Desa Guntung adalah sebuah desa yang jauh dari pusat keramaian kota. mayoritas masyarakat menggantung kan hidup pada alam. Bisa di lihat setiap hari mereka para lelaki hanya melakukan aktivitas berburu di hutan, bahkan tak jarang juga ada perempuan yang ikut berburu.
Pagi itu seorang lelaki ingin pergi ke hutan untuk berburu, ia bernama Abisatya seorang lelaki yang sudah beristri. Saat itu istrinya sedang mengandung anak pertama dari mereka.
Abisatya segera bergegas kehutanan bersama temannya untuk berburu hewan liar yang ada di hutan.
Sampai di dalam hutan mereka terus mencari hewan buruannya, tapi sampai sore mereka berdua masih belum mendapatkan satu pun hewan buruan.
Akhirnya teman Abisatya tersebut memutuskan untuk pulang terlebih dahulu karena hari sudah hampir gelap.
"Abi... Aku pulang saja hari sudah mau gelap, apa kamu ikut pulang juga?"
"Kamu duluan saja, aku masih ingin mencari buruan untuk istriku di rumah." Abisatya tetap ingin berburu karena dia tahu istrinya sedang menunggu di rumah dengan perut kosong.
Abisatya terus berkeliling dalam hutan sembari mengawasi sekelilingnya. Sampai pada akhirnya ia tersadar kalau sekarang dia tersesat di dalam hutan yang sangat luas ini. Rupanya Abisatya sudah salah jalur dan tidak mengikuti jalur biasanya.
Abisatya nampak kebingungan saat itu, kemudian datang seekor burung di dekatnya. Awalnya Abisatya ingin menembak burung itu, tapi tiba tiba burung itu malah hinggap di senapannya. Hal itu sangat membuat Abisatya terheran heran.
Ternyata burung tersebut adalah burung ajaib yang di utus oleh para dewa untuk memberikan kekuatan pada calon bayi Abisatya.
Dengan ajaibnya burung itu berbicara pada Abisatya.
"Kamu sedang tersesat kan?"
"Loh.. loh.. aku tidak mimpi kan? Kok kamu burung bisa bicara, burung apaan kamu ini?"
"Tenang aku akan membantu mu keluar dari hutan ini dan kembali kerumah."
Abisatya yang masih terbengong segera berdiri perlahan sembari melihat burung tersebut hingga dari satu pohon ke pohon lainnya.
Burung itu memang benar benar menunjukkan jalan yang benar pada Abisatya. Sampai pada akhirnya Abisatya berhasil keluar dari hutan dan segera pulang kerumahnya.
"Terimakasih sudah mengantarkan sampai keluar hutan, aku hutang Budi padamu." Ucap Abi dengan burung itu.
Anehnya burung itu tetap terus mengikuti Abisatya sampai pulang kerumahnya.
Abi yang sadar melihat itu langsung bertanya pada burung.
"Kenapa kamu masih mengikuti aku? Aku sudah berterimakasih padamu tadi.
"Gapapa, aku sedang cari seseorang yang cocok untuk di berikan kekuatan yang kumiliki."
Abisatya tak mau pusing memikirkan burung tersebut dan membiarkannya saja.
Istri Abisatya memang betul sudah menunggu suaminya pulang di teras rumah mereka.
"Kamu menunggu ku dari tadi?"
"Iyha, aku sangat lapar sekarang."
"Maafkan aku istriku, aku hari ini tidak berhasil mendapatkan satu hewan buruan pun."
"Tidak apa apa suamiku, yang terpenting kamu sudah usaha dan pulang dengan selamat."
Abisatya kebingungan, lantaran dia tidak memperoleh hasil buruan sama sekali hari ini. Hanya burung yang mengikutinya terus dari tadi.
Abi memutuskan untuk meminta makanan pada tetangga nya, karena di desa itu memang terkenal orang nya tidak pelit pelit.
"Selamat malam.... Malam.... Tok.. tok... Tok..."
Tetangganya segera membuka pintu.
"Ada apa bi? Apa ada yang perlu paman bantu sekarang?"
"Ini paman, jadi dari tadi pagi aku berburu tapi sampai sekarang belum dapet hasilnya. Nah istriku sekarang lapar, aku boleh minta makanan mu sedikit tidak?"
Tetangga yang baik itu kemudian masuk lagi kedalam rumah untuk mengambil kan makanan yang ada.
