Share

Malapetaka

Penulis: Mr. W
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan harinya, kakek Byakta bersiap untuk segera kembali kedalam hutan dan tinggal lagi di rumahnya yang sederhana itu.

"Nak.. kakek habis ini mau kembali ke hutan ya, kakek masih tinggal di tempat yang sama seperti yang kamu lihat kemarin. Kamu jangan lupa mampir ya nak kalau pergi kehutan." Ucap kakek Byakta pada Abisatya.

"Loh kek kenapa buru buru sekali untuk pulang, ini masih pagi sekali, apa tidak mau berkeliling desa lagi kek."

"Tidak nak... Kakek kembali saja kehutan, kakek rindu suasana hutan."

"Yasudah kek, apa mau aku antar kedalam hutan?"

"Tidak perlu nak, kamu jaga istrimu saja, kasihan dia lalu terus kamu tinggal sendirian di rumah."

"Yasudah kek, kakek hati hati ya. Aku pasti akan sering berkunjung kerumah kakek."

Setelah obrolan itu akhirnya kakek Byakta berjalan menuju rumahnya yang berada di dalam hutan.

Saat dalam perjalanan menuju kembali kerumah, kakek Byakta melihat dari kejauhan kalau ada banyak pendekar pendekar jahat yang akan menyerang desa Guntung, desa yang di tinggal i Abisatya dan istrinya.

Saat itu juga kakek Byakta kembali menuju desa untuk memberi tahukan pada para warga desa agar segera pergi dari desa itu.

"Cepat semuanya pergi dari desa ini, akan ada para pendekar jahat yang akan membunuh kalian semua, ayo cepat pergi dari sini sekarang" sembari berteriak pada seluruh warga desa Guntung.

Namun sayang nya semua orang di desa Guntung itu tak percaya dengan apa yang di omongkan kakek Byakta tersebut.

Kemudian Kakek Byakta segera berlari secepatnya menuju kerumah Abisatya untuk membawanya pergi dari desa Guntung ini yang akan di serang.

Akhirnya kakek Byakta sampai di rumah Abisatya.

"Tok.. tok.. tok.. nak.. cepat buka pintunya." Dengan suara yang panik saat itu memanggil manggil Abisatya.

Kemudian Abi segera membukakan pintu rumahnya, dan sangat kaget melihat kakek Byakta kembali datang dengan wajah yang terlihat panik.

"Kakek kenapa kembali lagi? Kakek juga terlihat panik, ada apa kek?" Tanya Abi dengan perasaan sedikit kaget.

"Cepat nak bawa istrimu pergi dari desa ini sekarang, para pendekar akan menyerang desamu ini."

Abisatya yang sudah pernah mendengar cerita Kakek Byakta langsung percaya pada Kakek Byakta. Kemudian Abi segera merapikan seluruh pakaiannya dan membawa istrinya pergi dari desa itu.

"Istriku ayo kita segera pergi dari desa ini, desa ini akan di serang para pendekar pendekar jahat kata kakek Byakta, ayo cepat kita pergi." Sambil membawa seluruh pakaiannya.

Dewi Suhita belum sempat menjawab sudah di tarik tangannya oleh suaminya.

Abisatya kemudian kembali menemui kakek dan bertanya padanya.

"Kek.. sekarang kita pergi kemana?"

"Kita pergi kehutan saja nak, kerumah kakek, disana sepertinya aman, kita lewat jalan lain saja, jangan jalan yang biasa dilewati, pasti akan berpapasan dengan para pendekar itu."

"Baik kek ayo kita segera pergi dari sini, ayo istriku kita pergi." Sembari terus memegang tangan istrinya yang sedang hamil.

Istrinya terpaksa harus berlari sebentar saat itu karena menghindari para pendekar jahat yang akan menyerang desa mereka.

Mereka mulai berlari menuju hutan, untungnya para pendekar belum sampai di desa Guntung tersebut, jadi mereka sudah sedikit aman saat itu.

