Semua anggota tercengang mendengar perintah terakhir yang di berikan oleh Adiwilaga tadi.
Mereka semua sangat senang saat mendengar perintah terakhir dari Adiwilaga, mereka sudah sangat rindu dengan keluarga dan juga kampung halaman mereka semua.
Semua anggota segera sedikit membungkukkan dadanya sebagai tanda terimakasih atas kebebasan yang sudah di berikan oleh Adiwilaga tadi.
Garaga membalas nya dengan senyuman miliknya yang terlihat sangat manis pada saat itu.
"Kalian semua boleh pergi sekarang... Jangan lupa pesanku, pulang kerumah masing masing temui keluarga kalian masing masing, jangan sampai ada di antara kalian yang berani bergabung dengan kerajaan jahat lainnya di sekitar sini, jika aku mengetahui itu aku berjanji akan membunuh kalian saat itu juga!" Teriak Adiwilaga dengan tegas pada mereka semua.
Para anggota kerajaan itupun segera berlarian menuju desa nya masing ma
"Tenangkan dirimu... Jangan sampai melukai satu sama lain, ingat tujuan kita kesini untuk membawa mu ke keluarga mu jadi jangan sampai kamu semakin membuat semua orang benci padamu sekarang," ucap Adiwilaga.Chou Li pun memundurkan langkah kakinya dan meminta maaf pada Adiwilaga atas tindakan nya tadi.Kemudian Adiwilaga kembali berargumen dengan seorang pria berbadan besar tersebut."Lalu apa alasanmu menghentikan aku dan temanku ini? Aku juga sudah berkata padamu jika aku benar benar tak ada niatan buruk padamu atau bahkan pada desa ini, aku hanya ingin mengantarkan Chou Li kembali ke keluarganya," ucap Adiwilaga.Orang itu lagi lagi masih begitu sangat tak percaya dengan semua yang di bicarakan oleh Adiwilaga tadi.Semakin lama orang itu menjadi sangat kesal dan berniat akan menghajar Adiwilaga dan Chou Li jika tak segera pergi dari desanya.
Adiwilaga sangat kaget setelah mendengar penjelasan dari tetua itu, dirinya sebagai warga pribumi juga sedikit malu atas perbuatan yang sudah di lakukan oleh orang yang di ceritakan tetua tadi."Owh jadi begitu tetua... Aku atas nama warga pribumi ingin meminta maaf pada kalian semua terutama dengan korban pemerkosaan yang sudah di lakukan nya dahulu, aku benar benar minta maaf," ucap Adiwilaga pada tetua itu karena sudah merasa bersalah.Tetua segera mengangguk ringan dan sedikit memberikan senyuman nya pada Adiwilaga."Sudah itu bukan salahmu tuan muda... Itu juga hanya kenangan kelam, jadi tak perlu di anggap serius sekarang... Lebih baik sekarang kita mulai jalan menuju rumah Chou Li di sana, biar aku antar," jawab tetua tadi.Akhirnya mereka semua mulai berjalan santai menuju rumah Chou Li.Perasaan Chou Li semakin campur aduk karena sangat takut jika keluarganya tak menerim
Setelah lama berlarian, akhirnya Garaga dan Adiwilaga sudah hampir sampai di depan rumah mereka.Adiwilaga mulai melihat ibu dan yang lainnya sedang berada di luar rumah sembari menyalakan api unggun.Hal yang jarang terjadi, Adiwilaga juga belum tahu apa alasan mereka menyalakan api unggun hingga larut malam seperti itu.Garaga mulai memperlambat langkah kakinya, dan mulai berjalan normal saat sudah semakin dekat dengan rumahnya.Dewi Suhita yang dari tadi menunggu Adiwilaga pulang akhirnya melihat Garaga dan Adiwilaga sedang berjalan ke arah rumah."Lihat itu... Adiwilaga pulang dengan selamat...," Teriak Dewi Suhita dengan penuh kegembiraan.Semuanya menoleh ke arah Adiwilaga, berteriak menyambut kedatangan Adiwilaga yang sudah pulang dengan keadaan selamat.Adiwilaga yang melihat mereka semua pun tersenyum haru dengan sambutan yang lu
