"Apa? Garaga menawarkan hal ini untuk kita berdua? Sungguh baik memang harimau besar ini... Tapi bilang saja padanya kita masih kuat untuk berjalan sampai rumah, kakek tak enak hati padanya jika harus menaiki punggungnya," jawab kakek Byakta.
"Iya kek aku juga merasakan hal yang sama padamu.. tadi juga aku sudah menolak permintaan nya itu, tapi Garaga tetap memaksa ku kek, kita harus bagaimana sekarang?" Tanya Abisatya.
Kakek Byakta pun pasrah...
"Yasudah nak... Kita segera naik saja ke punggung Garaga ini sekarang," jawab kakek Byakta.
Kaki mulai mengambil ancang ancang, mengayunkannya keatas punggung Garaga.
Mulai menduduki punggungnya, terasa sangat nyaman di atasnya.
Mereka berdua telah naik ke atas punggung Garaga.
Garaga mulai berdiri, segera berjalan pulang kerumah.
Kakek Byakta dan Abisatya sangat menikmati pe
Berjalan perlahan demi perlahan, mulai menatap wajah raja Argani.Penjaga segera memberitahukan apa yang di katakan Dewantara tadi pada raja Argani."Permisi raja.. aku ingin menyampaikan pesan padamu sekarang," ucap penjaga.Raja Argani mulai menoleh kearahnya dan segera bertanya pada penjaga."Pesan apa?! Dari siapa?!" Tanya raja Argani dengan begitu tegas dan keras.Penjaga sedikit ketakutan tapi mereka juga harus tetap menyampaikan pesan ini pada raja Argani."Tadi ada seorang anggota yang memberi tahu kalau teman temannya di mangsa oleh hewan buas di tengah hutan saat berburu, hanya dia yang selamat dengan penuh darah di bajunya," jawab salah satu penjaga.Mendengar akan hal itu, Raja Argani sangat ingin bertemu dengan satu satunya orang yang selamat dari terkaman hewan buas itu.Raja Argani memutus untuk menyuru
Mendengar jawaban dari Raja Argani itu membuat hati Dewantara sangat lega karena Dewantara merasa kalau raja Argani sudah Percaya dengan semua jawabannya tadi.Dewantara segera menjawab ucapan raja Argani tersebut."Baik raja... Saya permisi keluar terlebih dahulu," jawab Dewantara.Dewantara mulai membalikkan badannya dan segera berjalan keluar ruangan raja tersebut.Raja Argani terus saja melihat Dewantara saat berjalan keluar ruangannya, entah apa yang ada di pikirannya saat itu.Dewantara mulai membuka pintu dan segera berjalan pergi menuju sungai berniat untuk membersihkan diri di sana.Saat itu banyak sekali para anggota pendekar api yang melihatnya berjalan sendirian, banyak juga yang takut akan penampilannya yang di penuhi dengan darah pada saat itu.Tapi Dewantara sama sekali tidak ingin melihat mereka semua walau ada banyak sekali anggota p
Akhirnya Abisatya dan Garaga mulai berjalan menuju sungai yang biasa Abi dan kakek Byakta datangi untuk mencari ikan.Abisatya kembali duduk di atas punggung Garaga yang sangat nyaman itu.Garaga juga sama sekali tak mempermasalahkan hal itu karena memang dirinya juga merasa nyaman, tidak ada rasa sakit atau lelah sedikit pun.Langkah demi langkah terus Garaga jalani, jejak kakinya nampak begitu besar di atas permukaan tanah.Banyak sekali jejak hewan liar di sana, tapi hanya jejak Garaga lah yang paling besar.Tapi entah apa yang ada di pikiran Abisatya pada saat itu, dirinya tiba tiba melompat turun dari atas punggung Garaga yang lumayan tinggi itu."Bruukhhhh...,"Garaga berhenti dan menoleh kebelakang melihat Abisatya yang sudah melompat turun dari punggungnya."Abi.... Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tib
Setelah memberikan kecupan itu, Abisatya kembali menemui kakek di luar rumah berniat untuk membantunya.Keesokan harinya.. Dewantara berniat akan pergi ke rumah Abisatya dan kakek Byakta.Dewantara mulai berjalan keluar markas besar tanpa mengetahui kalau dirinya sedang di ikuti oleh beberapa penjaga dari belakang.Dewantara terus berjalan seperti biasa nya, sendirian tak ada teman menuju rumah kakek Byakta dan Abisatya di tengah hutan.Sampai pada akhirnya para penjaga melihat Dewantara berhenti di sebuah rumah kayu yang berada di tengah hutan.Tak lama kemudian mereka semua juga melihat ada dua orang laki laki yang keluar dari dalam rumah tersebut.Semuanya sangat kaget karena baru pertama kali mereka melihat manusia yang hidup di tengah hutan seperti itu.Lantas para penjaga itu memutuskan untuk kembali ke markas besarnya dan segera me
