Abi bergegas mengambil senapan angin milik nya, ia pun mulai berjalan pergi ke dalam hutan, Abisatya saat itu pergi seorang diri karena temannya sedang sakit dan tak ikut berburu bersama Abisatya.
Abisatya mulai masuk kedalam hutan yang sangat luas itu, ia terus melihat keselilingnya, ia memperhatikan apakah ada hewan buruan yang bisa di tangkap nya.
Belum sampai di tengah hutan Abisatya bertemu dengan seorang pemburu yang kelihatan umurnya sudah sangat tua.
Orang tersebut bernama kakek Byakta, ternyata umurnya sudah hampir seratus tahun, tapi badannya masih sangat tegap dan terlihat masih bertenaga. Kakek ini tinggal di dalam hutan, rumahnya tidak jauh dari tempat ia bertemu. Kakek Byakta tinggal sebatang kara di dalam hutan ini, tapi dia memiliki kemampuan berburu yang cukup pandai, kakek ini hanya menggunakan sebatang kayu yang ujungnya lancip.
Abisatya yang melihatnya segera menghampiri pria tua tersebut. Abi kemudian bertanya pada pria tua tersebut.
"Kakek, sedang apa berada disini? Dengan siapa juga kakek kesini? Atau kakek sedang tersesat disini."
"Tidak nak, kakek sedang berburu disini, kakek hanya sendirian. Rumah kakek juga tak jauh dari sini." Jawab sang kakek"Kakek tinggal dalam hutan ini?" Sembari terlihat bingung
"Iyha nak, apa kamu mau bertamu sebentar di rumah kakek?"Abisatya sebenarnya ingin bertemu ke rumah kakek, tapi dia harus membawa hewan buruan saat pulang.
"Maaf kek, sebenarnya aku ingin sekali mampir kerumah kakek, tapi aku harus mencari hewan buruan terlebih dahulu karena kemarin aku sudah tak bawa apa apa kerumah. Kasihan istri ku kalau harus tidak makan, dia sedang hamil sekarang."
"Kalau begitu ayo ikut kakek, disana banyak hewan buruan yang bisa kita dapatkan. Sekalian kakek juga ingin berburu hari ini"
Abisatya sedikit tak percaya saat itu, karena kakek hanya membawa sebatang kayu kecil untuk berburu.
"Kakek berburu hanya menggunakan sebatang kayu ini saja? Apa bisa menembus kulit hewan buruan kek?"
"Lihat saja nanti." Jawab kakek dengan sedikit sombong.
Mereka berdua pun berjalan menyusuri hutan hingga akhirnya sampai di tempat yang sudah kakek tunjukkan.
Memang benar di situ banyak rusa dan hewan lainnya yang bisa di buru.
Kemudian Abisatya segera mengarahkan senapannya ke arah salah satu rusa. Tapi kakek segera melarangnya untuk menggunakan tembak saat berburu.
"Jangan!... Jangan gunakan senapan saat berburu di sini karena bisa membuat semua hewan takut dan tidak akan kembali datang kesini. Pakai caraku saja."
"Owh maaf kek saya tidak tahu, saya terbiasa menggunakan senapan saat berburu." Jawab Abi.
Kemudian kakek Byakta segera mengambil sebatang kayu miliknya, kakek Byakta mengarahkannya ke arah rusa yang sedang sendirian.
Sebatang kayu kemudian di lemparkan oleh kakek Byakta. Lemparannya pas menancap di leher rusa bidikannya.
Abisatya yang melihatnya sangat kagum dan tidak menyangka kalau kakek Byakta bisa melakukan hal itu.
Abisatya ingin mencoba cara kakek Byakta tadi, dia kemudian mengambil sebatang kayu milik kakek Byakta tadi dan segera mengarahkan kearah rusa yang sedang berkerumun.Sebatang kayu itu akhirnya di lemparkan Abisatya, tapi tidak mengenai satu pun rusa yang ada di kerumunan itu.
Kakek Byakta tertawa dan memberikan sedikit omongan pada Abi.
