Mendengar teriakkan dari Adiwilaga tadi, semua anggota pendekar kapak itu pun segera berlari meninggalkan markas besar mereka.
Termasuk juga para penjaga raja Sira, mereka semua kabur meninggalkan rajanya yang sudah tergeletak tak bernyawa.
Dari yang awalnya sangat banyak orang di dalam markas itu, seketika menjadi sangat sepi! Hanya ada Adiwilaga Garaga dan mayat dari raja Sira di sana.
Garaga mulai berjalan menghampiri Adiwilaga yang masih tetap berdiri di sebelah mayat raja Sira.
"Adiwilaga... Kamu benar benar hebat tadi, sikap mu itu sangatlah pantas untuk seorang pendekar hebat! Tak salah jika para dewa sudah memilihmu sebagai pendekar pilihan nya saat ini," ucap Garaga pada Adiwilaga.
Adiwilaga tak mau terus di puji oleh Garaga, sehingga Adiwilaga memotong pembicaraan Garaga dengan alasan lainnya.
"Garaga... Ayo bantu aku menggali tanah untuk menguburka
Setelah itu luka Adiwilaga mulai di berikan dedaunan yang bermanfaat untuk menyembuhkan luka goresan seperti yang di alami oleh Adiwilaga sekarang.Rasanya sangat perih, tapi Adiwilaga mampu untuk menahannya.Semua sudah selesai, Adiwilaga kembali keluar untuk menemui ayahnya dan yang lainnya di depan.Setelah itu mereka memutuskan untuk segera makan bersama kebetulan juga daging kambing yang di bakar tadi sudah matang dengan sempurna.Kali ini mereka makan di luar rumah, di bawah pohon yang begitu rindang dan sangat teduh di bawahnya.Dewantara dan Abisatya mulai mengangkat daging kambing bakar tadi, di bawanya ke tempat mereka semua berkumpul untuk menikmati nya bersama sama.Akhirnya mereka semua menikmati daging kambing muda bakar itu dengan sangat senang dan juga merayakan atas keberhasilan Adiwilaga tadi.Sedangkan Garaga duduk sant
"Nak.... Kamu mau kemana pagi pagi seperti ini? Bahkan masih cukup gelap," ucap kakek Byakta yang masih merasakan kantuk.Adiwilaga yang mendengar itu pun sedikit kaget karena kakek Byakta terbangun dan melihat dirinya akan pergi keluar.Adiwilaga pun sedikit memundurkan langkahnya dan menjawab pertanyaan kakek Byakta tadi."Em.. aku... Ingin menemui Garaga sebentar kek," jawab Adiwilaga.Kakak Byakta langsung merasakan adanya sesuatu pada Adiwilaga dan juga Garaga, ia segera menanyakan hal itu pada Adiwilaga."Kenapa pagi sekali seperti ini kek? Apa sebenarnya yang sedang kamu rencanakan dengan Garaga saat ini," tanya Kakek Byakta lagi.Adiwilaga tentunya sudah tak bisa berbohong lagi tentang hal itu, lantas dirinya terpaksa harus jujur pada Kakek Byakta tentang rencananya yang akan berangkat pagi pagi sekali."Emmm... Jadi begini kek...
"Owh begitu ya kek... Yasudah kek maaf sebelumnya, aku tinggal tidur terlebih dahulu ya kek aku masih sangat mengantuk sekarang," ucap Dewi Suhita yang berpura pura tidur.Kakek Byakta pun merasa senang dan segera mempersilahkan Dewi Suhita untuk tidur kembali.Tapi Abisatya takut kalau sampai Dewi Suhita mendengarkan semua pembicaraan nya dengan kakek Byakta.Abisatya memutuskan untuk mengajak kakek Byakta ke depan untuk melanjutkan pembicaraannya tadi.Kakek Byakta setuju dengan ajakan Abisatya tersebut, akhirnya mereka berdua mulai berjalan ke depan untuk melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda oleh Dewi Suhita tadi."Bagaimana kek.... Apa alasan kakek meminta dahan kayu keramat itu sekarang?" Tanya Abisatya lagi pada Kakek Byakta.Kakek Byakta terdiam sebentar dan segera menjawab dengan jujur pertanyaan dari Abisatya tadi."Begin
Setelah itu Adiwilaga segera menaiki punggung Garaga sembari terus melihat mata ibunya.Adiwilaga selalu tak tega saat melihat ibunya seperti itu, tak berdaya!Tapi Adiwilaga harus lebih bisa menahan hal itu terlebih dahulu, ia harus fokus dengan apa yang harus ia lakukan nanti saat menghadapi raja Xie Graha di sana.Garaga mulai berjalan pergi meninggalkan mereka semua, Adiwilaga duduk di atas punggung Garaga.Semuanya melihat kepergian Garaga dan Adiwilaga, terlihat ada kepanikan dan sedikit ketakutan di wajah mereka semua, terutama pada wajah Dewi Suhita, terlihat begitu sedih tak rela jika anaknya harus berjuang sendirian seperti ini.Semakin jauh Garaga pergi, semakin sedih pula Dewi Suhita.Air mata sudah tak terbendung lagi, mulai menetes dari mata Dewi Suhita, tanda dirinya benar benar sedih akan kepergian anaknya itu.Cemas! Khaw