Abisatya begitu senang dan sedikit lega karena tetangganya sangat baik padanya, dia juga tak perlu khawatir lagi dengan istrinya yang sedang kelaparan.
"Ini Bii. Maaf cuma bisa ngasih seadanya saja, semoga bisa bantu kamu ya."
"Gaperlu minta maaf, aku yang seharusnya minta maaf karena sudah sering merepotkan dirimu."
Abisatya kembali pulang untuk memberikan makanan pada istrinya.
"Ini kami makan dulu biar kamu tidak kelaparan lagi."
Istrinya segera menyantap makanan tersebut dengan sangat lahap karena dia benar benar sangat lapar.
"Kamu tidak ikut makan?" Menanyakan pada suaminya
"Tidak kamu saja yang habisin, aku tidak lapar." Abisatya berbohong pada istrinya saat itu. sebenarnya dia sangat lapar karena seharian sudah berkeliling hutan tapi tak menemukan apa apa.
Abisatya terus menahan lapar sembari memandangi istrinya yang tengah hamil dan akan segera melahirkan dalam waktu dekat.
Burung yang mengikutinya tadi terbang ke arah bahu Abisatya, burung itu membisikkan sesuatu padanya.
"Anak kamu berjenis kelamin laki laki, dia nantinya akan menjadi pendekar perang yang sangat kuat tapi dia hanya menggunakan kemampuan nya untuk membantu rakyat rakyat kecil yang sedang di tindas."
Abisatya terkaget bukan main mendengar bisikin burung tersebut, lantas ia bertanya kembali pada burung itu.
"Memangnya kamu tahu dari mana? Kan itu masih masa yang akan datang, tidak mungkin ada orang, bahkan hewan yang tahu tentang masa depan."
Burung itu menjawab dengan lantang.
"Lihat saja nanti, pasti kamu akan tahu tentang ini."
Abisatya malah semakin bingung setelah mendengar bisikan dari burung itu.
"Hei .. burung, apakah kamu punya nama seperti manusia?"
"Punya lah.. namaku Bena."
"Owh ok Bena."
Mereka berdua pun segera bergegas tidur, anehnya Bena selalu datang dan hinggap di perut istri Abisatya.
"Kenapa kamu hinggap di situ Bena? Ayo pergi dari situ, nanti istriku bangun dan melihat mu seperti itu. Pasti dia tidak akan suka."
"Tenang, di sini aku akan menjaga istrimu dan juga calon anakmu, aku hanya sedikit memeberinya kenyamanan."
Abisatya yang tak mau memikirkan hal itu segera tertidur lelap juga karena dia merasa sangat capek saat berkeliling di hutan yang sangat luas.
Saat mengetahui Abisatya sudah tertidur, Bena akhirnya melakukan tugasnya untuk memberikan kekuatan pada calon bayi Abisatya.
Bena terus mencium cium perut istri Abisatya dengan paruhnya yang kecil, itu dilakukan agar bayi yang ada di dalamnya merasakan kekuatan yang sudah di milikinya.
Sampai pada pagi harinya Abisatya melihat Bena sudah mati di atas perut istri nya. Itu berarti tugas Bena untuk memberikan kekuatan pada calon bayi sudah selesai. Bena sudah kembali ke kehidupan para dewa.
Abisatya terkejut, dia berpikir kenapa burung ini bisa tiba tiba mati di atas perut istrinya. Itu sungguh kejadian yang sangat aneh baginya.
Lantas Abisatya segera membawa bangkai Bena ke halaman belakang rumah untuk di kuburkan.
Setelah menguburkan bangkai Bena, Abisatya pamit pada istrinya untuk pergi ke hutan mencari hewan buruan.
