Akhirnya rumah yang mereka buat telah jadi sempurna, Dewantara pun memutuskan untuk tinggal bersama mereka di rumah itu dan sudah tak menjadi bagian anggota api pagi.
Mereka semuanya hidup tenang di dalam rumah baru itu selama bertahun tahun hingga Adiwilaga tumbuh menjadi pemuda yang memiliki banyak kekuatan yang sudah di berikan oleh para dewa.
Saat itu Adiwilaga berumur 25 tahun, umur yang sudah sangat matang untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pendekar pilihan dewa.
Saat itu Adiwilaga tidak mempunyai saudara sama sekali, dia hanya anak satu satunya dari pasangan Abisatya dan juga Dewi Suhita.
Semuanya sudah berumur hampir 50 tahun, kecuali kakek Byakta yang sudah menginjak usia 125 tahun.
Bisa terbilang usia yang sangat tua, tapi tubuhnya masih kokoh dan kuat untuk melakukan aktivitas sehari hari.
Sedangkan Garaga masih sama seperti 25 tahun lalu, bada
Keesokan harinya telah tiba, waktunya Adiwilaga dan Garaga menjalankan seluruh strategi yang sudah di bicarakan kemarin.Mereka berdua mulai berjalan menuju kedepan rumah, berniat akan membicarakan sedikit hal lagi tentang strategi kemarin.Garaga menyarankan untuk menyerang pendekar jahat yang kemampuannya masih rendah, setelah itu mencari yang mempunyai kemampuan di atasnya dan seterusnya hingga membuat pendekar jahat paling hebat kalah di tangan Adiwilaga.Sebenarnya Adiwilaga ingin langsung menyerang pendekar jahat yang paling hebat dan Pendekar jahat lainnya akan dia kalahkan dengan mudah.Tapi akhirnya Adiwilaga memutuskan untuk menuruti omongan Garaga itu, menyerang markas pendekar jahat yang kemampuannya masih rendah dan mudah untuk di kalahkan.Markas dari Pendekar jahat itu berada tepat di ujung hutan yang sedang mereka tinggal i sekarang, simbol dari Pendekar jahat itu
Para penjaga tadi mulai memasuki ruangan raja dan segera memberitahukan pada raja tentang kedatangan Adiwilaga dan Garaga di depan."Permisi raja... Maaf mengganggu waktumu sebentar... Ada satu orang dengan seekor harimau datang ke markas kita sekarang, di bilang ingin bertemu dengan raja sekarang juga," ucap penjaga itu.Raja itu bernama Sira, para anggota biasanya memanggil dirinya raja Sira.Seorang raja yang mempunyai kemampuan bela diri kapak yang cukup handal, sehingga dia pantas untuk menjadi raja di kelompok pendekar itu.Raja Sira terkejut bukan main saat mendengar ucapan dari para penjaganya itu.Baru pertama kali markasnya itu di datangi oleh orang, bahkan sekarang hanya satu orang dengan hanya membawa seekor harimau.Raja Sira benar benar keheranan akan hal itu, bahkan tangannya sudah merasa gatal ingin menghabisi Adiwilaga dan Garaga itu.
Mendengar teriakkan dari Adiwilaga tadi, semua anggota pendekar kapak itu pun segera berlari meninggalkan markas besar mereka.Termasuk juga para penjaga raja Sira, mereka semua kabur meninggalkan rajanya yang sudah tergeletak tak bernyawa.Dari yang awalnya sangat banyak orang di dalam markas itu, seketika menjadi sangat sepi! Hanya ada Adiwilaga Garaga dan mayat dari raja Sira di sana.Garaga mulai berjalan menghampiri Adiwilaga yang masih tetap berdiri di sebelah mayat raja Sira."Adiwilaga... Kamu benar benar hebat tadi, sikap mu itu sangatlah pantas untuk seorang pendekar hebat! Tak salah jika para dewa sudah memilihmu sebagai pendekar pilihan nya saat ini," ucap Garaga pada Adiwilaga.Adiwilaga tak mau terus di puji oleh Garaga, sehingga Adiwilaga memotong pembicaraan Garaga dengan alasan lainnya."Garaga... Ayo bantu aku menggali tanah untuk menguburka
