Keesokan harinya, kakek Byakta bersiap untuk segera kembali kedalam hutan dan tinggal lagi di rumahnya yang sederhana itu.
"Nak.. kakek habis ini mau kembali ke hutan ya, kakek masih tinggal di tempat yang sama seperti yang kamu lihat kemarin. Kamu jangan lupa mampir ya nak kalau pergi kehutan." Ucap kakek Byakta pada Abisatya.
"Loh kek kenapa buru buru sekali untuk pulang, ini masih pagi sekali, apa tidak mau berkeliling desa lagi kek.""Tidak nak... Kakek kembali saja kehutan, kakek rindu suasana hutan.""Yasudah kek, apa mau aku antar kedalam hutan?""Tidak perlu nak, kamu jaga istrimu saja, kasihan dia lalu terus kamu tinggal sendirian di rumah.""Yasudah kek, kakek hati hati ya. Aku pasti akan sering berkunjung kerumah kakek."Setelah obrolan itu akhirnya kakek Byakta berjalan menuju rumahnya yang berada di dalam hutan.
Saat dalam perjalanan menuju kembali kerumah, kakek Byakta melihat dari kejauhan kalau ada banyak pendekar pendekar jahat yang akan menyerang desa Guntung, desa yang di tinggal i Abisatya dan istrinya.
Saat itu juga kakek Byakta kembali menuju desa untuk memberi tahukan pada para warga desa agar segera pergi dari desa itu.
"Cepat semuanya pergi dari desa ini, akan ada para pendekar jahat yang akan membunuh kalian semua, ayo cepat pergi dari sini sekarang" sembari berteriak pada seluruh warga desa Guntung.
Namun sayang nya semua orang di desa Guntung itu tak percaya dengan apa yang di omongkan kakek Byakta tersebut.
Kemudian Kakek Byakta segera berlari secepatnya menuju kerumah Abisatya untuk membawanya pergi dari desa Guntung ini yang akan di serang.
Akhirnya kakek Byakta sampai di rumah Abisatya.
"Tok.. tok.. tok.. nak.. cepat buka pintunya." Dengan suara yang panik saat itu memanggil manggil Abisatya.Kemudian Abi segera membukakan pintu rumahnya, dan sangat kaget melihat kakek Byakta kembali datang dengan wajah yang terlihat panik.
"Kakek kenapa kembali lagi? Kakek juga terlihat panik, ada apa kek?" Tanya Abi dengan perasaan sedikit kaget."Cepat nak bawa istrimu pergi dari desa ini sekarang, para pendekar akan menyerang desamu ini."Abisatya yang sudah pernah mendengar cerita Kakek Byakta langsung percaya pada Kakek Byakta. Kemudian Abi segera merapikan seluruh pakaiannya dan membawa istrinya pergi dari desa itu.
"Istriku ayo kita segera pergi dari desa ini, desa ini akan di serang para pendekar pendekar jahat kata kakek Byakta, ayo cepat kita pergi." Sambil membawa seluruh pakaiannya.
Dewi Suhita belum sempat menjawab sudah di tarik tangannya oleh suaminya.
Abisatya kemudian kembali menemui kakek dan bertanya padanya."Kek.. sekarang kita pergi kemana?""Kita pergi kehutan saja nak, kerumah kakek, disana sepertinya aman, kita lewat jalan lain saja, jangan jalan yang biasa dilewati, pasti akan berpapasan dengan para pendekar itu.""Baik kek ayo kita segera pergi dari sini, ayo istriku kita pergi." Sembari terus memegang tangan istrinya yang sedang hamil.Istrinya terpaksa harus berlari sebentar saat itu karena menghindari para pendekar jahat yang akan menyerang desa mereka.Mereka mulai berlari menuju hutan, untungnya para pendekar belum sampai di desa Guntung tersebut, jadi mereka sudah sedikit aman saat itu.
Saat sudah memasuki hutan, merekam bertiga berhenti sebentar karena mendengar gemuruh suara para pendekar pendekar jahat tersebut. Mereka bertiga juga sedikit sembunyi karena takut akan ketahuan jika masih meneruskan perjalanan nya.