"Hahaha... Kamu kurang beruntung nak, cobalah sekali lagi dan jangan membidik rusa yang sedang berkerumun. Itu kelihatan lebih mudah tapi sebenarnya itu akan lebih sulit untuk kita mengenai sasaran. Dan ingat ini cuma sebatang kayu, jadi jangan membidik tepat sasaran, Cobalah membidik di atas sasarannya dengan dorongan yang tidak begitu melambung.""Baik kek akan kucoba lagi, aku akan mengikuti cara kakek tadi." Jawab Abi.
Abisatya kemudian kembali mengambil sebatang kayu yang sudah di lemparkan nya. Abi segera membidik se ekor rusa yang sedang sendirian dan tengan asik makan.
Sebatang kayu kembali dilemparkan oleh Abi, saat itu memang pas tepat sasaran seperti apa yang sudah di bilang Kakek Byakta.
Abi sangat senang saat berhasil melakukan cara kakek Byakta tadi. Kemudian dia segera mengambil rusa itu dan segera untuk pulang menemui istrinya.
"Kakek terimakasih ya atas bantuannya hari ini, besok aku akan kesini lagi dan ingin berkunjung kerumah kakek karena aku sekarang harus pulang menemui istriku."
"Baiklah nak, besok kakek akan kesini lagi menemui mu, semoga istrimu senang dengan hasil buruan mu hari ini."
Abisatya kemudian berjalan menuju rumahnya saat hari masih siang dengan membawa rusa yang lumayan besar untuk istrinya.
Tiba di rumah nya, Abi segera menemui istrinya dan memperlihatkan hasil buruannya hari ini.
"Istriku lihat ini, aku berhasil mendapatkan rusa hari ini, lumayan besar kan hehehe.."
"Wah.. suamiku, kamu hebat sekali bisa mendapatkan rusa hari ini."
"Iyha tadi aku di bantu oleh seorang kakek, dia benar benar handal saat berburu. Dia hanya memakai sebatang kayu untuk berburu hewan hewan."
"Kakek itu hebat sekali, tinggal dimana dia? Apa satu desa dengan kita?"
"Tidak.. kakek tadi bilang kalau dia tinggal di dalam hutan, dan rencananya aku besok akan berkunjung kerumahnya."
"Baru sekarang aku mendengar kalau ada orang yang tinggal di hutan situ."
"Ya mungkin kakek itu jarang bertemu orang orang jadi kamu tak mengetahui nya. Sudah ayo kita masak rusa ini."
Mereka berdua pun berniat untuk memanggang rusa itu di belakang rumah.
Kemudian Abisatya menguliti kulit rusa tersebut dengan sebilah pisau dan di temani oleh istrinya.
Istrinya juga mempersiapkan bumbu bumbu biasa untuk perasa saat di panggang.
Mereka berdua terlihat sangat kompak pada hari itu dan terlihat sangat bahagia karena hari itu mereka bisa makan enak.
Semua sudah selesai, kemudian Abisatya segera memanggang daging rusa tersebut dan sedikit demi sedikit membalurkan bumbu yang sudah di buat istrinya.
Proses pemanggangan pun telah selesai dan daging rusa tersebut sudah terlihat matang sempurna, kemudian istri Abi mempunyai niat untuk membagikan setengahnya ke tetangga yang sudah memeberinya makan kemarin.