Abi bergegas mengambil senapan angin milik nya, ia pun mulai berjalan pergi ke dalam hutan, Abisatya saat itu pergi seorang diri karena temannya sedang sakit dan tak ikut berburu bersama Abisatya.Abisatya mulai masuk kedalam hutan yang sangat luas itu, ia terus melihat keselilingnya, ia memperhatikan apakah ada hewan buruan yang bisa di tangkap nya.Belum sampai di tengah hutan Abisatya bertemu dengan seorang pemburu yang kelihatan umurnya sudah sangat tua.Orang tersebut bernama kakek Byakta, ternyata umurnya sudah hampir seratus tahun, tapi badannya masih sangat tegap dan terlihat masih bertenaga. Kakek ini tinggal di dalam hutan, rumahnya tidak jauh dari tempat ia bertemu. Kakek Byakta tinggal sebatang kara di dalam hutan ini, tapi dia memiliki kemampuan berburu yang cukup pandai, kakek ini hanya menggunakan sebatang kayu yang ujungnya lancip.Abisatya yang melihatnya segera menghampiri pr
Setelah selesai makan dan cukup kenyang, Abisatya membersihkan sisa sisa makanannya dan juga memberikan bekas Bakaran di belakang rumah.Saat di belakang rumah Abisatya teringat dengan Bena, burung yang kemarin mengikuti nya pulang.Dia berniat akan menceritakan hal semalam pada istrinya karena istrinya belum mengetahui kalau Bena sudah mati dan bangkai nya dikubur di halaman belakang rumah."Istriku, kamu ingat burung kemarin yang mengikuti ku sampai rumah? Tadi pagi aku melihatnya mati di atas perut mu. Aku tidak tahu apa sebabnya ia tiba tiba mati. Yang lebih anehnya selama semalaman Bena terlihat mencium ciumkan paruhnya pada perutmu sampai akhirnya aku melihat Bena sudah tak bernyawa."Istrinya terlihat sangat kaget saat itu, karena semalaman dia tidak merasakan apa apa, bahkan semalam adalah tidurnya yang paling nyaman menurut nya."Aku semalaman tidak merasakan apa apa di perutku, b
Saat sedang asik memasak, tiba tiba ada suara ketukan pintu dari luar rumah."Tok.. Tok.. Tok.."Abisatya yang mendengar itu kemudian langsung membukakan pintunya, Abisatya sangat kaget saat itu, karena melihat Kakek Byakta datang kerumahnya dengan wajah yang penuh ketakutan."Loh kakek? Kok bisa sampai sini?""Maaf nak, kakek terpaksa ke desa ini dan bertanya pada orang orang dimana rumahmu, tadi di dalam hutan ada para pendekar jahat yang sedang berburu, tapi untungnya mereka tak melihat kakek ada disana, jadi kakek memutuskan untuk pergi menemui kamu di desa ini.""Yasudah masuk kek, kebetulan aku sedang memasak bersama istriku, sebentar lagi ayo kita makan sama sama."Terimakasih nak...."Kemudian Abisatya kembali menemui istrinya untuk memasak."Suamiku, Siapa yang datang barusan?" Tanya Dewi Suhita pada Abisatya."Itu kakek Byakta yang kemarin aku ceritakan padamu. Kasihan di
Keesokan harinya, kakek Byakta bersiap untuk segera kembali kedalam hutan dan tinggal lagi di rumahnya yang sederhana itu."Nak.. kakek habis ini mau kembali ke hutan ya, kakek masih tinggal di tempat yang sama seperti yang kamu lihat kemarin. Kamu jangan lupa mampir ya nak kalau pergi kehutan." Ucap kakek Byakta pada Abisatya."Loh kek kenapa buru buru sekali untuk pulang, ini masih pagi sekali, apa tidak mau berkeliling desa lagi kek.""Tidak nak... Kakek kembali saja kehutan, kakek rindu suasana hutan.""Yasudah kek, apa mau aku antar kedalam hutan?""Tidak perlu nak, kamu jaga istrimu saja, kasihan dia lalu terus kamu tinggal sendirian di rumah.""Yasudah kek, kakek hati hati ya. Aku pasti akan sering berkunjung kerumah kakek."Setelah obrolan itu akhirnya kakek Byakta berjalan menuju rumahnya yang berada di dalam hutan.Saat dalam perjalanan menuju kembali kerumah, kakek Byakta melihat dari ke