Para pendekar pendekar jahat itu sudah sampai di desa Guntung, Mereka semua menyerang semua orang yang ada di desa itu, tak peduli perempuan atau anak kecil, semuanya akan dibunuh, tidak akan dibiarkan ada orang yang hidup satupun.
Satu demi satu orang dibunuh dan dibakar rumahnya, bahkan banyak orang yang mati ikut terbakar dalam rumahnya.
Para pendekar tersebut di sebut dengan sebutan Pendekar api, karena mereka selalu menggunakan api saat membantai semua orang.
Akhirnya para pendekar api itu sudah membunuh semua manusia yang ada di desa itu, desa yang awalnya terlihat aman dan tentram, sekarang sudah menjadi desa yang cukup menakutkan, banyak sekali tumpahan darah dan api yang ada dimana mana.
Kemudian para pendekar api tersebut menandai wilayah tersebut adalah milih pendekar api dengan bendera yang cukup besar.
Ada seorang yang menaiki kuda saat itu, dia adalah pimpinan dari pendekar api itu, dia sering di sebut dengan raja Argani. Raja Argani terkenal dengan kemampuan nya yang cukup hebat, dia bisa mengeluarkan api dari kedua tangannya. Itu yang membuatnya sangat di hormati oleh para pendekar pendekar jahat lainnya, bila ada yang tak menuruti perintahnya, akan langsung di bunuh dengan tangannya sendiri.
Setelah dirasa cukup puas, akhirnya mereka semua para pendekar segera kembali ke desa seberang hutan, desa tempat Kakek Byakta tinggal dahulu yang kini sudah di ambil alih oleh para pendekar api itu.
Sementara kakek Byakta dan Abi serta istrinya masih diam di tempat itu, mereka sengaja diam disitu untuk menunggu para pendekar api kembali ke markasnya.
Sembari menunggu pendekar api kembali, Dewi Suhita bertanya pada Kakek Byakta.
"Kakek... Kenapa para pendekar pendekar itu menyerang desa kami, setahuku desa kami tidak mempunyai masalah dengan para pendekar itu.""Mungkin mereka semua ingin melebarkan sayapnya nak, jadi mereka memutuskan untuk mengambil alih desamu itu.""Tapi Kenapa tidak dilawan saja kek, Kenapa harus kabur?""Kakek pernah melihat kalau ada satu orang yang bisa mengeluarkan api dari kedua tangannya, mungkin itu pimpinan mereka semua, jadi orang biasa seperti kita tak mungkin menang melawan nya."Tiba tiba suara gemuruh kembali terdengar, tanda kalau para pendekar api akan kembali ke markasnya.
Mereka bertiga segera menghentikan obrolannya dan segera diam agar tak di ketahui oleh para pendekar api itu.
Suara gemuruh itu lama kelamaan mulai tak terdengar lagi, itu berarti para pendekar api sudah kembali ke markas awalnya.
Kakek segera memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.
"Ayo nak kita lanjutkan lagi perjalanan kita, agar tidak terlalu gelap saat sampai nanti."Tapi saat itu Dewi Suhita terlihat sangat capek dan tak sanggup untuk berjalan lebih jauh lagi.
"Suamiku, sepertinya aku tak sanggup melanjutkan perjalanan ini, berlarian tadi cukup membuat energi ku sangat terkuras." Ucap Dewi Suhita pada suaminya."Yasudah ayo naik ke punggungku, biar aku yang menggendong mu." Jawab Abi karena kasihan melihat istrinya yang sedang hamil harus menguras tenaga nya.Saat itu kakek sedikit memberikan pujian pada Abisatya.
"Kamu sungguh benar benar menyayangi istrimu nak..." Sembari memegang bahu Abi.Abisatya hanya menjawabnya dengan senyuman pada Kakek Byakta.Mereka bertiga pun segera melanjutkan perjalanannya ke rumah kakek Byakta. Sembari berjalan pulang kakek Byakta juga melihat keselilingnya, kakek Byakta berharap ada seekor hewan yang bisa di tangkapnya untuk di makan nanti bersama Abisatya dan juga istrinya.