"Ini aku kembalikan punya kakek... Dahan kayu keramat ini kan punya kakek Byakta jadi aku sekarang berniat untuk mengembalikan nya pada Kakek...," Jawab Adiwilaga sembari terus menyodorkan dahan kayu keramat itu pada Kakek Byakta.Kakek Byakta tiba tiba tersenyum, segera menjelaskan pada Adiwilaga saat itu juga."Nak.... Sebenarnya dahan kayu keramat ini milik ayahmu Abisatya, di dia yang menemukan senjata keramat ini, dan sekarang senjata keramat ini lebih pantas untuk kamu bawa, kamu bisa menggunakan senjata keramat itu saat di perlukan," jelas kakek Byakta.Adiwilaga yang mendengarnya sedikit tak percaya dengan keputusan kakek Byakta tersebut, Karena Adiwilaga merasa belum pantas jika harus memegang senjata sehebat itu.Tapi kakek Byakta terus saja memaksa Adiwilaga untuk tetap membawa senjata keramat tadi.Dengan terpaksa akhirnya Adiwilaga mau untuk tetap membawa senjata ker
Kakek Byakta yang mendengarnya pun segera berdiri dan bersiap untuk berangkat berburu di dalam hutan.Lagi lagi Abisatya tak di ajaknya karena dirinya masih tertidur pulas bersama Dewi Suhita di kamar.Mereka semua sengaja tak mengajaknya karena takut mengganggu kenyamanan mereka berdua, jadi hanya mereka bertiga yang akan berangkat berburu saat itu.Sedangkan Garaga di tugaskan Adiwilaga untuk tetap di rumah agar bisa menjaga kedua orang tua nya yang masih tertidur pulas.Mereka bertiga mulai mengambil langkah kakinya, berjalan menuju dalam hutan."Kek... Bagaimana kalau kita pergi kesungai untuk mencari ikan disana, sudah lama kita tak makan ikan kek," ucap Adiwilaga.Kakek Byakta dan Dewantara saling menatap, mempunyai satu pemikiran yang sama.Tapi mereka berdua tak mau memberitahukan pada Adiwilaga terlebih dahulu tentang keadaan sun
"Jangan sombong dulu nak... Ikanmu masih akan kalah besar dengan ikan yang kakek dapatkan nanti, tunggu saja!" Ucap kakek Byakta yang begitu sangat yakin akan memenangkan perlombaan kali ini.Sedangkan Adiwilaga masih sangat serius melihat di sekitarnya, mencari ikan yang ukurannya paling besar.Dewantara yang sudah berhasil mendapatkan ikan akhirnya segera naik ke permukaan terlebih dahulu sembari melihat kakek Byakta dan Adiwilaga yang masih berjuang mencari ikan."Ayo kek.. Adiwilaga... Mana ikan kalian... Katanya ingin mengalahkan ikan tangkapan ku ini, hehehe.....," Ucap Dewantara yang sudah berhasil mendapatkan ikan.Adiwilaga semakin semangat untuk bisa mengalahkan ikan tangkapan Dewantara tadi, Adiwilaga terus mencari hingga di bawah bawah bebatuan yang ada di sungai.Sedangkan Kakek Byakta terus diam di tempatnya dan matanya terus memperhatikan ikan ikan di sekelilingnya
Dewi Suhita penasaran dengan apa yang sedang mereka bicarakan di luar sana hingga tertawa terbahak bahak seperti tadi."Suamiku... Sedang membicarakan apa kalian sekarang? Suara tawa kalian terdengar sampai dalam tadi," ucap Dewi Suhita.Abisatya segera menoleh ke arah istrinya dan sedikit kaget melihat Dewi Suhita sudah terbangun dari tidurnya, Abisatya juga sedikit merasa bersalah karena sudah tertawa terlalu keras tadi."Hay istri ku sudah bangun... Maaf kalau suara tawa ku membuat mu terbangun tadi...," Jawab Abisatya pada Dewi Suhita.Dewi Suhita hanya menjawabnya dengan senyuman manisnya.Tiba tiba Kakek Byakta juga menjawab pertanyaan dari Dewi Suhita tadi."Kita sedang membicarakan anakmu ini, dia tadi sudah kalah dalam perlombaan hehehe," jelas kakek Byakta.Dewi Suhita juga sedikit tertawa setelah mendengar itu, dan sedikit berg
Tentunya jawaban Dewantara tadi tak bisa membuat kakek Byakta percaya padanya, lantas kakek Byakta menanyakan hal itu lagi pada Dewantara dengan lebih serius."Nak... Jujurlah pada Kakek, kakek paham kamu sedang memikirkan sesuatu sekarang," ucap kakek pada Dewantara.Dewantara tak langsung menjawabnya, dia terdiam sebentar sembari terus menahan air matanya agar tak jatuh kembali di hadapan kakek Byakta.Air mata sudah berhasil ia tahan, mulai membuka mulutnya dan segera menceritakan semuanya pada Kakek Byakta."Setelah melihat kebahagiaan di keluarga Abisatya... Aku teringat dengan semua keluarga ku di desa kek... Aku merindukan mereka semua," jelas Dewantara."Tenang nak lain waktu kita datang ke desamu untuk melihat kondisi keluarga mu di sana, kakek paham sekali dengan apa yang kamu rasakan sekarang ini... Sudah jangan sedih nak..," jawab kakek Byakta yang mencoba menenangkan