Kemudian Abisatya memberanikan dirinya untuk sekedar menegur kakek Byakta dan juga Dewantara."Kek... Tara... Kenapa kalian melamun seperti itu? Apa ada masalah tadi?" Tanya Abisatya.Kakek Byakta dan Dewantara pun Segera berhenti melamun dan menoleh ke arah Abisatya yang sedang berdiri di samping mereka.Dewantara juga segera menjelaskan dengan jujur apa yang sebenarnya terjadi tadi di sungai kepada Abisatya."Tidak bi... Kita hanya heran dan bingung saja, tadi kami berniat untuk mencari ikan di sungai.. tapi anehnya ikan ikan di sungai itu sudah tidak ada! Bahkan satupun ikan tidak bisa kami temukan, menurutmu bagaimana?" Jelas Dewantara.Abisatya yang mendengar itu juga mulai kebingungan dengan keadaan sungai itu, Abisatya berfikir kalau ikan ikan itu mati semua karena terkena racun."Emmm... Mungkin ikan ikan itu mati semua karena terkena racun dari suatu
Raja Xie Graha mulai menolehkan kepalanya ke arah para penjaga nya tersebut.Raut wajahnya begitu mengerikan, terlihat kalau dirinya sangat marah setelah mendengar omongan para penjaganya tersebut."Dasar para penjaga tidak becus! Bagaimana bisa kalian semua di kalahkan oleh anak muda itu?! Kalian memang bodoh! Tak guna!" Teriak kemarahan raja Xie Graha itu.Raja Xie Graha mulai berdiri dan berniat berjalan keluar ruangan untuk menemui Adiwilaga dan Garaga di luar.Tapi baru saja ia berdiri, Garaga dan Adiwilaga sudah ada di depan pintu ruangan nya."Tidak perlu repot repot untuk menemui ku di luar sana, aku sudah terlebih dahulu datang kemari," ucap Adiwilaga yang terlihat sangat santai menghadapi raja Xie Graha itu.Raja Xie Graha sedikit terkejut melihat Adiwilaga yang umurnya masih sangat muda itu, raja Xie Graha juga masih meragukan kemampuan yang di mil
Belum sempat Garaga menjawab tiba tiba raja Xie Graha berlari ke arah Adiwilaga dan mengambil dahan kayu keramat yang sudah berubah menjadi pedang besar tadi.Ternyata raja Xie Graha hanya berpura pura menyerah di hadapan Adiwilaga tadi, dirinya hanya ingin mengambil kesempatan untuk bisa mengambil senjata itu dari tangan Adiwilaga.Sebenarnya Garaga sudah mencurigai hal itu sejak awal, tak mungkin seorang raja mempunyai mental lemah seperti itu.Tapi saat Garaga ingin memberitahukan tentang hal itu pada Adiwilaga, semuanya sudah terlambat! Raja Xie Graha sudah berhasil mengambil paksa senjata keramat itu dari tangan Adiwilaga."Hahaha.... Begitu polosnya dirimu anak muda! Gampang sekali untuk mengelabuhi dirimu! Sekarang senjata keramat ini sudah berhasil aku dapatkan dan mulai sekarang senjata keramat ini milikku! Hahaha," Tawa raja Xie Graha yang sudah berhasil mengelabui Adiwilaga tadi.&n
Semua anggota tercengang mendengar perintah terakhir yang di berikan oleh Adiwilaga tadi.Mereka semua sangat senang saat mendengar perintah terakhir dari Adiwilaga, mereka sudah sangat rindu dengan keluarga dan juga kampung halaman mereka semua.Semua anggota segera sedikit membungkukkan dadanya sebagai tanda terimakasih atas kebebasan yang sudah di berikan oleh Adiwilaga tadi.Garaga membalas nya dengan senyuman miliknya yang terlihat sangat manis pada saat itu."Kalian semua boleh pergi sekarang... Jangan lupa pesanku, pulang kerumah masing masing temui keluarga kalian masing masing, jangan sampai ada di antara kalian yang berani bergabung dengan kerajaan jahat lainnya di sekitar sini, jika aku mengetahui itu aku berjanji akan membunuh kalian saat itu juga!" Teriak Adiwilaga dengan tegas pada mereka semua.Para anggota kerajaan itupun segera berlarian menuju desa nya masing ma