Kakek Byakta juga segera mencari sebatang kayu dan melancipkannya."Mau berburu kek?" Tanya Abi pada Kakek Byakta."Iya nak buat makan kita nanti di rumah.""Yaudah kek biar aku bantu juga.""Tidak usah, kamu terus gendong saja istrimu itu, kasihan dia."Tiba tiba di sebelah kanan mereka ada seekor rusa yang sedang makan dedaunan.Kakek Byakta segera menyuruh Abisatya untuk diam di tempat agar rusa itu tak merasa takut dan akan kabur."Nak diam di tempat sekarang, aku melihat seekor rusa di kanan kita.""Baik kek." Jawab Abi dengan sedikit kaget.Kakek Byakta segera mengarahkan batang kayunya kearah rusa itu. Dengan sekejap mata, batang kayu itu sudah berhasil menembus leher rusa tersebut.Dewi Suhita yang melihat itu sangat takjub dengan cara Kakek Byakta memburu, dia juga sedikit ngomongin Kakek Byakta dengan suaminya."Suamiku, itu ya cara yang di ajarkan Kakek Byakta padamu, sepe
Setelah menaruh di atas dedaunan, Abisatya kemudian memanggil istrinya untuk segera ikut makan."Istriku.. ayo kita makan di luar, daging rusa nya sudah matang.""Iya suamiku ayo kita keluar."Mereka bertiga mulai makan daging rusa itu, meskipun tanpa bumbu apapun, mereka bertiga tetap sangat menikmatinya saat itu.Karena mereka sadar hidup di hutan tak seperti hidup di desanya dulu.Setelah selesai makan mereka berencana akan membuat rumah satu lagi untuk Abi dan Dewi, karena di rumah Kakek Byakta hanya cukup untuk dirinya saja."Nak bagaimana kalau sekarang kita membuat rumah untukmu dan istrimu. Jujur rumah kakek sekarang tidak cukup kalau harus kita tempati bertiga.""Boleh kek, maaf merepotkan kakek sekarang." Jawab Abi.Kemudian Kakek Byakta dan Abisatya segera mencari batang batang kayu juga ranting pohon untuk membuat rumah. Sedangkan istri Abisatya kemba
Kayu sudah banyak di kumpulkan oleh Abisatya, Sedangkan ikan juga sudah bersih.Kali ini Abisatya ingin mencoba membuat api sendiri tanpa di bantu Kakek Byakta."Kakek.. kali ini biarkan aku saja yang membuat apinya, kakek duduk aja di situ.""Cobalah nak..." Jawab kakek sembari sedikit tersenyum.Kemudian Abi segera mengambil dua ranting pohon dan mulai menggesek gesekkan nya ke satu sama lain.Lama kelamaan tangan Abisatya mulai kelelahan dan gesekan ranting pohon itu semakin sedikit."Nak jangan sampai terlalu pelan menggesekkan nya, nanti ranting itu akan kembali dingin kalau gesekan mu semakin pelan." Ucap kakek Byakta."Maaf kek tanganku sepertinya sudah tidak sanggup lagi menggesek kedua ranting ini."Kakek Byakta kemudian menghampiri Abisatya sembari tersenyum ringan padanya."Sini biar kakek saja yang buat apinya, kamu kumpulkan daun daun kering saja. Kalau
Abi sangat terkejut saat itu, ia merasa sangat kaget tiba tiba burung yang ada di pundaknya sudah di ambil oleh Kakek Byakta."Loh kek, biarkan aku saja yang membawa burung itu." Ucap Abi pada Kakek."Sudah nak kamu cukup terlihat sangat capek, biarkan kakek yang membawa burung ini."Abisatya sedikit tidak enak hati pada Kakek Byakta saat itu. Abi merasa sangat lemah di depan Kakek, dia merasa malu pada Kakek Byakta.Akhirnya mereka berdua sampai di rumah.Tiba tiba terdengar suara teriakan dari Dewi Suhita istri Abisatya, Dewi berteriak kesakitan karena perutnya merasa sangat mulas, tanda dia akan segera melahirkan bayinya."Aaaarghhhhhhhh.. tolong.... Sakit sekali ini.... Suamiku..." Teriak Dewi Suhita.Abisatya yang mendengar jeritan itu langsung berlari menemui istrinya yang sedang kesakitan itu."Istriku.. kamu Kenapa? Ada apa denganm