Setelah selesai makan dan cukup kenyang, Abisatya membersihkan sisa sisa makanannya dan juga memberikan bekas Bakaran di belakang rumah.Saat di belakang rumah Abisatya teringat dengan Bena, burung yang kemarin mengikuti nya pulang.Dia berniat akan menceritakan hal semalam pada istrinya karena istrinya belum mengetahui kalau Bena sudah mati dan bangkai nya dikubur di halaman belakang rumah."Istriku, kamu ingat burung kemarin yang mengikuti ku sampai rumah? Tadi pagi aku melihatnya mati di atas perut mu. Aku tidak tahu apa sebabnya ia tiba tiba mati. Yang lebih anehnya selama semalaman Bena terlihat mencium ciumkan paruhnya pada perutmu sampai akhirnya aku melihat Bena sudah tak bernyawa."Istrinya terlihat sangat kaget saat itu, karena semalaman dia tidak merasakan apa apa, bahkan semalam adalah tidurnya yang paling nyaman menurut nya."Aku semalaman tidak merasakan apa apa di perutku, b
Saat sedang asik memasak, tiba tiba ada suara ketukan pintu dari luar rumah."Tok.. Tok.. Tok.."Abisatya yang mendengar itu kemudian langsung membukakan pintunya, Abisatya sangat kaget saat itu, karena melihat Kakek Byakta datang kerumahnya dengan wajah yang penuh ketakutan."Loh kakek? Kok bisa sampai sini?""Maaf nak, kakek terpaksa ke desa ini dan bertanya pada orang orang dimana rumahmu, tadi di dalam hutan ada para pendekar jahat yang sedang berburu, tapi untungnya mereka tak melihat kakek ada disana, jadi kakek memutuskan untuk pergi menemui kamu di desa ini.""Yasudah masuk kek, kebetulan aku sedang memasak bersama istriku, sebentar lagi ayo kita makan sama sama."Terimakasih nak...."Kemudian Abisatya kembali menemui istrinya untuk memasak."Suamiku, Siapa yang datang barusan?" Tanya Dewi Suhita pada Abisatya."Itu kakek Byakta yang kemarin aku ceritakan padamu. Kasihan di
Keesokan harinya, kakek Byakta bersiap untuk segera kembali kedalam hutan dan tinggal lagi di rumahnya yang sederhana itu."Nak.. kakek habis ini mau kembali ke hutan ya, kakek masih tinggal di tempat yang sama seperti yang kamu lihat kemarin. Kamu jangan lupa mampir ya nak kalau pergi kehutan." Ucap kakek Byakta pada Abisatya."Loh kek kenapa buru buru sekali untuk pulang, ini masih pagi sekali, apa tidak mau berkeliling desa lagi kek.""Tidak nak... Kakek kembali saja kehutan, kakek rindu suasana hutan.""Yasudah kek, apa mau aku antar kedalam hutan?""Tidak perlu nak, kamu jaga istrimu saja, kasihan dia lalu terus kamu tinggal sendirian di rumah.""Yasudah kek, kakek hati hati ya. Aku pasti akan sering berkunjung kerumah kakek."Setelah obrolan itu akhirnya kakek Byakta berjalan menuju rumahnya yang berada di dalam hutan.Saat dalam perjalanan menuju kembali kerumah, kakek Byakta melihat dari ke
Kakek Byakta juga segera mencari sebatang kayu dan melancipkannya."Mau berburu kek?" Tanya Abi pada Kakek Byakta."Iya nak buat makan kita nanti di rumah.""Yaudah kek biar aku bantu juga.""Tidak usah, kamu terus gendong saja istrimu itu, kasihan dia."Tiba tiba di sebelah kanan mereka ada seekor rusa yang sedang makan dedaunan.Kakek Byakta segera menyuruh Abisatya untuk diam di tempat agar rusa itu tak merasa takut dan akan kabur."Nak diam di tempat sekarang, aku melihat seekor rusa di kanan kita.""Baik kek." Jawab Abi dengan sedikit kaget.Kakek Byakta segera mengarahkan batang kayunya kearah rusa itu. Dengan sekejap mata, batang kayu itu sudah berhasil menembus leher rusa tersebut.Dewi Suhita yang melihat itu sangat takjub dengan cara Kakek Byakta memburu, dia juga sedikit ngomongin Kakek Byakta dengan suaminya."Suamiku, itu ya cara yang di ajarkan Kakek Byakta padamu, sepe