Kakek Byakta juga segera mencari sebatang kayu dan melancipkannya."Mau berburu kek?" Tanya Abi pada Kakek Byakta."Iya nak buat makan kita nanti di rumah.""Yaudah kek biar aku bantu juga.""Tidak usah, kamu terus gendong saja istrimu itu, kasihan dia."Tiba tiba di sebelah kanan mereka ada seekor rusa yang sedang makan dedaunan.Kakek Byakta segera menyuruh Abisatya untuk diam di tempat agar rusa itu tak merasa takut dan akan kabur."Nak diam di tempat sekarang, aku melihat seekor rusa di kanan kita.""Baik kek." Jawab Abi dengan sedikit kaget.Kakek Byakta segera mengarahkan batang kayunya kearah rusa itu. Dengan sekejap mata, batang kayu itu sudah berhasil menembus leher rusa tersebut.Dewi Suhita yang melihat itu sangat takjub dengan cara Kakek Byakta memburu, dia juga sedikit ngomongin Kakek Byakta dengan suaminya."Suamiku, itu ya cara yang di ajarkan Kakek Byakta padamu, sepe
Setelah menaruh di atas dedaunan, Abisatya kemudian memanggil istrinya untuk segera ikut makan."Istriku.. ayo kita makan di luar, daging rusa nya sudah matang.""Iya suamiku ayo kita keluar."Mereka bertiga mulai makan daging rusa itu, meskipun tanpa bumbu apapun, mereka bertiga tetap sangat menikmatinya saat itu.Karena mereka sadar hidup di hutan tak seperti hidup di desanya dulu.Setelah selesai makan mereka berencana akan membuat rumah satu lagi untuk Abi dan Dewi, karena di rumah Kakek Byakta hanya cukup untuk dirinya saja."Nak bagaimana kalau sekarang kita membuat rumah untukmu dan istrimu. Jujur rumah kakek sekarang tidak cukup kalau harus kita tempati bertiga.""Boleh kek, maaf merepotkan kakek sekarang." Jawab Abi.Kemudian Kakek Byakta dan Abisatya segera mencari batang batang kayu juga ranting pohon untuk membuat rumah. Sedangkan istri Abisatya kemba
Kayu sudah banyak di kumpulkan oleh Abisatya, Sedangkan ikan juga sudah bersih.Kali ini Abisatya ingin mencoba membuat api sendiri tanpa di bantu Kakek Byakta."Kakek.. kali ini biarkan aku saja yang membuat apinya, kakek duduk aja di situ.""Cobalah nak..." Jawab kakek sembari sedikit tersenyum.Kemudian Abi segera mengambil dua ranting pohon dan mulai menggesek gesekkan nya ke satu sama lain.Lama kelamaan tangan Abisatya mulai kelelahan dan gesekan ranting pohon itu semakin sedikit."Nak jangan sampai terlalu pelan menggesekkan nya, nanti ranting itu akan kembali dingin kalau gesekan mu semakin pelan." Ucap kakek Byakta."Maaf kek tanganku sepertinya sudah tidak sanggup lagi menggesek kedua ranting ini."Kakek Byakta kemudian menghampiri Abisatya sembari tersenyum ringan padanya."Sini biar kakek saja yang buat apinya, kamu kumpulkan daun daun kering saja. Kalau
Abi sangat terkejut saat itu, ia merasa sangat kaget tiba tiba burung yang ada di pundaknya sudah di ambil oleh Kakek Byakta."Loh kek, biarkan aku saja yang membawa burung itu." Ucap Abi pada Kakek."Sudah nak kamu cukup terlihat sangat capek, biarkan kakek yang membawa burung ini."Abisatya sedikit tidak enak hati pada Kakek Byakta saat itu. Abi merasa sangat lemah di depan Kakek, dia merasa malu pada Kakek Byakta.Akhirnya mereka berdua sampai di rumah.Tiba tiba terdengar suara teriakan dari Dewi Suhita istri Abisatya, Dewi berteriak kesakitan karena perutnya merasa sangat mulas, tanda dia akan segera melahirkan bayinya."Aaaarghhhhhhhh.. tolong.... Sakit sekali ini.... Suamiku..." Teriak Dewi Suhita.Abisatya yang mendengar jeritan itu langsung berlari menemui istrinya yang sedang kesakitan itu."Istriku.. kamu Kenapa? Ada apa denganm