Saat sudah memasuki hutan, merekam bertiga berhenti sebentar karena mendengar gemuruh suara para pendekar pendekar jahat tersebut. Mereka bertiga juga sedikit sembunyi karena takut akan ketahuan jika masih meneruskan perjalanan nya.

Para pendekar pendekar jahat itu sudah sampai di desa Guntung, Mereka semua menyerang semua orang yang ada di desa itu, tak peduli perempuan atau anak kecil, semuanya akan dibunuh, tidak akan dibiarkan ada orang yang hidup satupun.

Satu demi satu orang dibunuh dan dibakar rumahnya, bahkan banyak orang yang mati ikut terbakar dalam rumahnya.

Para pendekar tersebut di sebut dengan sebutan Pendekar api, karena mereka selalu menggunakan api saat membantai semua orang.

Akhirnya para pendekar api itu sudah membunuh semua manusia yang ada di desa itu, desa yang awalnya terlihat aman dan tentram, sekarang sudah menjadi desa yang cukup menakutkan, banyak sekali tumpahan darah dan api yang ada dimana mana.

Kemudian para pendekar api tersebut menandai wilayah tersebut adalah milih pendekar api dengan bendera yang cukup besar.

Ada seorang yang menaiki kuda saat itu, dia adalah pimpinan dari pendekar api itu, dia sering di sebut dengan raja Argani. Raja Argani terkenal dengan kemampuan nya yang cukup hebat, dia bisa mengeluarkan api dari kedua tangannya. Itu yang membuatnya sangat di hormati oleh para pendekar pendekar jahat lainnya, bila ada yang tak menuruti perintahnya, akan langsung di bunuh dengan tangannya sendiri.

Setelah dirasa cukup puas, akhirnya mereka semua para pendekar segera kembali ke desa seberang hutan, desa tempat Kakek Byakta tinggal dahulu yang kini sudah di ambil alih oleh para pendekar api itu.

Sementara kakek Byakta dan Abi serta istrinya masih diam di tempat itu, mereka sengaja diam disitu untuk menunggu para pendekar api kembali ke markasnya.

Sembari menunggu pendekar api kembali, Dewi Suhita bertanya pada Kakek Byakta.

"Kakek... Kenapa para pendekar pendekar itu menyerang desa kami, setahuku desa kami tidak mempunyai masalah dengan para pendekar itu."

"Mungkin mereka semua ingin melebarkan sayapnya nak, jadi mereka memutuskan untuk mengambil alih desamu itu."

"Tapi Kenapa tidak dilawan saja kek, Kenapa harus kabur?"

"Kakek pernah melihat kalau ada satu orang yang bisa mengeluarkan api dari kedua tangannya, mungkin itu pimpinan mereka semua, jadi orang biasa seperti kita tak mungkin menang melawan nya."

Tiba tiba suara gemuruh kembali terdengar, tanda kalau para pendekar api akan kembali ke markasnya.

Mereka bertiga segera menghentikan obrolannya dan segera diam agar tak di ketahui oleh para pendekar api itu.

Suara gemuruh itu lama kelamaan mulai tak terdengar lagi, itu berarti para pendekar api sudah kembali ke markas awalnya.

Kakek segera memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.

"Ayo nak kita lanjutkan lagi perjalanan kita, agar tidak terlalu gelap saat sampai nanti."

Tapi saat itu Dewi Suhita terlihat sangat capek dan tak sanggup untuk berjalan lebih jauh lagi.

"Suamiku, sepertinya aku tak sanggup melanjutkan perjalanan ini, berlarian tadi cukup membuat energi ku sangat terkuras." Ucap Dewi Suhita pada suaminya.

"Yasudah ayo naik ke punggungku, biar aku yang menggendong mu." Jawab Abi karena kasihan melihat istrinya yang sedang hamil harus menguras tenaga nya.

