Abi sangat terkejut saat itu, ia merasa sangat kaget tiba tiba burung yang ada di pundaknya sudah di ambil oleh Kakek Byakta.
"Loh kek, biarkan aku saja yang membawa burung itu." Ucap Abi pada Kakek.
"Sudah nak kamu cukup terlihat sangat capek, biarkan kakek yang membawa burung ini."
Abisatya sedikit tidak enak hati pada Kakek Byakta saat itu. Abi merasa sangat lemah di depan Kakek, dia merasa malu pada Kakek Byakta.
Akhirnya mereka berdua sampai di rumah.
Tiba tiba terdengar suara teriakan dari Dewi Suhita istri Abisatya, Dewi berteriak kesakitan karena perutnya merasa sangat mulas, tanda dia akan segera melahirkan bayinya.
"Aaaarghhhhhhhh.. tolong.... Sakit sekali ini.... Suamiku..." Teriak Dewi Suhita.
Abisatya yang mendengar jeritan itu langsung berlari menemui istrinya yang sedang kesakitan itu.
"Istriku.. kamu Kenapa? Ada apa denganm
Setelah menyalakan api itu, Abisatya segera mengambil wadah dan mengisinya dengan air. Kemudian air itu di rebus bersamaan dengan daun daun tadi dan juga akar pohonnya.Air mulai mendidih, tanda obat alami itu sudah boleh di minum.Abi kemudian memisahkan daun dan airnya. Air tersebut segera di beri pada istrinya."Istriku, ini minumlah selagi masih hangat. Ini bagus untukmu." Ucap Abi."Ini air apa? Terlihat sangat keruh." Jawab Dewi Suhita."Ini air dari sari sari dedaunan dan juga akar akar pohon. Sudah minumlah ini."Dewi Suhita segera meminumnya dan langsung menghabiskan nya."Sekarang kamu istirahat saja lagi. Kamu tidurkan juga anak kita, aku akan memasak burung dengan kakek di depan.""Iya suamiku." Jawab Dewi.Abisatya segera kembali keluar rumah untuk menemui kakek."Kek ayo kita olah burung besar ini.""Ayo
Abisatya dan kakek segera kembali kerumah dan mulai memanggang ikan tersebut sampai matang sempurna.Sembari memanggang, kakek Byakta terus saja mengira kalau Adiwilaga (anak Abi dan Dewi) adalah calon pendekar pilihan para dewa."Nak... Aku masih sangat yakin kalau anakmu itu adalah calon pendekar pilihan para dewa. Kejadian nya sangat mirip dengan dongeng yang pernah kubaca waktu kecil." Ucap kakek Byakta."Sudah kek.. kakek jangan memikirkan itu terus, mungkin saja ini cuma kebetulan saja." Jawab Abi yang masih tak percaya dengan omongan Kakek Byakta.Kakek Byakta kemudian terdiam sebentar dan segera bicara lagi pada Abi."Seandainya anakmu nanti benar benar jadi pendekar yang handal, kamu pasti sangat bangga dengan nya.""Semoga saja kek, tapi aku tak mau berfikir seperti itu dulu, karena itukan cuma dongeng jaman dahulu.""Semoga dongeng itu menjadi kenyataan agar para pende
Setelah hampir melakukan hal nekat tersebut, kakek Byakta segera ingin memadamkan sisa bara api yang ada di situ."Yasudah nak.. biar kakek padamkan saja sisa Bakaran ini." Ucap Kakek.Abisatya yang masih khawatir tak mengijinkan kakek untuk melakukannya."Sudah kek biar aku saja, kakek duduk saja disitu."Kemudian Abisatya segera memadamkan sisa Bakaran api tersebut. Tapi saat melakukannya, Abi tak sengaja memegang bara api yang masih sangat panas. Hal itu langsung menimbulkan benjolan yang berisi air di tangan Abi.Kakek yang melihat itu segera menyuruhnya untuk menemui anaknya, sekalian pembuktian kalau anaknya itu benar pendekar pilihan dewa atau bukan."Nak... Tanganmu kelihatannya cukup parah, ayo kita temui anakmu, sembari membuktikan cerita dongeng kakek benar atau tidak." Ucap kakek sembari memegang tangan Abi."Sudahlah kek, ini hanya luka ba
Setelah berpamitan pada istrinya, Abisatya berjalan keluar rumah untuk menemui kakek Byakta."Sini kek biar aku bantu." Ucap Abi pada Kakek Byakta yang sedang memadamkan sisa bara api."Kemarilah, kali ini lebih hati hati agar tanganmu tak terluka lagi." Jawab kakek.Mereka berdua memadamkannya sedikit demi sedikit sampai seluruhnya benar benar padam dan tidak ada lagi api yang menyala.Setelah selesai memadamkannya, Abisatya yang semakin penasaran pada isi cerita dongeng yang pernah Kakek baca segera menanyakannya pada Kakek Byakta."Kek.. lanjutan isi cerita dongeng yang sudah pernah Kakek baca dahulu bagaimana kek? Aku semakin penasaran sekarang." Tanya Abi pada Kakek Byakta."Begini nak, kakek juga ingat ingat lupa. Intinya begini, pendekar pilihan para dewa itu akan memiliki banyak kemampuan, kemampuannya itu tak di dapatkan langsung sekaligus, dia mendapatkannya seca