Setelah itu tetua mulai meninggalkan rumah Dewantara, ia berjalan kembali ke arah rumah nya yang berada di ujung depan desa."Terimakasih sudah mau membelaku tadi... Aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu tadi," ucap Gen pada Adiwilaga yang sedang menenangkan ibunya tadi.Adiwilaga mengangguk ringan sembari memberikan senyuman ringan pada Gen yang terlihat sangat bahagia itu."Yasudah Dewi..... kalau begitu ayo kita kembali melanjutkan memasak nya," ucap nek Siri yang mengajak Dewi Suhita melanjutkan memasaknya tadi."Iya nek..."Dewi Suhita segera berjalan masuk kedalam rumah mengikuti nek Siri, berniat akan melanjutkan memasaknya tadi yang sempat tertunda karena ada sedikit masalah di luar rumah."Nak... Antarkan nak Gen ini ke rumah sebelah, biar nanti dia bisa tidur di sana," ucap kakek Byakta yang sudah mulai peduli dengan Gen.Adiwilaga se
Kakek Byakta terdiam.. tak bisa menjawab apa apa pada tetua karena itu sudah menjadi keputusan warga bersama dan pastinya mereka sudah berunding perihal ini.Raja Gen yang mendengar penjelasan dari tetua desa tadi merasa sedikit bersalah pada semua keluarga Adiwilaga yang terkena dampaknya atas kedatangan dirinya di desa itu.Raja Gen memutuskan untuk segera berjalan ke depan berniat untuk segera pergi meninggalkan desa itu dan kembali ke kerajaan nya untuk tetap tinggal di sana seorang diri.Semua warga ketakutan saat melihat raja Gen berjalan.. semua warga memberikan jalan untuk raja Gen lewat dan sebenarnya juga merasa ketakutan.Tapi Adiwilaga tak bisa membiarkan hal itu, dirinya tetap ingin membela raja Gen untuk tetap tinggal di desa itu, Adiwilaga merasa jika tindakan para warga itu terlalu kelewatan sehingga membuat perasaan dari raja Gen terluka."Berhenti... Jangan kemb
"Garaga? Siapa itu Garaga? Apa nama harimau milikmu ini?" Tanya raja Gen yang terlihat kebingungan."Iya benar... Nama harimau milikku ini adalah Garaga, memangnya kenapa?" Tanya Adiwilaga pada raja Gen.Raja Gen terdiam, sedikit merasa aneh dengan Adiwilaga yang memberikan nama Garaga pada hewan peliharaan nya itu.Setahu Gen, nama Garaga adalah sebutan nama untuk hewan utusan para dewa, raja Gen pernah mendengar tentang hal itu sebelumnya."Tidak apa apa.. aku hanya sedikit bingung saja kenapa nama harimau mu ini mirip dengan sebutan para dewa pada hewan utusan mereka.. apa harimau mu ini adalah utusan para dewa?" Jawab raja Gen sembari bertanya balik pada Adiwilaga.Adiwilaga sedikit panik... Tak tahu jika raja Gen mengetahui tentang hal itu sebelumnya.Tapi Adiwilaga tetao berusaha untuk tetap tenang saat menjawab pertanyaan dari raja Gen tadi."Owh be
Akhirnya Adiwilaga mundur dan tak jadi membunuh raja Gen yang sudah sangat lemah itu."Baiklah... Aku mengampuni mu, aku pegang janjimu tadi yang akan berubah jadi yang lebih baik, tapi aku mau seluruh anggota mu ini kamu bebaskan dan biarkan mereka semua kembali ke rumahnya masing masing, dan juga kamu! Awas saja masih berani berbuat jahat pada orang orang kecil, tak akan aku mengampuni mu lagi!" Ucap Adiwilaga.Raja Gen sangat lega, benar benar lega setelah mendengar ucapan dari Adiwilaga tadi yang sudah mau mengampuni dirinya."Terimakasih anak muda.... Terimakasih.... Aku berjanji akan menjadi seorang yang lebih baik lagi, aku juga akan membubarkan seluruh anggota ku agar mereka semua bisa kembali ke keluarganya masing masing," jawab raja Gen dengan perasaan yang sangat lega."Tunggu apa lagi sekarang? Cepat bubarkan para anggotamu itu!"Raja Gen mulai berusaha berdiri
Raja Gen sudah tak bisa menahan emosi nya lagi, dirinya mengibaskan pedangnya ke arah dada Adiwilaga."Sliiiing...... ""Uhg hampir saja, kali ini sabitan pedangmu lebih baik dari yang tadi, tapi tak lebih bagus jika hanya menembus angin, hahahaha!" Ucap Adiwilaga yang berhasil menghindari tebasan pedang dari raja Gen tadi.Raut wajah raja Gen sudah mulai berubah warna menjadi sangat merah, tanda jika emosional di dalam tubuhnya sudah memuncak dan itu adalah waktu yang pas bagi Adiwilaga untuk menyerang raja Gen yang benar benar emosi itu.Tongkat kayu mulai di keluarkan dari saku celananya, semua orang melihatnya dan beranggapan jika Adiwilaga sedang bercandaan dengan dahan kayu tua yang di keluarkan nya dari dalam saku celananya tadi.Begitu juga raja Gen yang semakin yakin dan percaya diri jika dirinya akan menang dengan sangat mudah kali ini."Nak... Masih berani melaw