Akhirnya rumah yang mereka buat telah jadi sempurna, Dewantara pun memutuskan untuk tinggal bersama mereka di rumah itu dan sudah tak menjadi bagian anggota api pagi.Mereka semuanya hidup tenang di dalam rumah baru itu selama bertahun tahun hingga Adiwilaga tumbuh menjadi pemuda yang memiliki banyak kekuatan yang sudah di berikan oleh para dewa.Saat itu Adiwilaga berumur 25 tahun, umur yang sudah sangat matang untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pendekar pilihan dewa.Saat itu Adiwilaga tidak mempunyai saudara sama sekali, dia hanya anak satu satunya dari pasangan Abisatya dan juga Dewi Suhita.Semuanya sudah berumur hampir 50 tahun, kecuali kakek Byakta yang sudah menginjak usia 125 tahun.Bisa terbilang usia yang sangat tua, tapi tubuhnya masih kokoh dan kuat untuk melakukan aktivitas sehari hari.Sedangkan Garaga masih sama seperti 25 tahun lalu, bada
Keesokan harinya telah tiba, waktunya Adiwilaga dan Garaga menjalankan seluruh strategi yang sudah di bicarakan kemarin.Mereka berdua mulai berjalan menuju kedepan rumah, berniat akan membicarakan sedikit hal lagi tentang strategi kemarin.Garaga menyarankan untuk menyerang pendekar jahat yang kemampuannya masih rendah, setelah itu mencari yang mempunyai kemampuan di atasnya dan seterusnya hingga membuat pendekar jahat paling hebat kalah di tangan Adiwilaga.Sebenarnya Adiwilaga ingin langsung menyerang pendekar jahat yang paling hebat dan Pendekar jahat lainnya akan dia kalahkan dengan mudah.Tapi akhirnya Adiwilaga memutuskan untuk menuruti omongan Garaga itu, menyerang markas pendekar jahat yang kemampuannya masih rendah dan mudah untuk di kalahkan.Markas dari Pendekar jahat itu berada tepat di ujung hutan yang sedang mereka tinggal i sekarang, simbol dari Pendekar jahat itu
Para penjaga tadi mulai memasuki ruangan raja dan segera memberitahukan pada raja tentang kedatangan Adiwilaga dan Garaga di depan."Permisi raja... Maaf mengganggu waktumu sebentar... Ada satu orang dengan seekor harimau datang ke markas kita sekarang, di bilang ingin bertemu dengan raja sekarang juga," ucap penjaga itu.Raja itu bernama Sira, para anggota biasanya memanggil dirinya raja Sira.Seorang raja yang mempunyai kemampuan bela diri kapak yang cukup handal, sehingga dia pantas untuk menjadi raja di kelompok pendekar itu.Raja Sira terkejut bukan main saat mendengar ucapan dari para penjaganya itu.Baru pertama kali markasnya itu di datangi oleh orang, bahkan sekarang hanya satu orang dengan hanya membawa seekor harimau.Raja Sira benar benar keheranan akan hal itu, bahkan tangannya sudah merasa gatal ingin menghabisi Adiwilaga dan Garaga itu.
Mendengar teriakkan dari Adiwilaga tadi, semua anggota pendekar kapak itu pun segera berlari meninggalkan markas besar mereka.Termasuk juga para penjaga raja Sira, mereka semua kabur meninggalkan rajanya yang sudah tergeletak tak bernyawa.Dari yang awalnya sangat banyak orang di dalam markas itu, seketika menjadi sangat sepi! Hanya ada Adiwilaga Garaga dan mayat dari raja Sira di sana.Garaga mulai berjalan menghampiri Adiwilaga yang masih tetap berdiri di sebelah mayat raja Sira."Adiwilaga... Kamu benar benar hebat tadi, sikap mu itu sangatlah pantas untuk seorang pendekar hebat! Tak salah jika para dewa sudah memilihmu sebagai pendekar pilihan nya saat ini," ucap Garaga pada Adiwilaga.Adiwilaga tak mau terus di puji oleh Garaga, sehingga Adiwilaga memotong pembicaraan Garaga dengan alasan lainnya."Garaga... Ayo bantu aku menggali tanah untuk menguburka