Setelah itu luka Adiwilaga mulai di berikan dedaunan yang bermanfaat untuk menyembuhkan luka goresan seperti yang di alami oleh Adiwilaga sekarang.Rasanya sangat perih, tapi Adiwilaga mampu untuk menahannya.Semua sudah selesai, Adiwilaga kembali keluar untuk menemui ayahnya dan yang lainnya di depan.Setelah itu mereka memutuskan untuk segera makan bersama kebetulan juga daging kambing yang di bakar tadi sudah matang dengan sempurna.Kali ini mereka makan di luar rumah, di bawah pohon yang begitu rindang dan sangat teduh di bawahnya.Dewantara dan Abisatya mulai mengangkat daging kambing bakar tadi, di bawanya ke tempat mereka semua berkumpul untuk menikmati nya bersama sama.Akhirnya mereka semua menikmati daging kambing muda bakar itu dengan sangat senang dan juga merayakan atas keberhasilan Adiwilaga tadi.Sedangkan Garaga duduk sant
"Nak.... Kamu mau kemana pagi pagi seperti ini? Bahkan masih cukup gelap," ucap kakek Byakta yang masih merasakan kantuk.Adiwilaga yang mendengar itu pun sedikit kaget karena kakek Byakta terbangun dan melihat dirinya akan pergi keluar.Adiwilaga pun sedikit memundurkan langkahnya dan menjawab pertanyaan kakek Byakta tadi."Em.. aku... Ingin menemui Garaga sebentar kek," jawab Adiwilaga.Kakak Byakta langsung merasakan adanya sesuatu pada Adiwilaga dan juga Garaga, ia segera menanyakan hal itu pada Adiwilaga."Kenapa pagi sekali seperti ini kek? Apa sebenarnya yang sedang kamu rencanakan dengan Garaga saat ini," tanya Kakek Byakta lagi.Adiwilaga tentunya sudah tak bisa berbohong lagi tentang hal itu, lantas dirinya terpaksa harus jujur pada Kakek Byakta tentang rencananya yang akan berangkat pagi pagi sekali."Emmm... Jadi begini kek...
"Owh begitu ya kek... Yasudah kek maaf sebelumnya, aku tinggal tidur terlebih dahulu ya kek aku masih sangat mengantuk sekarang," ucap Dewi Suhita yang berpura pura tidur.Kakek Byakta pun merasa senang dan segera mempersilahkan Dewi Suhita untuk tidur kembali.Tapi Abisatya takut kalau sampai Dewi Suhita mendengarkan semua pembicaraan nya dengan kakek Byakta.Abisatya memutuskan untuk mengajak kakek Byakta ke depan untuk melanjutkan pembicaraannya tadi.Kakek Byakta setuju dengan ajakan Abisatya tersebut, akhirnya mereka berdua mulai berjalan ke depan untuk melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda oleh Dewi Suhita tadi."Bagaimana kek.... Apa alasan kakek meminta dahan kayu keramat itu sekarang?" Tanya Abisatya lagi pada Kakek Byakta.Kakek Byakta terdiam sebentar dan segera menjawab dengan jujur pertanyaan dari Abisatya tadi."Begin
Setelah itu Adiwilaga segera menaiki punggung Garaga sembari terus melihat mata ibunya.Adiwilaga selalu tak tega saat melihat ibunya seperti itu, tak berdaya!Tapi Adiwilaga harus lebih bisa menahan hal itu terlebih dahulu, ia harus fokus dengan apa yang harus ia lakukan nanti saat menghadapi raja Xie Graha di sana.Garaga mulai berjalan pergi meninggalkan mereka semua, Adiwilaga duduk di atas punggung Garaga.Semuanya melihat kepergian Garaga dan Adiwilaga, terlihat ada kepanikan dan sedikit ketakutan di wajah mereka semua, terutama pada wajah Dewi Suhita, terlihat begitu sedih tak rela jika anaknya harus berjuang sendirian seperti ini.Semakin jauh Garaga pergi, semakin sedih pula Dewi Suhita.Air mata sudah tak terbendung lagi, mulai menetes dari mata Dewi Suhita, tanda dirinya benar benar sedih akan kepergian anaknya itu.Cemas! Khaw
Kemudian Abisatya memberanikan dirinya untuk sekedar menegur kakek Byakta dan juga Dewantara."Kek... Tara... Kenapa kalian melamun seperti itu? Apa ada masalah tadi?" Tanya Abisatya.Kakek Byakta dan Dewantara pun Segera berhenti melamun dan menoleh ke arah Abisatya yang sedang berdiri di samping mereka.Dewantara juga segera menjelaskan dengan jujur apa yang sebenarnya terjadi tadi di sungai kepada Abisatya."Tidak bi... Kita hanya heran dan bingung saja, tadi kami berniat untuk mencari ikan di sungai.. tapi anehnya ikan ikan di sungai itu sudah tidak ada! Bahkan satupun ikan tidak bisa kami temukan, menurutmu bagaimana?" Jelas Dewantara.Abisatya yang mendengar itu juga mulai kebingungan dengan keadaan sungai itu, Abisatya berfikir kalau ikan ikan itu mati semua karena terkena racun."Emmm... Mungkin ikan ikan itu mati semua karena terkena racun dari suatu