajurit tersisa, Macan Ireng mencoba untuk menghalau laju para Buto untuk lebih jauh memasuki wilayah ibukota emas. "Elemen api sangat susah dilakukan. Aku tidak memilikinya sama sekali." Macan Ireng berusaha keras untuk berpikir. "Di lain tempat, Widura ingin agar Adityawarman membantu Macan Ireng untuk melawan pilihan Button yang sudah memasuki ibukota emas. "Pangeran tolong bantu Macan Ireng. Dan apakah raja sudah bersiap untuk pergi?" Widura Sri Mada menoleh. "Ia sudah dikawal oleh anggota Bhayangkara lainnya. Ayahku sudah pergi sedari tadi. Meski cukup berat katanya meninggalkan makam ibu ratu, namun ia akhirnya paham dan mengerti." Adityawarman merasa tidak sanggup saat melihat tetesan air mata ayahnya tertumpah ke lantai. "Perang ini akan berakhir bila sang raja tew
Adityawarman menatap ke arah Maghadasura yang mengenakan zirah api neraka. Iblis itu turun dan menginjakkan kakinya ke tanah. Seketika lantai ibukota emas yang ia injak langsung meleleh. "Widura, apa aku boleh melawan iblis ini?" Adityawarman bertanya menggunakan kontak batin. "Silahkan, tapi bila kau butuh bantuan, katakan saja." Widura masih memperhatikan medan perang lainnya. Di tempat lain, Raktabija telah hangus menjadi abu. Asura meratapi kematian adik perempuan kesayangannya. Ia meminta Dewi Sari Kencana untuk mendoakan adiknya dan memohon untuk mengampuni nyawanya."Ia hanya pion yang diperintah oleh Indrajit Maghanada. Aku mohon kepadamu, maafkan adikku itu." Asura menoleh ke arah Dewi Sari Kencana. "Aku mengerti. Kalau begitu kita harus pergi untuk memburu Indrajit dan Aji Kala Karna." Dewi Sari Kencana menatap Asura dengan tekad yang bulat. "Aku tahu ia di mana, sebaiknya kita segera pergi!" Asura langsung melesak