Setelah menaruh di atas dedaunan, Abisatya kemudian memanggil istrinya untuk segera ikut makan.
"Istriku.. ayo kita makan di luar, daging rusa nya sudah matang."
"Iya suamiku ayo kita keluar."Mereka bertiga mulai makan daging rusa itu, meskipun tanpa bumbu apapun, mereka bertiga tetap sangat menikmatinya saat itu.
Karena mereka sadar hidup di hutan tak seperti hidup di desanya dulu.
Setelah selesai makan mereka berencana akan membuat rumah satu lagi untuk Abi dan Dewi, karena di rumah Kakek Byakta hanya cukup untuk dirinya saja.
"Nak bagaimana kalau sekarang kita membuat rumah untukmu dan istrimu. Jujur rumah kakek sekarang tidak cukup kalau harus kita tempati bertiga."
"Boleh kek, maaf merepotkan kakek sekarang." Jawab Abi.Kemudian Kakek Byakta dan Abisatya segera mencari batang batang kayu juga ranting pohon untuk membuat rumah. Sedangkan istri Abisatya kemba
Kayu sudah banyak di kumpulkan oleh Abisatya, Sedangkan ikan juga sudah bersih.Kali ini Abisatya ingin mencoba membuat api sendiri tanpa di bantu Kakek Byakta."Kakek.. kali ini biarkan aku saja yang membuat apinya, kakek duduk aja di situ.""Cobalah nak..." Jawab kakek sembari sedikit tersenyum.Kemudian Abi segera mengambil dua ranting pohon dan mulai menggesek gesekkan nya ke satu sama lain.Lama kelamaan tangan Abisatya mulai kelelahan dan gesekan ranting pohon itu semakin sedikit."Nak jangan sampai terlalu pelan menggesekkan nya, nanti ranting itu akan kembali dingin kalau gesekan mu semakin pelan." Ucap kakek Byakta."Maaf kek tanganku sepertinya sudah tidak sanggup lagi menggesek kedua ranting ini."Kakek Byakta kemudian menghampiri Abisatya sembari tersenyum ringan padanya."Sini biar kakek saja yang buat apinya, kamu kumpulkan daun daun kering saja. Kalau
Abi sangat terkejut saat itu, ia merasa sangat kaget tiba tiba burung yang ada di pundaknya sudah di ambil oleh Kakek Byakta."Loh kek, biarkan aku saja yang membawa burung itu." Ucap Abi pada Kakek."Sudah nak kamu cukup terlihat sangat capek, biarkan kakek yang membawa burung ini."Abisatya sedikit tidak enak hati pada Kakek Byakta saat itu. Abi merasa sangat lemah di depan Kakek, dia merasa malu pada Kakek Byakta.Akhirnya mereka berdua sampai di rumah.Tiba tiba terdengar suara teriakan dari Dewi Suhita istri Abisatya, Dewi berteriak kesakitan karena perutnya merasa sangat mulas, tanda dia akan segera melahirkan bayinya."Aaaarghhhhhhhh.. tolong.... Sakit sekali ini.... Suamiku..." Teriak Dewi Suhita.Abisatya yang mendengar jeritan itu langsung berlari menemui istrinya yang sedang kesakitan itu."Istriku.. kamu Kenapa? Ada apa denganm
Setelah menyalakan api itu, Abisatya segera mengambil wadah dan mengisinya dengan air. Kemudian air itu di rebus bersamaan dengan daun daun tadi dan juga akar pohonnya.Air mulai mendidih, tanda obat alami itu sudah boleh di minum.Abi kemudian memisahkan daun dan airnya. Air tersebut segera di beri pada istrinya."Istriku, ini minumlah selagi masih hangat. Ini bagus untukmu." Ucap Abi."Ini air apa? Terlihat sangat keruh." Jawab Dewi Suhita."Ini air dari sari sari dedaunan dan juga akar akar pohon. Sudah minumlah ini."Dewi Suhita segera meminumnya dan langsung menghabiskan nya."Sekarang kamu istirahat saja lagi. Kamu tidurkan juga anak kita, aku akan memasak burung dengan kakek di depan.""Iya suamiku." Jawab Dewi.Abisatya segera kembali keluar rumah untuk menemui kakek."Kek ayo kita olah burung besar ini.""Ayo
Abisatya dan kakek segera kembali kerumah dan mulai memanggang ikan tersebut sampai matang sempurna.Sembari memanggang, kakek Byakta terus saja mengira kalau Adiwilaga (anak Abi dan Dewi) adalah calon pendekar pilihan para dewa."Nak... Aku masih sangat yakin kalau anakmu itu adalah calon pendekar pilihan para dewa. Kejadian nya sangat mirip dengan dongeng yang pernah kubaca waktu kecil." Ucap kakek Byakta."Sudah kek.. kakek jangan memikirkan itu terus, mungkin saja ini cuma kebetulan saja." Jawab Abi yang masih tak percaya dengan omongan Kakek Byakta.Kakek Byakta kemudian terdiam sebentar dan segera bicara lagi pada Abi."Seandainya anakmu nanti benar benar jadi pendekar yang handal, kamu pasti sangat bangga dengan nya.""Semoga saja kek, tapi aku tak mau berfikir seperti itu dulu, karena itukan cuma dongeng jaman dahulu.""Semoga dongeng itu menjadi kenyataan agar para pende