Saat itu kakek sedikit memberikan pujian pada Abisatya.

"Kamu sungguh benar benar menyayangi istrimu nak..." Sembari memegang bahu Abi.

Abisatya hanya menjawabnya dengan senyuman pada Kakek Byakta.

Mereka bertiga pun segera melanjutkan perjalanannya ke rumah kakek Byakta. Sembari berjalan pulang kakek Byakta juga melihat keselilingnya, kakek Byakta berharap ada seekor hewan yang bisa di tangkapnya untuk di makan nanti bersama Abisatya dan juga istrinya.

Bab terkait

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Mengungsi

    Kakek Byakta juga segera mencari sebatang kayu dan melancipkannya."Mau berburu kek?" Tanya Abi pada Kakek Byakta."Iya nak buat makan kita nanti di rumah.""Yaudah kek biar aku bantu juga.""Tidak usah, kamu terus gendong saja istrimu itu, kasihan dia."Tiba tiba di sebelah kanan mereka ada seekor rusa yang sedang makan dedaunan.Kakek Byakta segera menyuruh Abisatya untuk diam di tempat agar rusa itu tak merasa takut dan akan kabur."Nak diam di tempat sekarang, aku melihat seekor rusa di kanan kita.""Baik kek." Jawab Abi dengan sedikit kaget.Kakek Byakta segera mengarahkan batang kayunya kearah rusa itu. Dengan sekejap mata, batang kayu itu sudah berhasil menembus leher rusa tersebut.Dewi Suhita yang melihat itu sangat takjub dengan cara Kakek Byakta memburu, dia juga sedikit ngomongin Kakek Byakta dengan suaminya."Suamiku, itu ya cara yang di ajarkan Kakek Byakta padamu, sepe

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Kehidupan di hutan

    Setelah menaruh di atas dedaunan, Abisatya kemudian memanggil istrinya untuk segera ikut makan."Istriku.. ayo kita makan di luar, daging rusa nya sudah matang.""Iya suamiku ayo kita keluar."Mereka bertiga mulai makan daging rusa itu, meskipun tanpa bumbu apapun, mereka bertiga tetap sangat menikmatinya saat itu.Karena mereka sadar hidup di hutan tak seperti hidup di desanya dulu.Setelah selesai makan mereka berencana akan membuat rumah satu lagi untuk Abi dan Dewi, karena di rumah Kakek Byakta hanya cukup untuk dirinya saja."Nak bagaimana kalau sekarang kita membuat rumah untukmu dan istrimu. Jujur rumah kakek sekarang tidak cukup kalau harus kita tempati bertiga.""Boleh kek, maaf merepotkan kakek sekarang." Jawab Abi.Kemudian Kakek Byakta dan Abisatya segera mencari batang batang kayu juga ranting pohon untuk membuat rumah. Sedangkan istri Abisatya kemba

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Berburu

    Kayu sudah banyak di kumpulkan oleh Abisatya, Sedangkan ikan juga sudah bersih.Kali ini Abisatya ingin mencoba membuat api sendiri tanpa di bantu Kakek Byakta."Kakek.. kali ini biarkan aku saja yang membuat apinya, kakek duduk aja di situ.""Cobalah nak..." Jawab kakek sembari sedikit tersenyum.Kemudian Abi segera mengambil dua ranting pohon dan mulai menggesek gesekkan nya ke satu sama lain.Lama kelamaan tangan Abisatya mulai kelelahan dan gesekan ranting pohon itu semakin sedikit."Nak jangan sampai terlalu pelan menggesekkan nya, nanti ranting itu akan kembali dingin kalau gesekan mu semakin pelan." Ucap kakek Byakta."Maaf kek tanganku sepertinya sudah tidak sanggup lagi menggesek kedua ranting ini."Kakek Byakta kemudian menghampiri Abisatya sembari tersenyum ringan padanya."Sini biar kakek saja yang buat apinya, kamu kumpulkan daun daun kering saja. Kalau