Setelah menyalakan api itu, Abisatya segera mengambil wadah dan mengisinya dengan air. Kemudian air itu di rebus bersamaan dengan daun daun tadi dan juga akar pohonnya.Air mulai mendidih, tanda obat alami itu sudah boleh di minum.Abi kemudian memisahkan daun dan airnya. Air tersebut segera di beri pada istrinya."Istriku, ini minumlah selagi masih hangat. Ini bagus untukmu." Ucap Abi."Ini air apa? Terlihat sangat keruh." Jawab Dewi Suhita."Ini air dari sari sari dedaunan dan juga akar akar pohon. Sudah minumlah ini."Dewi Suhita segera meminumnya dan langsung menghabiskan nya."Sekarang kamu istirahat saja lagi. Kamu tidurkan juga anak kita, aku akan memasak burung dengan kakek di depan.""Iya suamiku." Jawab Dewi.Abisatya segera kembali keluar rumah untuk menemui kakek."Kek ayo kita olah burung besar ini.""Ayo
Abisatya dan kakek segera kembali kerumah dan mulai memanggang ikan tersebut sampai matang sempurna.Sembari memanggang, kakek Byakta terus saja mengira kalau Adiwilaga (anak Abi dan Dewi) adalah calon pendekar pilihan para dewa."Nak... Aku masih sangat yakin kalau anakmu itu adalah calon pendekar pilihan para dewa. Kejadian nya sangat mirip dengan dongeng yang pernah kubaca waktu kecil." Ucap kakek Byakta."Sudah kek.. kakek jangan memikirkan itu terus, mungkin saja ini cuma kebetulan saja." Jawab Abi yang masih tak percaya dengan omongan Kakek Byakta.Kakek Byakta kemudian terdiam sebentar dan segera bicara lagi pada Abi."Seandainya anakmu nanti benar benar jadi pendekar yang handal, kamu pasti sangat bangga dengan nya.""Semoga saja kek, tapi aku tak mau berfikir seperti itu dulu, karena itukan cuma dongeng jaman dahulu.""Semoga dongeng itu menjadi kenyataan agar para pende
Setelah hampir melakukan hal nekat tersebut, kakek Byakta segera ingin memadamkan sisa bara api yang ada di situ."Yasudah nak.. biar kakek padamkan saja sisa Bakaran ini." Ucap Kakek.Abisatya yang masih khawatir tak mengijinkan kakek untuk melakukannya."Sudah kek biar aku saja, kakek duduk saja disitu."Kemudian Abisatya segera memadamkan sisa Bakaran api tersebut. Tapi saat melakukannya, Abi tak sengaja memegang bara api yang masih sangat panas. Hal itu langsung menimbulkan benjolan yang berisi air di tangan Abi.Kakek yang melihat itu segera menyuruhnya untuk menemui anaknya, sekalian pembuktian kalau anaknya itu benar pendekar pilihan dewa atau bukan."Nak... Tanganmu kelihatannya cukup parah, ayo kita temui anakmu, sembari membuktikan cerita dongeng kakek benar atau tidak." Ucap kakek sembari memegang tangan Abi."Sudahlah kek, ini hanya luka ba
Setelah berpamitan pada istrinya, Abisatya berjalan keluar rumah untuk menemui kakek Byakta."Sini kek biar aku bantu." Ucap Abi pada Kakek Byakta yang sedang memadamkan sisa bara api."Kemarilah, kali ini lebih hati hati agar tanganmu tak terluka lagi." Jawab kakek.Mereka berdua memadamkannya sedikit demi sedikit sampai seluruhnya benar benar padam dan tidak ada lagi api yang menyala.Setelah selesai memadamkannya, Abisatya yang semakin penasaran pada isi cerita dongeng yang pernah Kakek baca segera menanyakannya pada Kakek Byakta."Kek.. lanjutan isi cerita dongeng yang sudah pernah Kakek baca dahulu bagaimana kek? Aku semakin penasaran sekarang." Tanya Abi pada Kakek Byakta."Begini nak, kakek juga ingat ingat lupa. Intinya begini, pendekar pilihan para dewa itu akan memiliki banyak kemampuan, kemampuannya itu tak di dapatkan langsung sekaligus, dia mendapatkannya seca