Setelah menaruh di atas dedaunan, Abisatya kemudian memanggil istrinya untuk segera ikut makan."Istriku.. ayo kita makan di luar, daging rusa nya sudah matang.""Iya suamiku ayo kita keluar."Mereka bertiga mulai makan daging rusa itu, meskipun tanpa bumbu apapun, mereka bertiga tetap sangat menikmatinya saat itu.Karena mereka sadar hidup di hutan tak seperti hidup di desanya dulu.Setelah selesai makan mereka berencana akan membuat rumah satu lagi untuk Abi dan Dewi, karena di rumah Kakek Byakta hanya cukup untuk dirinya saja."Nak bagaimana kalau sekarang kita membuat rumah untukmu dan istrimu. Jujur rumah kakek sekarang tidak cukup kalau harus kita tempati bertiga.""Boleh kek, maaf merepotkan kakek sekarang." Jawab Abi.Kemudian Kakek Byakta dan Abisatya segera mencari batang batang kayu juga ranting pohon untuk membuat rumah. Sedangkan istri Abisatya kemba
Kayu sudah banyak di kumpulkan oleh Abisatya, Sedangkan ikan juga sudah bersih.Kali ini Abisatya ingin mencoba membuat api sendiri tanpa di bantu Kakek Byakta."Kakek.. kali ini biarkan aku saja yang membuat apinya, kakek duduk aja di situ.""Cobalah nak..." Jawab kakek sembari sedikit tersenyum.Kemudian Abi segera mengambil dua ranting pohon dan mulai menggesek gesekkan nya ke satu sama lain.Lama kelamaan tangan Abisatya mulai kelelahan dan gesekan ranting pohon itu semakin sedikit."Nak jangan sampai terlalu pelan menggesekkan nya, nanti ranting itu akan kembali dingin kalau gesekan mu semakin pelan." Ucap kakek Byakta."Maaf kek tanganku sepertinya sudah tidak sanggup lagi menggesek kedua ranting ini."Kakek Byakta kemudian menghampiri Abisatya sembari tersenyum ringan padanya."Sini biar kakek saja yang buat apinya, kamu kumpulkan daun daun kering saja. Kalau
Abi sangat terkejut saat itu, ia merasa sangat kaget tiba tiba burung yang ada di pundaknya sudah di ambil oleh Kakek Byakta."Loh kek, biarkan aku saja yang membawa burung itu." Ucap Abi pada Kakek."Sudah nak kamu cukup terlihat sangat capek, biarkan kakek yang membawa burung ini."Abisatya sedikit tidak enak hati pada Kakek Byakta saat itu. Abi merasa sangat lemah di depan Kakek, dia merasa malu pada Kakek Byakta.Akhirnya mereka berdua sampai di rumah.Tiba tiba terdengar suara teriakan dari Dewi Suhita istri Abisatya, Dewi berteriak kesakitan karena perutnya merasa sangat mulas, tanda dia akan segera melahirkan bayinya."Aaaarghhhhhhhh.. tolong.... Sakit sekali ini.... Suamiku..." Teriak Dewi Suhita.Abisatya yang mendengar jeritan itu langsung berlari menemui istrinya yang sedang kesakitan itu."Istriku.. kamu Kenapa? Ada apa denganm
Setelah menyalakan api itu, Abisatya segera mengambil wadah dan mengisinya dengan air. Kemudian air itu di rebus bersamaan dengan daun daun tadi dan juga akar pohonnya.Air mulai mendidih, tanda obat alami itu sudah boleh di minum.Abi kemudian memisahkan daun dan airnya. Air tersebut segera di beri pada istrinya."Istriku, ini minumlah selagi masih hangat. Ini bagus untukmu." Ucap Abi."Ini air apa? Terlihat sangat keruh." Jawab Dewi Suhita."Ini air dari sari sari dedaunan dan juga akar akar pohon. Sudah minumlah ini."Dewi Suhita segera meminumnya dan langsung menghabiskan nya."Sekarang kamu istirahat saja lagi. Kamu tidurkan juga anak kita, aku akan memasak burung dengan kakek di depan.""Iya suamiku." Jawab Dewi.Abisatya segera kembali keluar rumah untuk menemui kakek."Kek ayo kita olah burung besar ini.""Ayo