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Membuat api

    Abi sangat terkejut saat itu, ia merasa sangat kaget tiba tiba burung yang ada di pundaknya sudah di ambil oleh Kakek Byakta."Loh kek, biarkan aku saja yang membawa burung itu." Ucap Abi pada Kakek."Sudah nak kamu cukup terlihat sangat capek, biarkan kakek yang membawa burung ini."Abisatya sedikit tidak enak hati pada Kakek Byakta saat itu. Abi merasa sangat lemah di depan Kakek, dia merasa malu pada Kakek Byakta.Akhirnya mereka berdua sampai di rumah.Tiba tiba terdengar suara teriakan dari Dewi Suhita istri Abisatya, Dewi berteriak kesakitan karena perutnya merasa sangat mulas, tanda dia akan segera melahirkan bayinya."Aaaarghhhhhhhh.. tolong.... Sakit sekali ini.... Suamiku..." Teriak Dewi Suhita.Abisatya yang mendengar jeritan itu langsung berlari menemui istrinya yang sedang kesakitan itu."Istriku.. kamu Kenapa? Ada apa denganm

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Obat alami

    Setelah menyalakan api itu, Abisatya segera mengambil wadah dan mengisinya dengan air. Kemudian air itu di rebus bersamaan dengan daun daun tadi dan juga akar pohonnya.Air mulai mendidih, tanda obat alami itu sudah boleh di minum.Abi kemudian memisahkan daun dan airnya. Air tersebut segera di beri pada istrinya."Istriku, ini minumlah selagi masih hangat. Ini bagus untukmu." Ucap Abi."Ini air apa? Terlihat sangat keruh." Jawab Dewi Suhita."Ini air dari sari sari dedaunan dan juga akar akar pohon. Sudah minumlah ini."Dewi Suhita segera meminumnya dan langsung menghabiskan nya."Sekarang kamu istirahat saja lagi. Kamu tidurkan juga anak kita, aku akan memasak burung dengan kakek di depan.""Iya suamiku." Jawab Dewi.Abisatya segera kembali keluar rumah untuk menemui kakek."Kek ayo kita olah burung besar ini.""Ayo

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Mengira ngira

    Abisatya dan kakek segera kembali kerumah dan mulai memanggang ikan tersebut sampai matang sempurna.Sembari memanggang, kakek Byakta terus saja mengira kalau Adiwilaga (anak Abi dan Dewi) adalah calon pendekar pilihan para dewa."Nak... Aku masih sangat yakin kalau anakmu itu adalah calon pendekar pilihan para dewa. Kejadian nya sangat mirip dengan dongeng yang pernah kubaca waktu kecil." Ucap kakek Byakta."Sudah kek.. kakek jangan memikirkan itu terus, mungkin saja ini cuma kebetulan saja." Jawab Abi yang masih tak percaya dengan omongan Kakek Byakta.Kakek Byakta kemudian terdiam sebentar dan segera bicara lagi pada Abi."Seandainya anakmu nanti benar benar jadi pendekar yang handal, kamu pasti sangat bangga dengan nya.""Semoga saja kek, tapi aku tak mau berfikir seperti itu dulu, karena itukan cuma dongeng jaman dahulu.""Semoga dongeng itu menjadi kenyataan agar para pende