Sudah terlalu lama mereka berdua mencari cari ikan yang hilang itu, akhirnya mereka memutuskan untuk melupakan ikan itu dan segera membakar 4 sisa ikannya."Sudahlah nak lupakan satu ikan itu, kita bakar saja 4 sisanya ini." Ucap Kakek Byakta yang terlihat sudah putus asa mencari ikan tersebut."Tapi kek aku masih sangat penasaran dengan ini, pertama tadi aku merasa ada yang mengikuti kita, sekarang tiba tiba ikan kita hilang begitu saja. Ini sungguh aneh kek." Jawab Abi sembari menunjukkan ekspresi yang sangat penasaran."Sudah nak ayo kita bakar saja ikan ikan ini dan segera makan, kakek sudah cukup lapar sekarang." Kakek Byakta sengaja untuk tidak membahas ikan yang hilang lagi karena tak mau kalau Abisatya kembali dengan perasaan yang tidak tenang."Iya kek ayo kita panggang ikan ikan ini." Jawab Abi dengan lesu.Akhirnya mereka berdua segera membakar sisa ikan yang masih ada
Keesokan harinya Kakek Byakta dan Abi segera menyiapkan diri untuk menjalankan rencananya kemarin.Mereka berdua berangkat kesungai pagi pagi sekali, sehingga membuat Dewi Suhita sedikit bingung melihat mereka berdua pergi pagi pagi sekali.Dan juga tak seperti biasanya, kali ini Abisatya tak meminta izin dulu pada istrinya, itu semakin membuat perasaan Dewi Suhita penasaran.Saat itu Dewi Suhita ingin sekali mengikuti suaminya, tapi dia tak bisa untuk berjalan jauh dan juga kasihan Adiwilaga kalau harus di ajak keluar rumah. Jadi Dewi Suhita hanya bisa menunggu di rumah sampai suami dan kakek Byakta pulang dari sungai.Kakek Byakta dan Abi mulai berjalan menuju sungai, saat itu perasaan Abisatya kembali merasakan seperti kemarin, ia merasa kalau ada yang mengikutinya dari belakang."Kek.. apa sekarang kakek merasakan ada sesuatu hal yang aneh?" Tanya Abi."Iya nak, kakek sekar
Sampai pada akhirnya Dewi Suhita menghampiri mereka berdua yang terdengar berisik di dalam rumah."Suamiku dan kakek sedang apa di situ? Apa ikannya sudah matang?" Tanya Dewi Suhita pada mereka berdua.Kakek dan Abi sangat kaget saat itu, akhirnya mereka tak lagi memperhatikan ikan ikannya dan berusaha menjawab pertanyaan Dewi Suhita dengan hati hati."Ka.... Kami sedang tidak melakukan apa apa istriku, kami hanya lelah saja tadi dan berniat untuk istirahat sebentar disini. Kalau ikan nya belum matang habis ini akan kita bakar untukmu, kamu kembalilah istirahat, kasihan Adiwilaga sendirian." Ucap Abi dengan sedikit gugup.Dewi Suhita sebenarnya tak percaya dengan jawaban suaminya itu, tapi dia berusah untuk tetap percaya dengan suaminya."Yasudah suamiku, aku masuk dahulu." Jawab Dewi Suhita.Saat Dewi Suhita masuk, Kakek Byakta dan Abi melepaskan nafas denga
Setelah obrolan itu, kakek Byakta juga Abisatya memutuskan untuk segera masuk dalam rumah dan bergegas untuk tidur.Saat tengah malam, Abisatya tiba tiba terbangun dan melihat Adiwilaga anaknya juga sedang terbangun. Adiwilaga sedang duduk bersender di perut ibunya.Abisatya segera menghampiri anaknya dan langsung menggendong anaknya. Saat menggendong anaknya, Abi merasakan nyaman sekali dengan Adiwilaga.Abisatya juga sangat bersyukur bisa mempunyai anak yang di anggap akan menjadi pendekar hebat dimasa depan pilihan para dewa.Abi juga tiba tiba teringat dengan Bena (burung yang mengikutinya pulang dahulu). Abi merasa bersalah karena dulu ia tak mempercayai omongan Bena, Abi malah terlihat acuh dengan burung itu.Kemudian Abi menaruh Adiwilaga kembali ke pelukan istrinya. Abi segera keluar rumah untuk meminta maaf pada burung itu.Abisatya segera memandang