Setelah hampir melakukan hal nekat tersebut, kakek Byakta segera ingin memadamkan sisa bara api yang ada di situ."Yasudah nak.. biar kakek padamkan saja sisa Bakaran ini." Ucap Kakek.Abisatya yang masih khawatir tak mengijinkan kakek untuk melakukannya."Sudah kek biar aku saja, kakek duduk saja disitu."Kemudian Abisatya segera memadamkan sisa Bakaran api tersebut. Tapi saat melakukannya, Abi tak sengaja memegang bara api yang masih sangat panas. Hal itu langsung menimbulkan benjolan yang berisi air di tangan Abi.Kakek yang melihat itu segera menyuruhnya untuk menemui anaknya, sekalian pembuktian kalau anaknya itu benar pendekar pilihan dewa atau bukan."Nak... Tanganmu kelihatannya cukup parah, ayo kita temui anakmu, sembari membuktikan cerita dongeng kakek benar atau tidak." Ucap kakek sembari memegang tangan Abi."Sudahlah kek, ini hanya luka ba
Setelah berpamitan pada istrinya, Abisatya berjalan keluar rumah untuk menemui kakek Byakta."Sini kek biar aku bantu." Ucap Abi pada Kakek Byakta yang sedang memadamkan sisa bara api."Kemarilah, kali ini lebih hati hati agar tanganmu tak terluka lagi." Jawab kakek.Mereka berdua memadamkannya sedikit demi sedikit sampai seluruhnya benar benar padam dan tidak ada lagi api yang menyala.Setelah selesai memadamkannya, Abisatya yang semakin penasaran pada isi cerita dongeng yang pernah Kakek baca segera menanyakannya pada Kakek Byakta."Kek.. lanjutan isi cerita dongeng yang sudah pernah Kakek baca dahulu bagaimana kek? Aku semakin penasaran sekarang." Tanya Abi pada Kakek Byakta."Begini nak, kakek juga ingat ingat lupa. Intinya begini, pendekar pilihan para dewa itu akan memiliki banyak kemampuan, kemampuannya itu tak di dapatkan langsung sekaligus, dia mendapatkannya seca
Sudah terlalu lama mereka berdua mencari cari ikan yang hilang itu, akhirnya mereka memutuskan untuk melupakan ikan itu dan segera membakar 4 sisa ikannya."Sudahlah nak lupakan satu ikan itu, kita bakar saja 4 sisanya ini." Ucap Kakek Byakta yang terlihat sudah putus asa mencari ikan tersebut."Tapi kek aku masih sangat penasaran dengan ini, pertama tadi aku merasa ada yang mengikuti kita, sekarang tiba tiba ikan kita hilang begitu saja. Ini sungguh aneh kek." Jawab Abi sembari menunjukkan ekspresi yang sangat penasaran."Sudah nak ayo kita bakar saja ikan ikan ini dan segera makan, kakek sudah cukup lapar sekarang." Kakek Byakta sengaja untuk tidak membahas ikan yang hilang lagi karena tak mau kalau Abisatya kembali dengan perasaan yang tidak tenang."Iya kek ayo kita panggang ikan ikan ini." Jawab Abi dengan lesu.Akhirnya mereka berdua segera membakar sisa ikan yang masih ada
Keesokan harinya Kakek Byakta dan Abi segera menyiapkan diri untuk menjalankan rencananya kemarin.Mereka berdua berangkat kesungai pagi pagi sekali, sehingga membuat Dewi Suhita sedikit bingung melihat mereka berdua pergi pagi pagi sekali.Dan juga tak seperti biasanya, kali ini Abisatya tak meminta izin dulu pada istrinya, itu semakin membuat perasaan Dewi Suhita penasaran.Saat itu Dewi Suhita ingin sekali mengikuti suaminya, tapi dia tak bisa untuk berjalan jauh dan juga kasihan Adiwilaga kalau harus di ajak keluar rumah. Jadi Dewi Suhita hanya bisa menunggu di rumah sampai suami dan kakek Byakta pulang dari sungai.Kakek Byakta dan Abi mulai berjalan menuju sungai, saat itu perasaan Abisatya kembali merasakan seperti kemarin, ia merasa kalau ada yang mengikutinya dari belakang."Kek.. apa sekarang kakek merasakan ada sesuatu hal yang aneh?" Tanya Abi."Iya nak, kakek sekar