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Ingin membalaskan dendam

    Setelah hampir melakukan hal nekat tersebut, kakek Byakta segera ingin memadamkan sisa bara api yang ada di situ."Yasudah nak.. biar kakek padamkan saja sisa Bakaran ini." Ucap Kakek.Abisatya yang masih khawatir tak mengijinkan kakek untuk melakukannya."Sudah kek biar aku saja, kakek duduk saja disitu."Kemudian Abisatya segera memadamkan sisa Bakaran api tersebut. Tapi saat melakukannya, Abi tak sengaja memegang bara api yang masih sangat panas. Hal itu langsung menimbulkan benjolan yang berisi air di tangan Abi.Kakek yang melihat itu segera menyuruhnya untuk menemui anaknya, sekalian pembuktian kalau anaknya itu benar pendekar pilihan dewa atau bukan."Nak... Tanganmu kelihatannya cukup parah, ayo kita temui anakmu, sembari membuktikan cerita dongeng kakek benar atau tidak." Ucap kakek sembari memegang tangan Abi."Sudahlah kek, ini hanya luka ba

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Dongeng nyata

    Setelah berpamitan pada istrinya, Abisatya berjalan keluar rumah untuk menemui kakek Byakta."Sini kek biar aku bantu." Ucap Abi pada Kakek Byakta yang sedang memadamkan sisa bara api."Kemarilah, kali ini lebih hati hati agar tanganmu tak terluka lagi." Jawab kakek.Mereka berdua memadamkannya sedikit demi sedikit sampai seluruhnya benar benar padam dan tidak ada lagi api yang menyala.Setelah selesai memadamkannya, Abisatya yang semakin penasaran pada isi cerita dongeng yang pernah Kakek baca segera menanyakannya pada Kakek Byakta."Kek.. lanjutan isi cerita dongeng yang sudah pernah Kakek baca dahulu bagaimana kek? Aku semakin penasaran sekarang." Tanya Abi pada Kakek Byakta."Begini nak, kakek juga ingat ingat lupa. Intinya begini, pendekar pilihan para dewa itu akan memiliki banyak kemampuan, kemampuannya itu tak di dapatkan langsung sekaligus, dia mendapatkannya seca

Bab terbaru

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Berakhir damai

    Setelah itu tetua mulai meninggalkan rumah Dewantara, ia berjalan kembali ke arah rumah nya yang berada di ujung depan desa."Terimakasih sudah mau membelaku tadi... Aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu tadi," ucap Gen pada Adiwilaga yang sedang menenangkan ibunya tadi.Adiwilaga mengangguk ringan sembari memberikan senyuman ringan pada Gen yang terlihat sangat bahagia itu."Yasudah Dewi..... kalau begitu ayo kita kembali melanjutkan memasak nya," ucap nek Siri yang mengajak Dewi Suhita melanjutkan memasaknya tadi."Iya nek..."Dewi Suhita segera berjalan masuk kedalam rumah mengikuti nek Siri, berniat akan melanjutkan memasaknya tadi yang sempat tertunda karena ada sedikit masalah di luar rumah."Nak... Antarkan nak Gen ini ke rumah sebelah, biar nanti dia bisa tidur di sana," ucap kakek Byakta yang sudah mulai peduli dengan Gen.Adiwilaga se

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Penolakan warga

    Kakek Byakta terdiam.. tak bisa menjawab apa apa pada tetua karena itu sudah menjadi keputusan warga bersama dan pastinya mereka sudah berunding perihal ini.Raja Gen yang mendengar penjelasan dari tetua desa tadi merasa sedikit bersalah pada semua keluarga Adiwilaga yang terkena dampaknya atas kedatangan dirinya di desa itu.Raja Gen memutuskan untuk segera berjalan ke depan berniat untuk segera pergi meninggalkan desa itu dan kembali ke kerajaan nya untuk tetap tinggal di sana seorang diri.Semua warga ketakutan saat melihat raja Gen berjalan.. semua warga memberikan jalan untuk raja Gen lewat dan sebenarnya juga merasa ketakutan.Tapi Adiwilaga tak bisa membiarkan hal itu, dirinya tetap ingin membela raja Gen untuk tetap tinggal di desa itu, Adiwilaga merasa jika tindakan para warga itu terlalu kelewatan sehingga membuat perasaan dari raja Gen terluka."Berhenti... Jangan kemb