Adiwilaga juga menjadi sangat penasaran dengan sosok perempuan yang di lihatnya tadi, sangat cantik dan begitu menggoda hati Adiwilaga.Itu ajaib, hanya dengan penglihatan dari jauh sudah bisa membuat Adiwilaga jatuh cinta padanya."Tentang itu kamu harus fokus pada titik tujuan mu itu, jangan terlalu kosong pikiran mu, nanti hasilnya akan seperti itu, menjadi melihat seseorang yang bahkan belum pernah kita jumpai sebelumnya," jawab Garaga.Adiwilaga mengangguk ringan sembari terus tersenyum senyum karena baru pertama kali dirinya melihat wanita dan langsung jatuh cinta pada wanita itu.Adiwilaga juga selalu mengingat ngingat wajah perempuan cantik itu, menurutnya wanita cantik itu cocok untuk di jadikan sebagai istri nya.Sudah saatnya juga Adiwilaga memikirkan tentang hal itu, usianya sudah cukup pas untuk melakukan pernikahan.Garaga yang menyadari akan hal itu sedikit
Akhirnya mereka bertiga mulai berjalan menuju rumah nek Siri, pemuda itu berjalan di belakang sembari membawa sayur dan rempah rempah milik nek siri tadi.Sampai pada akhirnya mereka bertiga sudah sampai di depan rumah nek Siri, segera pemuda itu meletakkan semuanya di atas kursi yang ada di depan rumah."Sudah ya nek... Aku pamit pergi dulu, besok aku akan menunggu nenek lagi," ucap pemuda itu."Iya nak.. terimakasih banyak sudah membantu kami berdua," jawab nek Siri.Pemuda itu mulai berjalan kembali menuju tempat biasa ia duduk, lebih tepatnya di ujung desa."Ayo nak kita bawa bahan bahan ini masuk kedalam," ajak nek Siri pada Dewi Suhita.Mereka mulai mengangkat bahan bahan dan segera berjalan masuk kedalam rumah menuju ke dapur, di sana mereka berdua segera menghaluskan bumbu bumbu yang di gunakan untuk membuat kuah gulainya nanti.K
Dewantara juga sedikit Lega setelah mendengar ucapan Abisatya tadi yang sudah mengizinkan dirinya untuk jujur pada ibunya saat itu juga."Begini Bu... Tapi ibu harus janji dahulu pada kami semua untuk tidak membicarakan hal ini pada siapapun termasuk semua warga desa ini karena hal ini memang sangat rahasia dan hanya keluarga saja yang bisa mengetahui tentang hal ini," jelas Dewantara pada ibunya.Nek siri tak terlalu mempermasalahkan tentang hal itu, dirinya sangat yakin jika dirinya bisa menjaga rahasia apapun dari semua orang.Lantas nek Siri menyanggupi tentang satu syarat yang di berikan oleh anaknya tadi, nek Siri juga sudah berjanji pada semua orang jika dirinya tak akan memberitahukan hal itu pada semua orang termasuk orang di desa ini tanpa terkecuali."Jadi begini Bu.. Adiwilaga itu adalah seorang pendekar pilihan para dewa, dia di pilih menjadi pendekar untuk di tugaskan membantai seluruh keraja
Adiwilaga mulai merebahkan dirinya, tak langsung memejamkan matanya. Dirinya memikirkan tentang rencana nya besok, terlebih lagi Garaga tak memberi tahu tentang kelemahan dari raja di sana.Bahkan nama rajanya pun tidak di beri tahu oleh Garaga.Saat itu menjadi waktu yang sangat membingungkan bagi Adiwilaga, dirinya harus memikirkan strategi sendiri dan juga harus mengetahui titik kelemahan dari calon lawannya nanti.Semakin lama di pikirkan akan semakin membuat kepala Adiwilaga pusing dan sakit.Akhirnya Adiwilaga memutuskan untuk segera memejamkan matanya berniat akan segera tidur dan tak lagi memikirkan tentang strategi penyerangan untuk besok.Tak berapa lama setelah memejamkan matanya, Adiwilaga mulai tertidur lelap hingga tak sadar jika tidurnya memeluk kakek Byakta di sebelahnya.Begitu juga sebaliknya, kakek Byakta juga tak sadar jika dirinya sedang di peluk oleh