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Ikut tinggal di desa

    "Garaga? Siapa itu Garaga? Apa nama harimau milikmu ini?" Tanya raja Gen yang terlihat kebingungan."Iya benar... Nama harimau milikku ini adalah Garaga, memangnya kenapa?" Tanya Adiwilaga pada raja Gen.Raja Gen terdiam, sedikit merasa aneh dengan Adiwilaga yang memberikan nama Garaga pada hewan peliharaan nya itu.Setahu Gen, nama Garaga adalah sebutan nama untuk hewan utusan para dewa, raja Gen pernah mendengar tentang hal itu sebelumnya."Tidak apa apa.. aku hanya sedikit bingung saja kenapa nama harimau mu ini mirip dengan sebutan para dewa pada hewan utusan mereka.. apa harimau mu ini adalah utusan para dewa?" Jawab raja Gen sembari bertanya balik pada Adiwilaga.Adiwilaga sedikit panik... Tak tahu jika raja Gen mengetahui tentang hal itu sebelumnya.Tapi Adiwilaga tetao berusaha untuk tetap tenang saat menjawab pertanyaan dari raja Gen tadi."Owh be

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Keputusan tepat

    Akhirnya Adiwilaga mundur dan tak jadi membunuh raja Gen yang sudah sangat lemah itu."Baiklah... Aku mengampuni mu, aku pegang janjimu tadi yang akan berubah jadi yang lebih baik, tapi aku mau seluruh anggota mu ini kamu bebaskan dan biarkan mereka semua kembali ke rumahnya masing masing, dan juga kamu! Awas saja masih berani berbuat jahat pada orang orang kecil, tak akan aku mengampuni mu lagi!" Ucap Adiwilaga.Raja Gen sangat lega, benar benar lega setelah mendengar ucapan dari Adiwilaga tadi yang sudah mau mengampuni dirinya."Terimakasih anak muda.... Terimakasih.... Aku berjanji akan menjadi seorang yang lebih baik lagi, aku juga akan membubarkan seluruh anggota ku agar mereka semua bisa kembali ke keluarganya masing masing," jawab raja Gen dengan perasaan yang sangat lega."Tunggu apa lagi sekarang? Cepat bubarkan para anggotamu itu!"Raja Gen mulai berusaha berdiri

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Antara membunuh atau tidak

    Raja Gen sudah tak bisa menahan emosi nya lagi, dirinya mengibaskan pedangnya ke arah dada Adiwilaga."Sliiiing...... ""Uhg hampir saja, kali ini sabitan pedangmu lebih baik dari yang tadi, tapi tak lebih bagus jika hanya menembus angin, hahahaha!" Ucap Adiwilaga yang berhasil menghindari tebasan pedang dari raja Gen tadi.Raut wajah raja Gen sudah mulai berubah warna menjadi sangat merah, tanda jika emosional di dalam tubuhnya sudah memuncak dan itu adalah waktu yang pas bagi Adiwilaga untuk menyerang raja Gen yang benar benar emosi itu.Tongkat kayu mulai di keluarkan dari saku celananya, semua orang melihatnya dan beranggapan jika Adiwilaga sedang bercandaan dengan dahan kayu tua yang di keluarkan nya dari dalam saku celananya tadi.Begitu juga raja Gen yang semakin yakin dan percaya diri jika dirinya akan menang dengan sangat mudah kali ini."Nak... Masih berani melaw

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Raja Gen

    Adiwilaga juga menjadi sangat penasaran dengan sosok perempuan yang di lihatnya tadi, sangat cantik dan begitu menggoda hati Adiwilaga.Itu ajaib, hanya dengan penglihatan dari jauh sudah bisa membuat Adiwilaga jatuh cinta padanya."Tentang itu kamu harus fokus pada titik tujuan mu itu, jangan terlalu kosong pikiran mu, nanti hasilnya akan seperti itu, menjadi melihat seseorang yang bahkan belum pernah kita jumpai sebelumnya," jawab Garaga.Adiwilaga mengangguk ringan sembari terus tersenyum senyum karena baru pertama kali dirinya melihat wanita dan langsung jatuh cinta pada wanita itu.Adiwilaga juga selalu mengingat ngingat wajah perempuan cantik itu, menurutnya wanita cantik itu cocok untuk di jadikan sebagai istri nya.Sudah saatnya juga Adiwilaga memikirkan tentang hal itu, usianya sudah cukup pas untuk melakukan pernikahan.Garaga yang menyadari akan hal itu sedikit

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Pemuda yang di hukum

    Akhirnya mereka bertiga mulai berjalan menuju rumah nek Siri, pemuda itu berjalan di belakang sembari membawa sayur dan rempah rempah milik nek siri tadi.Sampai pada akhirnya mereka bertiga sudah sampai di depan rumah nek Siri, segera pemuda itu meletakkan semuanya di atas kursi yang ada di depan rumah."Sudah ya nek... Aku pamit pergi dulu, besok aku akan menunggu nenek lagi," ucap pemuda itu."Iya nak.. terimakasih banyak sudah membantu kami berdua," jawab nek Siri.Pemuda itu mulai berjalan kembali menuju tempat biasa ia duduk, lebih tepatnya di ujung desa."Ayo nak kita bawa bahan bahan ini masuk kedalam," ajak nek Siri pada Dewi Suhita.Mereka mulai mengangkat bahan bahan dan segera berjalan masuk kedalam rumah menuju ke dapur, di sana mereka berdua segera menghaluskan bumbu bumbu yang di gunakan untuk membuat kuah gulainya nanti.K

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Canda nek Siri

    Dewantara juga sedikit Lega setelah mendengar ucapan Abisatya tadi yang sudah mengizinkan dirinya untuk jujur pada ibunya saat itu juga."Begini Bu... Tapi ibu harus janji dahulu pada kami semua untuk tidak membicarakan hal ini pada siapapun termasuk semua warga desa ini karena hal ini memang sangat rahasia dan hanya keluarga saja yang bisa mengetahui tentang hal ini," jelas Dewantara pada ibunya.Nek siri tak terlalu mempermasalahkan tentang hal itu, dirinya sangat yakin jika dirinya bisa menjaga rahasia apapun dari semua orang.Lantas nek Siri menyanggupi tentang satu syarat yang di berikan oleh anaknya tadi, nek Siri juga sudah berjanji pada semua orang jika dirinya tak akan memberitahukan hal itu pada semua orang termasuk orang di desa ini tanpa terkecuali."Jadi begini Bu.. Adiwilaga itu adalah seorang pendekar pilihan para dewa, dia di pilih menjadi pendekar untuk di tugaskan membantai seluruh keraja

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Rahasia besar

    Adiwilaga mulai merebahkan dirinya, tak langsung memejamkan matanya. Dirinya memikirkan tentang rencana nya besok, terlebih lagi Garaga tak memberi tahu tentang kelemahan dari raja di sana.Bahkan nama rajanya pun tidak di beri tahu oleh Garaga.Saat itu menjadi waktu yang sangat membingungkan bagi Adiwilaga, dirinya harus memikirkan strategi sendiri dan juga harus mengetahui titik kelemahan dari calon lawannya nanti.Semakin lama di pikirkan akan semakin membuat kepala Adiwilaga pusing dan sakit.Akhirnya Adiwilaga memutuskan untuk segera memejamkan matanya berniat akan segera tidur dan tak lagi memikirkan tentang strategi penyerangan untuk besok.Tak berapa lama setelah memejamkan matanya, Adiwilaga mulai tertidur lelap hingga tak sadar jika tidurnya memeluk kakek Byakta di sebelahnya.Begitu juga sebaliknya, kakek Byakta juga tak sadar jika dirinya sedang di peluk oleh

DMCA.com Protection Status